Budayakan Vote sebelum membaca atau sesudahnya 👍 Karena itu semua bikin author semangat buat lanjutin ini cerita.
***
"Ne kantin yuk!" ajak Cila sahabat sekaligus teman sebangku Nea. Nea menggangguk singkat menjawab ajakan Cila, kedua tangannya sibuk memasukkan buku kedalam laci meja.
Keduanya berjalan bersisian menuju kantin. "Ne! lo sama Lea jadi ikutan olimpiade Matematika?" tanya Cila.
Koridor yang mereka lalui cukup ramai membuat Nea harus hati-hati, takut ada yang berlari dan menyenggolnya. "Iya, tapi ini masih babak penyisihan soalnya kandidat yang ikut olimpiade lumayan banyak."
Keduanya sudah sampai di kantin, suasana kantin sangat ramai Nea sendiri tak tau penyebabnya. Biasanya kantin yang berada dilantai dua alias kantin khusus kelas XII tak pernah seramai ini.
"Ini ada apaan dah? Kenapa pada ngumpul di tengah kantin gitu?" Cila menunjuk gerombolan siswa-siswi yang membentuk lingkaran ditengah kantin.
"Gue nggak tau," jawab Nea dengan kepala yang sibuk mencari keberadaan orang yang berkemungkinan dialah sumber masalah ini.
"Liat yuk Ne? siapa tau ini ada hubungannya dengan saudara lo lagi." Nea memandang Cila yang sepertinya juga penasaran dengan kerumunan orang didepannya ini.
"Udah makan aja yuk? Laper gue." Cila memandang Nea yang tengah memegang perutnya. "Lo selalu aja nolak kalo gue ajak!" dengan langkah pasrah Cila mengikuti langkah Nea menuju penjual bakso. Karena keributan ini membuat Nea lebih mudah memesan makanan tanpa perlu berlama-lama mengantri.
Setelah mendapatkan pesanannya Nea dan Cila bergegas menuju salah satu bangku yang cukup jauh dari kerumunan orang. "Lo kok kayaknya selalu menghindar sih Ne kalau gue ajak nonton Lea yang lagi ribut?"
Nea menambahkan satu sendok sambel kedalam mangkuk baksonya. "Bukanya gue menghindar cuma gue nggak mau aja ikut campur aja masalah Lea." Nea mengambil satu suapan kuah bakso dari mangkuknya namun sebelum memasukkan kuah tersebut kedalam mulutnya Nea terlebih dulu meniupnya, menghilangkan panas dalam kuah bakso tersebut.
"Gue ngerti sih keadaan lo tapi bagaimanapun juga dia itukan adek lo." Nea menghentikan sendok yang sebentar lagi masuk kedalam mulutnya. Kepalanya dia putar sembilan puluh derajat hingga sepenuhnya menghadap kearah Cila.
"Gue tau Lea itu kek gimana orangnya, dia emang berpenampilan kaya bitch tapi belum tentu sifat sama kelakuannya kaya bitch. Jadi gue nggak mau ikut campur masalah dia selama masalahnya masih dibatas wajar."
"Wajar kaya gimana sih Ne? orang hampir tiap hari dia itu selalu ribut sama Ella."
"Ella duluan kan yang mulai? Kalo gue jadi Lea juga gue ladenin kok." Cila memutar kedua bola matanya malas mendengar jawaban Nea, kakak sama adek emang nggak ada bedanya.
"Lo budek!!!" teriakan seorang cewek membuat perhatian Nea dan Cila teralihkan, teriakan itu berasal dari arah kerumunan orang yang berada ditengah kantin.
Tak lama Lea muncul dari dalam kerumunan tersebut tak lupa dengan tatapan dingin dan gaya angkuhnya, tak lama Levin juga muncul dari kerumunan tersebut dengan susah payah dan mengejar Lea yang sudah pergi dari kantin terlebih dahulu.
"Bener kan dugaan gue! Itu pasti Lea. Cuma Lea yang bisa bikin orang yang tadinya males gerak jadi gerak cuma gara-gara kepo sama yang Lea lakuin."
🥑🥑🥑
Lea melangkahkan kakinya tanpa arah, yang pasti tujuannya hanyalah meredakan amarah yang timbul dihatinya. Lea tak memperdulikan Levin yang sedari tadi mengejarnya dan terus memangil namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Interesting Girl [END]
Romance[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Kalau lo beneran nggak hamil lo mau minta cerai?" tanya Arial ragu. Arial melihat Lea mengangguk dengan antusias. "Kita bakalan cerai lalu gue bisa bebas." Entah mengapa Arial merasa takut berpisah dengan Lea sekarang padah...