50. Hampir Terungkap

12.1K 748 27
                                    

Dobel update jangan lupa vote dan commentnya 👌

Happy Reading 😊

***

Lea merasakan wajahnya kembali segar setelah membasuh wajahnya di toilet. Setelah menangis tersedu-sedu didalam dekapan Levin, Lea langsung pergi ke toilet.

Lea memandang pantulan wajahnya di cermin, matanya sedikit memerah mungkin karena kebanyakan menangis tadi. Rambut Lea juga terlihat kusut.

Setelah merapikan sedikit penampilannya dan merasa tak ada yang aneh, Lea membuang nafas pelan dan keluar dari toilet.

Saat pergi ke toilet tadi memang ada beberapa siswa dan siswi yang menatap penasaran kearah Lea yang keluar dari kelas dengan keadaan kacau, mata memerah, hidung meler dan rambut kusut namun Lea tak memperdulikan hal itu sama sekali.

Baginya sudah biasa menjadi pusat perhatian dan bahan cibiran. Sejak pertama kali masuk sekolah ini pun Lea sudah menjadi bahan perhatian karena kecantikan dan penampilannya yang urakan.

Tak lama banyak siswa dan siswi yang membanding-bandingkan Lea dengan Nea saat mengetahui keduanya kembar.

Lea banyak mendapat cacian dan makian namun Lea bukanlah cewek lemah, sudah biasa Lea dibanding-bandingkan dan mendapat cacian.

Selama ini ada Levin yang selalu berada disampingnya dan itu membuat Lea sangat bersyukur.

Lea menghentikan langkahnya saat mendengar suara tangisan dari arah gedung laboratorium.

Gedung laboratorium letaknya terpisah dari  gedung utama sekolah. Letaknya tepat dibelakang gedung utama sekolah.

Toilet yang Lea gunakan barusan letaknya cukup berdekatan dengan gedung laboratorium, dan itu memungkinkan Lea untuk mendengar suara tangisan itu.

Rasa penasaran menguasai Lea, dengan langkah pelan dan penuh hati-hati Lea mendekati sumber suara tangisan itu.

Dahi Lea berkerut saat melihat pintu laboratorium yang terkunci rapat ditambah suara tangisan itu bukan berasal dari gedung laboratorium melainkan dari  belakang gedung laboratorium.

Sekarang Lea semakin dibuat penasaran karena bukan hanya suara tangisan saja yang Lea dengar melainkan suara laki-laki juga terdengar oleh telinga Lea.

"Pokoknya lo harus tanggung jawab!" Lea sontak menghentikan langkahnya, tanpa alasan jantung Lea berdegup kencang.

Hanya tinggal satu langkah dan Lea bisa melihat siapa orang yang tengah bertengkar di belakang gedung laboratorium ini.

"Gimana gue mau tanggung jawab kalau itu jelas-jelas bukan anak gue!"

"Ini anak lo Pan! Gue harus gimana lagi agar lo percaya"

"Lo nggak perlu ngapa-ngapain! Karena itu memang bukan anak gue!"

Lea menyandarkan tubuhnya ke tembok dengan badan yang melemas. Suara tangisan perempuan itu semakin jelas ditelinga Lea.

Lea bisa merasakan bahwa perempuan itu pasti sangat terluka, dia tengah hamil dan ayah dari anaknya itu tak mau mengakuinya.

"Sekarang mendingan lo gugurin kandungan lo! Gue nggak mau tau!"

Mendengar perkataan itu membuat Lea teringat dengan Arial, dengan bodohnya Arial mau saja bertanggung jawab atas apa yang tidak dia lakukan.

Arial yang tanpa berpikir panjang menyetujui untuk menikahi Lea, tanpa alasan Lea bersyukur bahwa orang itu adalah Arial.

Lea tak bisa membayangkan jika cowok yang bersamanya malam itu bukanlah Arial, pasti hidup Lea akan lebih sulit lagi sekarang.

Arial adalah laki-laki yang baik menurut Lea, disaat banyak laki-laki yang tak mau mempertanggungjawabkan perbuatannya Arial malah melakukan hal sebaliknya.

Mempertanggungjawabkan perbuatan yang sama sekali tidak pernah dia lakukan.

"Soal testpack positif yang gue lempar di toilet hari itu gimana? Udah Lo temuin?"

Badan Lea mematung dengan jantung yang berdegup kencang, apa yang Lea dengar baru saja membuat perasaan Lea campur aduk.

Secercah harapan muncul di saat Lea sudah lelah akan apa yang dia alami sekarang.

Masih dengan jantung yang berdegup kencang Lea mencoba melihat siapa orang itu, orang yang Lea curigai sebagai dalang dari testpack positif yang berada di dalam tasnya.

Lea berdecak kesal saat tak menemukan siapa-siapa di belakang gedung laboratorium, tak mungkin kan dia salah dengar?

"Le?" Lea sontak membalikkan badannya saat punggungnya ditepuk seseorang.

Lea memandang heran kearah Panji yang kini menatap penuh tanda tanya "Lo ngapain disini?" Tanya Panji dengan manik mata menatap ke arah belakang Lea.

"Lo juga ngapain disini?"

Panji terlihat gelagapan sebelah tangannya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal "Eh anu gu-gue tadi nggak sengaja liat lo pergi kearah Lab terus gue ikutin"

Lea memincingkan matanya tak percaya dengan perkataan Panji "Udah bel lo nggak mau pergi ke kelas?"

Lea menghela nafas lelah, sebelah tangannya terangkat memijit pelipisnya. Panji yang melihat hal itu merasa cemas "Lo nggak apa Le?" Tanya Panji cemas.

Lea menggeleng singkat "Gue nggak papa" setelah mengatakan itu Lea pergi meninggalkan Panji seorang diri di belakang gedung laboratorium.

🥑🥑🥑

Jangan lupa vote dan commentnya udah itu aja yang author minta🤭

Maaf bila ada typo 😁

Salam sayang 🥰

Kang Halu 😎

Interesting Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang