3. Kesempatan Emas

26.7K 1.6K 31
                                    

Jangan lupa votenya ⭐

***

Arial duduk di bangku kantin dengan perasaan yang masih tidak biasa, jantungnya berdebar dengan kencang tanpa Arial sadari.

"Lah ini kok kuah bakso gue tinggal setengah?" protes Topan saat melihat kuah baksonya. Melihat Arial yang masih bengong ditempatnya membuat Topan berdecak kesal.

Topan menyenggol bahu Arial hingga membuat Arial sadar. "Eh lo ngomong apa barusan?" tanya Arial kebingungan.

Topan mengangkat mangkuk baksonya dan menunjukannya pada Arial. "Nih kuah bakso gue gimana ceritanya tinggal setengah?" Arial menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Itu tadi nggak sengaja tumpah." Arial tak ingin menceritakan tentang kejadian memalukan yang baru saja dia alami. Untung saja tadi tak ada yang melihat apa yang Arial lakukan kepada Lea dan bersyukurnya Lea tak mempermasalahkan perbuatan Arial.

Tapi tunggu, Arial jadi berfikir kenapa Lea tak protes ataupun marah saat tangan Arial tak sengaja menyentuh area terlarangnya. Arial jadi kepikiran tentang ucapan Topan tadi tentang perdebatan Lea dengan Ella.

'Apa memang benar yang Ella katakan tentang Lea' batin Arial. Segera Arial menghapus pikiran itu dari otaknya, untuk apa Arial pusing-pusing memikirkan Lea lebih baik Arial berfikir bagaimana caranya agar dia bisa makin dekat dengan Nea.

"Ye malah bengong lagi lo!" Topan menatap Arial yang lagi-lagi bengong ditempatnya.

"Gue nggak bengong cuma lagi mikir aja." Arial segera memasukkan satu suapan bakso kedalam mulutnya setelah tadi menambahkan beberapa sendok sambal.

"Pake acara mikir segala, emang mikir apa lo?" Topan terlihat kepedasan setelah menyantap beberapa sendok bakso kedalam mulutnya, sebelah tangannya meraih segelas es teh yang berada dihadapan Arial.

"Cara agar gue makin deket sama Nea, masak dari kelas X gue gitu-gitu aja sama dia nggak ada perkembangan."

"Gimana mau ada perkembangan orang lo nomor hpnya aja kagak punya, kalo ketemu juga paling bagus sapaan lo dibales sama dia."

"Nah itu dia yang gue pikirin, pertama gua harus dapet dulu itu nomor hpnya Nea."

🥑🥑🥑

Jam terakhir sebelum waktu pulang sekolah membuat Arial terlihat tak bersemangat ditempat duduknya, apalagi Arial masih kepikiran tentang kejadian di kantin tadi siang.

"Ar! Ar! bantuin gue dong!!" Topan berlari kearah Arial tanpa memperdulikan suara protes dari orang yang Topan senggol.

"Apa sihh?" kata Arial kesal, lagi enak enaknya memejamkan mata dengan kepala yang berada di atas meja supaya bisa tertidur malah terganggu dengan teriakan Topan. "Lo gantiin gue pergi kemejanya Bu Indi dong," kata Topan tak sabaran.

Arial menegakkan badannya dengan sebelah alis yang terangkat, Arial pikir jam terakhir kosong. "Buat apa?" Topan terlihat tak bisa diam ditempatnya dengan kedua kaki yang merapat.

"Ambil tugas Mat di mejanya bu Indi."

"Ogah! Kenapa nggak lo aja? lo kan ketuanya." Topan menggeleng ditempatnya masih dengan tubuh yang tak bisa diam.

"Tolongin gue pilizzz! Gue sakit perut-" belum selesai Topan berbicara dia sudah terlebih dahulu berlari keluar kelas. Arial mengusap rambutnya kasar, baru saja punya niatan tidur namun malah terganggu ini semua karena Topan.

Arial berjalan dengan langkah gontai kearah ruang guru. Koridor sekolah terlihat sepi karena jam pelajaran sedang berlangsung. Arial memang tak masuk kedalam kategori most wanted ataupun cowok tertampan disekolah ini.

Arial hanya cowok biasa dengan tinggi bada yang luar biasa. Mempunyai tinggi badan hampir 180 cm, rambut hitam lebat yang sekarang terlihat acak-acakan, warna kulit kecoklatan dan badan yang lumayan berotot terkadang membuat Arial percaya diri untuk memiliki pacar dengan mudah.

Namun kenyataanya, mendapatkan Nea saja rasanya sangat susah untuk Arial. Arial mengetuk pintu ruang guru dengan pelan kemudian membuka gagang pintu.

Sempat berpapasan dengan beberapa guru membuat Arial tersenyum dan membungkukkan badannya. Arial berjalan kearah dimana meja Bu Indi berada. Setelah berdiri tepat didepan meja Bu Indi tangan Arial segera meraih beberapa lembar kertas HVS yang diatasnya sudah tertulis tugas untuk kelas XII IPS 3, kelas Arial.

Baru saja hendak berjalan kembali ke kelasnya selembar kertas HVS berhasil jatuh kelantai saat tangan Arial tak sengaja menyenggol tumpukan buku dimeja Bu Indi. Arial membungkuk untuk mengambil kertas tersebut.

Saat akan mengembalikan kertas tersebut ketempat nya manik mata Arial menatap nama seseorang yang sudah mengisi hatinya selama hampir sembilan tahun ini. Ternyata kertas tersebut berisi daftar anggota siapa saja yang mengikuti Olimpiade Matematika.

Arial tersenyum senang saat di kertas tersebut juga tercantum nomor hp masing-masing peserta. Tak inggin membuang-buang kesempatan emas, Arial segera mengambil ponsel yang berada di sakunya kemudian menyalin nomor tersebut kedalam ponselnya setelah memastikan apakah ada guru yang melihatnya atau tidak.

Takut jika ada guru yang memergoki aksi Arial, Arial mengetikkan nomor tersebut dengan cepat. Setelah mendapatkan apa yang selama ini dia harapkan, Arial memasukkan ponselnya kedalam saku celana.

Arial berjalan meninggalkan ruang guru dengan senyum yang mengembang dan tanpa Arial sadari Arial salah menyalin nomor hp. Bukan nomor Nea yang Arial salin kedalam ponselnya melainkan nomor Lea yang tertulis tepat dibawah nomor hp Nea.

🥑🥑🥑

Hallo ketemu lagi😁

Akhirnya kesampaian juga updatenya hehe
Maaf yang nunggu lama

Salam
Dari si tukang halu 😎

Interesting Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang