26. Minta Restu Bunda

13.8K 869 40
                                    

Happy Reading 😊

***

Walau sudah lewat tengah malam jalanan Jakarta tak pernah terlihat sepi. Masih banyak kendaraan yang melintas di jalan yang Arial lalui sekarang.

Langit terlihat gelap, tak ada satu bintang pun yang bisa Arial lihat. Dan itu seperti menunjukkan gambaran hati Arial saat ini.

Setelah berulang kali memikirkan keputusannya untuk menikahi Lea yang Arial ambil tanpa berpikir panjang, tak ada sedikitpun rasa penyesalan di hati Arial.

Melihat perlakuan yang Lea dapat dari orang tuanya membuat Arial ingin sekali menyembunyikan Lea dipeluknya dan mengatakan semua akan baik-baik saja, Lea tak akan terluka lagi di dekapan Arial.

Arial menambah kecepatan motornya saat merasakan pikiran berkecamuk di kepalanya.

Yang ada dipikiran Arial saat ini adalah bagaimana cara Arial menjelaskan keputusannya untuk menikahi Lea didepan Bundanya.

Tak mungkin kan Arial bilang bahwa dia bertanggung jawab atas kehamilan Lea? Mempertanggungjawabkan sesuatu yang tak dia lakukan sama sekali.

Arial sangat menyayangi Bundanya, Arial bahkan berjanji tak akan membuat Bundanya menangis ataupun terluka karena siapapun.

Tapi kini? Arial yakin keputusannya itu akan menyakiti Bundanya. Dinda, Bunda Arial tak pernah menuntut lebih kepada Arial, dia hanya meminta agar Arial belajar dengan giat, agar Arial memperoleh kehidupan yang lebih baik daripada sekarang.

Arial hanya hidup berdua dengan Bundanya, Ayahnya telah meninggal sejak dia kecil.

Arial tak mempunyai kerabat di pihak Bundanya karena dulu Dinda hanya hidup sebatang kara di kota kedua orangtuanya telah meninggal. Sedangkan di pihak Ayahnya, Arial memiliki Nenek yang tinggal berbeda provinsi dengannya.

Tak terasa Arial sudah sampai didepan pintu rumahnya, rumah minimalis dengan dua lantai yang telah Arial tinggali sejak kecil, rumah peninggalan Ayahnya.

Arial berhenti sejenak didepan pintu rumahnya, tangannya bergerak mengacak rambutnya kesal.

'Gue harus bilang apa sama Bunda' batin Arial.

Setelah menenangkan pikiran sejenak sebelah tangan Arial bergerak meraih gagang pintu.

Terlambat, pintu terlebih dahulu dibuka dari dalam yang sontak membuat Arial terkejut.

Arial belum siap memberitahukan masalahnya kepada Dinda, Bundanya.

Pintu terbuka lebar sehingga memperlihatkan seorang wanita paruh baya dengan wajah cemasnya.

"Astaga Ari! Kenapa baru pulang? Kamu tahukah ini jam berapa?" Tanya Dinda dengan wajah cemasnya.

Begini saja Arial sudah merasa bersalah kepada Bundanya, bagaimana nanti jika dia memberitahukan keputusannya untuk menikah.

"Maaf Bun" lirih Arial sambil menatap wajah cemas Bundanya.

Dinda menghela nafas lega, Dinda merasa khawatir dengan Arial yang tak biasanya pulang larut malam.

Jika terpaksa pun Arial akan menghubungi Dinda tapi kali ini Arial sama sekali tidak memberitahu Dinda.

"Ya sudah kamu masuk habis itu makan dulu" kata Dinda lembut.

Arial mengangguk kemudian berjalan kearah meja makan diikuti Dinda dibelakangnya.

Arial tak merasa lapar sama sekali, tapi mengingat Bundanya yang sudah susah payah mencari uang untuk menghidupi Arial selama ini membuat Arial sama sekali tak bisa membantah Dinda.

Arial menatap Bundanya yang tengah mencuci piring bekas makannya "Ari minta maaf udah buat Bunda khawatir"

Dinda mengelap tangannya yang basah kemudian berjalan menghampiri Arial yang tengah duduk menunduk di kursi meja makan.

"Memang kamu habis dari mana? Nggak biasanya kamu nggak ngabarin Bunda dulu?"

Arial masih saja menundukkan kepalanya "Ari habis pulang dari rumah teman"

Dinda mengangguk memaklumi, Arial memang sering pergi ke rumah Topan hingga pulang malam namun terkadang Arial memutuskan untuk menginap saja jika sudah kelewat malam.

"Tari udah pulang dari rumah sakit? Kamu bantu Topan jagain Mamanya kan?"

Mendengar itu membuat Arial semakin menundukkan kepalanya "Ari bukan dari rumah Topan Bun"

Dinda mengerutkan keningnya "Terus kamu habis dari mana?" Dinda merasakan ada yang berbeda dengan Arial, Arial selalu nya ceria dan tak pernah menunduk bila berbicara dengan Dinda.

Kecuali jika Arial salah, makan Arial akan menundukkan kepalanya.

Merasa tak mendapatkan jawaban dari Arial membuat Dinda yakin ada sesuatu yang membuat Arial seperti ini.

"Ar ada apa? Cerita sama Bunda" Dinda yang semula duduk didepan Arial kini berpindah kesamping kanan Arial.

Arial masih enggan membuka mulutnya, namun saat merasakan usapan lembut di punggungnya Arial mengangkat kepalanya.

Arial bisa melihat Bundanya yang kini menampakkan raut wajah bertanya "Bun" lirih Arial.

Dinda memutuskan untuk menunggu Arial menyelesaikan ucapannya, namun tangannya tak berhenti menyalurkan ketenangan dipunggung Arial.

Arial harus berani, dia bukanlah pria lemah "Ari minta maaf udah buat Bunda kecewa. Ari minta restu Bunda untuk menikah besok" bagai disambar petir Dinda menatap tajam kearah Arial.

"Maksud kamu apa Ar?!" Tangan Dinda yang semula mengusap punggung Arial kini mengambang di atas punggung Arial.

Arial bergegas memegang kedua tangan Bundanya dengan keyakinan penuh Arial meminta restu dari Bundanya.

"Ari bener-bener minta maaf sama Bunda, udah buat Bunda kecewa. Tapi keputusan Arial udah bulat, Arial akan menikah besok dengan Lea"

🥑🥑🥑

Mau satu yang kaya Arial 😭😭

Arial jadi pacar author mau?😉

Arial : "Ogah 😒"

Hai readers tercinta akuhhh 😜 ayo kasih author voment dong 😁 biar semangat nulisnya nih hehehe.

Salam sayang 🥰

Kang Halu 😎

Interesting Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang