Detakkan

1.1K 84 2
                                    


Aku hanya diam dalam perjalanan. Tidak berniat untuk membuka percakapan dengan ayah.

Drrrttt...

Aku menoleh dan mendapati handphone ayah berbunyi. Dengan sigap dia mengangkat panggilan itu.

"Maaf ya Intan.. ayah gak bisa jemput kamu. Kamu naik taksi aja.. ayah ada urusan."

"..."

"Oke.. sampai jumpa di rumah sayang.."

Aku memejamkan kedua mataku. Kenapa aku bisa mendengar percakapan yang sangat membuatku sakit. Kenapa dia harus memanggil Intan dengan sebutan sayang? Aku sangat ingin menangis sekarang.

Aku langsung memalingkan wajahku ke arah jalanan.

"Ara udah makan? Kita pergi makan dulu ya? Baru setelah itu ayah antar Ara pulang."

"Terserah."

Hanya kata itu yang aku ucapkan. Tidak berniat untuk memperpanjang semua itu.

---

Aku menikmati makananku dengan hikmat. Sekarang aku sangat lapar. Dengan lahap aku memakan makanan ini.

Aku tidak perduli dengan ayah yang selalu memandangku. Aku tetap melanjutkan makanku.

Akhirnya makananku sudah habis dan aku langsung meminum minuman yang sangat ku sukai. Setelah selesai aku menatap ke depan.

"Mau bicarain apa?"

"Ayah mau ketemu sama kamu aja. Ayah sudah sangat rindu sama kamu. Kita udah lam--"

"Kalau gitu antar Ara pulang! Ara mau istirahat." Ucapku.

Ayah menghela napas panjang dan menatapku lembut.

"Sayang.. kasih ayah kesempatan. Kamu enggak boleh seperti ini sama ayah."

"Tapi ayah boleh seperti ini saya kami?"

Kedua mataku sudah berkaca-kaca. Kalau saja tidak ku tahan, mungkin sekarang air mataku sudah jatuh.

"Gimana cara supaya kamu bisa seperti dulu? Ayah udah berusaha sebisa ayah. Tapi ka--"

"Tinggalin keluarga itu. Tinggalin semuanya dan kembali sama bunda dan Ara. Ayah bisa?"

Aku tersenyum miring kepadanya. Tetapi ayah langsung menundukkan kepalanya.

"Enggak kan? Ayah gak bisa kan ngelakuin itu? Ara juga enggak bisa yah.. Ara enggak bisa maafin dan menganggap semua baik-baik aja. Ayah terlalu jahat sama Ara.. Ayah udah menghancurkan keluarga kita. Semuanya karena ayah."

Dan aku tidak bisa lagi menahan air mataku. Air mata sialan itu turun dengan sendirinya tanpa bisa aku cegah.

"Arabella ayah mencoba unt--"

"Aku enggak suka ada yang manggil anda dengan sebutan ayah selain aku. Aku enggak suka berbagi ayah dengan Intan.. aku enggak mau punya adik selain dari Bunda. Aku enggak mau itu! Ayah bisa merubahnya?"

"Ara aya--"

"Aku bahkan sekarang sangat membenci nama itu. Karena anda yang memberikannya! Aku membenci semua hal yang berhubungan dengan Anda sekarang!!" Ucapku.

Aku menatap tajam ayah dan langsung keluar dari tempat itu.

Aku dapat mendengar ayah memanggil namaku. Dia bahkan berlari menyusul. Tapi aku langsung menghentikan taksi dan langsung pergi dari tempat itu.

Aku mengeluarkan handphone ku dan langsung menghubungi Iqbal. Entah kenapa, saat ini aku sangat membutakannya.

Tidak lama kemudian, Iqbal mengangkat panggilan.

"Kenapa Ra?"

"Gue mau ketemu sama Lo di danau. Gue butuh lo Bal.."

"Oke.. gue ke sana sekarang."

Ini yang aku suka dari Iqbal. Dia tidak pernah mengatakan tidak kepadaku. Dan aku sangat beruntung memiliki dia.

---

Aku dapat melihat Iqbal sudah menunggu ku di tepi danau. Dia melempar beberapa batu kecil ke dalam danau. Aku tersenyum kecil melihat itu.

"Bal.."

Dia langsung menoleh ketika aku panggil. Dengan sigap dia langsung berdiri dan berjalan mendekat ke arahku.

"Lo kenapa? Ada masalah?"

Dapat ku lihat wajah cemasnya. Dia bahkan memegang pipiku. Bis aku tebak dia tau jika aku tadi habis menangis.

Wajah khawatir dan lembut Iqbal membuatku kembali teringat kejadian tadi. Aku langsung memeluk Iqbal dengan erat.

Menangis di dalam pelukannya. Dia juga membalas pelukanku tak kalah eratnya. Dia bahkan mengelus punggungku dengan lembut. Berusaha untuk menenangkan ku.

Tapi aku tidak tau kenapa, aku dapat merasakan jantungnya berdegup dengan sangat cepat.

---

Udah lama aku gak update. Jadi hari ini sekali update tiga cerita..😊

Enjoy guys..

Medan, 8 April 2020

ABZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang