"Jadi pacar gue mau?"
Arial sontak mengangkat kepalanya dan memandang kearah Panji dan Lea. Arial mengerutkan dahinya bingung.
"Lo nembak gue?" Arial mengalihkan pandangan pada dua remaja seusianya yang tengah menjadi pusat perhatian.
Entah kenapa Arial menghela nafas lega setelah melihat bukan Panji yang berkata begitu. Arial tak memperdulikan sepasang remaja yang tengah menjadi pusat perhatian itu.
Yang menjadi fokusnya kini adalah Lea yang tengah menatap sepasang remaja itu dengan sorot iri? Arial langsung mengenyahkan pikirannya.
Tak mungkin kan seorang Lea iri kepada sepasang remaja yang sedang menjadi sorotan itu.
Deg
Arial tiba-tiba merasa aura yang berbeda saat Lea menatapnya kini, bukan jenis tatapan yang bisa Arial terima dari Lea.
Tanpa Arial duga Lea justru berdiri dan melangkah kearahnya, Arial hanya pasrah saat Lea menariknya menuju motornya yang terparkir di pinggir jalan.
Untung saja Arial sudah membayar pesanan mereka tadi waktu memesan, jika tidak bisa dipastikan Lea dan dirinya kini di hadang oleh menjual ketoprak karena lupa bayar.
Lea berjalan dengan langkah lebar tanpa memperdulikan panggilan Panji di belakangnya.
"Mau kemana?" Tanya Arial saat Lea masih menariknya menuju motornya yang terparkir di pinggir jalan.
"Pulang!" Jawab Lea ketus.
Dalam perjalanan pulang keduanya hanya diam, Arial sendiri berinisiatif untuk tidak mengajak Lea mengobrol setelah melihat raut wajah Lea yang sepertinya tengah tak bersahabat.
"Ar?!"
Arial yang memang tengah fokus pada jalan didepannya sedikit terkejut saat Lea memangilnya.
"Apa?"
"Danau tadi sore jauh nggak dari sini?"
Arial mengerutkan keningnya 'Untuk apa Lea tanya tuh danau?'
"Kenapa?"
"Em.. mampir bentar dong?"
"HAH??!" Jelas saja Arial terkejut, ini sudah jam 8 malam dan Lea mengajaknya untuk pergi ke danau yang Arial yakini itu danau jarang diketahui oleh orang di sekitarnya.
Danau itu memang indah, tapi disana terdapat banyak semak belukar yang lebat dan pohon-pohon rindang, danau itu sepertinya belum di jamah oleh manusia.
Bagaimana kalau di sana ada hewan liar? Seperti ular? Harimau? Tentu saja Arial tak mau jika dirinya mati dimakan oleh harimau.
"Mampir bentar!" Ulang Lea.
"Ogah! Kalau ada apa-apa gimana?" Arial melajukan motornya sedikit lebih kencang agar cepat sampai dirumah Lea sebelum Lea memaksanya pergi ke danau.
"Apa-apa gimana maksudnya?"
"Ya kalau ada Ular! Harimau atau hewan buas lainya gimana?" Nada bicara Arial sedikit ngotot agar Lea tak memaksanya pergi ke danau.
Tawa meledak dari mulut Lea bahkan kedua tangan Lea memukul punggung Arial tanpa disadarinya.
Arial memandang wajah Lea dari kaca spion motornya, sungguh ini pertama kalinya Arial melihat Lea tertawa. Jangankan tertawa, untuk tersenyum saja Lea jarang.
"Lo ngigo? Mana ada Harimau ditengah kota?" Lea masih saja melanjutkan sesi tertawanya.
"Siapa yang tau? Lagian tuh danau kelihatan angker"
Tawa renyah sudah tak terdengar lagi dari bibir Lea digantikan dengan kerutan di dahinya.
Setelah lama berfikir sudut bibir Lea terangkat "Nggak mau tau! Pokoknya ke danau!!" Putus Lea secara sepihak.
Arial menghela nafas panjang, Lea memang keras kepala.
"Besok deh, gue anterin. Tapi nggak sekarang" bujuk Arial.
"Nggak mau!! Pokoknya sekarang titik!!" Lea melipat kedua tangannya didepan dada dengan muka yang dibuat cemberut.
'Lo nggak bakal bisa nolak permintaan gue Ar'
Arial melirik jam tangannya 'Setengah jam nggak papa kayaknya' batin Arial lalu mengendarai motornya menuju danau yang mereka datangi tadi siang.
"Oke! Tapi setengah jam aja! Nggak lebih!" Lea berseru senang mengetahui Arial tak menolak permintaannya.
🥑🥑🥑
Nea mengobrak-abrik isi tasnya namun masih belum menemukan apa yang dia cari, membuang nafas kesal, Nea berjalan kearah meja belajarnya.
Nihil. Benda yang dia cari tak ditemukan di manapun. Bahkan kamar Nea sudah seperti kapal pecah sekarang.
Dengan kesal kedua tangan Nea menarik rambutnya "Hisss!! Dimana sih!!" Pandangan mata Nea menyapu seluruh kamarnya yang kini terlihat berantakan.
Menghentakkan kakinya kesal, Nea berjalan kearah pintu di samping kamarnya. "Gara-gara mikirin El! Gue jadi lupa kalo ada tugas!!" Langkah Nea terhenti di depan pintu kamar Lea.
Nea menghela nafas panjang sebelum membuka kamar adiknya itu, jujur Nea sangat jarang masuk kedalam kamar Lea.
Seperti ada tameng yang membuat dirinya ragu untuk masuk ke dalam kamar Lea begitu halnya dengan Lea yang bisa dibilang tidak pernah masuk kedalam kamar Nea.
"Le?!" Panggil Nea saat pintu kamar adiknya itu terbuka lebar.
Nea mengedarkan pandangannya tak menemukan keberadaan Lea di kamarnya, detik selanjutnya dia menepuk dahinya. Nea lupa kalau Lea sedang pergi.
Nea ragu apakah dia harus masuk kedalam kamar Lea sekarang atau menunggu Lea pulang. Tapi sekelebat bayangan wajah pak Joko membual Nea berdigik ngeri.
Dengan langkah ragu Nea berjalan kearah meja belajar Lea, di atasnya ada ransel hitam yang selalu Lea kenakan saat pergi ke sekolah.
Nea yakin benda yang dia cari pasti ada didalam ransel Lea. Nea membuka resleting ransel Lea dan seketika matanya berbinar.
'Beruntung gue punya saudara kembar! buku gue ilang, bisa minjem' batin Nea.
Nea mengambil buku itu dari dalam ransel Lea.
"Nea! Ngapain kamu disitu?" Manik mata Nea menatap suara seseorang yang berdiri diambang pintu bersama dengan jatuhnya benda dari dalam buku yang Nea pegang.
🥑🥑🥑
Update yuhu🥰🥰😒
Halo readers tercinta wkwkwk
Gimana kabarnya?Konflik udah didepan mata ya😂
So jangan lupa vote dan commentnya buat authorAuthor harap sih kalian mau berbaik hati kasih vote hehehe
Bakalan update lagi dua hari lagi ya😊 bertepatan ultahnya author (ngode😒) harapan author sih dua hari lagi nih cerita udah 1K pembaca *Amin😋
Buat yang puasa, semangat puasanya. Bukanya masih lama wkwkwk
Salam sayang 🥰
Kang Halu 😎

KAMU SEDANG MEMBACA
Interesting Girl [END]
عاطفية[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Kalau lo beneran nggak hamil lo mau minta cerai?" tanya Arial ragu. Arial melihat Lea mengangguk dengan antusias. "Kita bakalan cerai lalu gue bisa bebas." Entah mengapa Arial merasa takut berpisah dengan Lea sekarang padah...