Aku memberikan helm yang tadi Zafarel pinjamkan kepadaku. Kami sudah sampai di depan rumahku. Dan dengan cepat aku langsung turun dari motornya."Makasih."
Setelah mengatakan itu, aku langsung berjalan ingin memasuki pintu gerbang rumahku.
Tetapi belum beberapa hari langkah aku berjalan, Zafarel langsung memegang tanganku.
Aku pun langsung melihat kearahnya. Dia menatapku dengan pandangan biasa.
"Lo kenapa? Marah?"
Aku sedikit tersentak mendengar pertanyaan dia. Marah? Untuk apa aku marah kepadanya. Aku hanya sedikit kecewa.
"Emangnya gue berhak marah? Gak ada alasan yang pas untuk gue marah."
Aku menatap dalam mata Zafarel.
"Soal Intan.. tadi gue enggak tau kalau dia datang. Jadi maaf kalau gue sedikit mengabaikan Lo."
Aku tersenyum miring dan melepaskan genggaman tangan Zafarel dari tangan ku.
"Jangan ngomong seperti itu Zaf.. gue bisa jatuh nanti."
Dapat ku lihat dia mengeryitkan dahinya.
"Jatuh? Maksud Lo?"
"Jatuh cinta sama Lo. Jangan kasih gue harapan kalau Lo enggak berniat tanggung jawab."
Aku tersenyum manis kepadanya. Dia tampak sedikit berfikir.
"Gue duluan. Hati-hati di jalan."
Ucapku dan langsung masuk ke dalam gerbang rumah. Aku langsung menutup gerbang rumah. Memegang dadaku dengan tangan kananku.
Aku sangat menyesali perkataan ku tadi. Kenapa bisa aku dengan gampangnya mengatakan itu. Aku terlihat sangat murahan.
"Lo bodoh Ara!"
Tidak lama kemudian aku mendengar suara motor Zafarel yang pergi meninggalkan perkarangan rumahku.
---
Aku berjalan dengan lungai menuju mejaku. Masih sedikit yang sudah datang. Hanya aku dan dia orang siswa yang sedang memainkan handphonenya.
Aku meletakkan kepalaku di Kedua lenganku. Memejamkan mataku sesaat. Asal kalian tau saja, aku tidak bisa tidur semalam. Aku baru bisa tidur pukul 3 pagi. Entah apa yang membuatku tidak bisa tidur. Mungkin karena aku mengatakan hal bodoh kepada Zafarel.
Aku berusaha untuk tidur. Aku memang sengaja datang cepat. Sehingga aku bisa tidur sebentar di kelas.
Tapi hampir saja aku masuk ke alam mimpi, dua orang yang sangat aku kenali membuat sedikit kericuhan.
"Yoi Arabella. Apa kabarmu wahai sahabatku?"
Caca tertawa mendengar pertanyaan Yuni. Aku sangat ingin menghilangkan mereka berdua saat ini.
Aku langsung menegakkan tubuhku dan menatap mereka tajam.
"Kalian bisa diam gak? Gue lelah nih."
Bukannya diam, mereka malah tertawa lebih kencang.
"Lo lelah? Kenapa? Habis diapain Lo sama Zafarel semalam?"
"Eh cakap Lo!"
Aku menatap tajam Caca. Memperingatkan dia tentang perkataannya.
"Serius-serius.. Lo kenapa? Cerita dong?"
"Dia jahat sama gue. Dia buat gue jatuh..."
Caca dan Yuni saling tatap. Mereka tidak mengerti maksud dari sahabat mereka ini. Perkataan Ara membuat mereka sedikit berpikir.
"Gue jatuh cinta sama dia. Gue harus gimana sekarang?"
Caca dan Yuni menggelengkan kepalanya. Jadi maksud dari jatuh yang Ara maksud itu jatuh cinta.
"Ya gampang atuh neng.. Lo tinggal bilang perasaan Lo sama dia."
"Enggak sesimpel itu Cacaaaa.. kalau gue bisa gue udah bilang semalam. Tapi gue rasa dia udah suka sama cewek lain. Dan gue enggak mungkin mengatakan perasaan gue sama dia. Gue terlalu takut untuk itu."
Caca mengambil bangku dari tempat sebelah dan meletakkannya di dekat mejaku. Dia duduk disitu dan memegang pundak ku.
"Kalau menyatakan perasaan Lo enggak harus dapat balasan Ra.. setidaknya lo udah coba kan?"
"Bener banget.. gue setuju sama perkataan Caca. Lo harus coba."
"Tapi gue terla--"
"Guysss.. ada anak baru di kelas kita. Katanya cantik loh.."
Yayan ketua kelas mereka datang dengan heboh dan berteriak memberitahukan informasi yang menurutku sama sekali tidak penting.
"Namanya siapa?"
"Pada penasaran kan??? Tungguin aja lah. Bentar lagi dia juga datang."
Yayan kembali duduk di bangkunya. Aku yang melihat itu ingin sekali menutup mulut lebar Yayan.
"Cantikan mana sama Ara?"
Yuni tersenyum miring kepada Yayan. Ingin mendengar pendapat dari ketua kelas itu. Dia memang selalu menilai kecantikan seluruh siswi di SMA ini. Bahkan sampai adik kelas, dia tau semuanya. Dan menurutnya siswi tercantik di SMA ini masih dipegang oleh Ara.
Yayan melihat sekilas ke arah Arabella. Dia menghela nafas panjang. Dan detik berikutnya..
"Kecantikan Arabella memang enggak ada yang tandingi. Gue masih milih Lo Ra.."
Yayan mengedipkan satu matanya kepadaku.
Aku yang melihat itu langsung memutarkan kedua bola mataku. Sikap Yayan memang selalu seperti itu.
Tidak lama kemudian bel sekolah berbunyi. Semua siswa yang tadi berada di luar kelas dengan cepat langsung masuk ke dalam kelas. Dikarenakan hari ini les pertama pak Harto yang terkenal sangat disiplin.
Semua siswa sudah duduk di depannya masing-masing. Tetapi perhatian ku masih dengan seorang perempuan yang ada di belakang pak Harto.
Perempuan itu sangat aku kenali. Jadi murid baru yang dimaksud Yayan itu dia?
---
Anyongggg... Teman-teman..
Gimana part kaleee ini???
Pokonya jalan lupa kasih bintang, komen dan tambahin AbZa ke reading list kalian yaaaa...
Serta jangan lupa poloww author ya.. love you 😘
Medan 21 Januari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
ABZA [END]
Teen FictionArabella menatap Zafarel.. menatap teduhnya pria itu saat dia tertidur. Arabella selalu berharap dia bisa masuk kedalam mimpi pria tersebut. Dia menyentuh hidung mancung Zafarel. Mendekatkan bibirnya ke telinga Zafarel dan membisikan kalimat yang s...