15. Pemikiran yang salah?

18.5K 1K 13
                                    

Happy Reading 😊

***

Detak jantung yang menggila masih belum berhenti, ditambah kini Arial yang sepertinya tak berminat menjauhkan wajahnya membuat Lea semakin geram. Sedangkan Arial merasa seperti ada magnet yang membuat dirinya terus menatap kearah manik mata Lea.

“Mau sampai kapan lo liatin wajah gue?”
Arial langsung menjauhkan wajahnya dengan cepat setelah mendengar suara Lea. Gila! Arial pasti sudah gila karena bukannya menjauhkan wajahnya dari Lea, dia malah dengan beraninya menatap manik mata Lea.

Lea menegakkan badannya, tidur dalam keadaan duduk bener-benar membuat badan Lea rembuk. Lea menatap Arial yang tengah menggaruk leher belakangnya. “Ngapain lo kesini?”

“Eh..it..itu gue mau…tanya sesuatu sama lo.” Arial rasanya sangat malu sekarang.

Lea memutar bola matanya malas, disaat dirinya tengah sakit Arial malah menggangu waktu tidurnya hanya untuk bertanya sesuatu dan Lea jamin itu pasti sangat tidak penting.

“Eh tapi kok lo tumben pakai jaket? Wajah lo juga agak pucat.” Arial memandang kearah badan Lea yang menggunakan jaket cukup tebal padahal cuaca cukup panas hari ini.

“Lo sakit?" Arial memandang wajah Lea lekat-lekat sedangkan yang ditatap tak memperdulikan apa yang Arial lakukan.

"Bukan urusan lo!"

Arial mengangkat kedua bahunya tak acuh. "Gue cuma nanya, kalo lo nggak berniat jawab juga nggak papa."

Lea menggerutu dalam hati kenapa Levin lama sekali pergi ke kantinnya.

🥑🥑🥑

"Lev! Ini udah gue pesanin bakso." Levin yang tadinya berniat membelikan Lea bakso agar meriang nya sembuh berhenti dan menghampiri Nea yang memanggilnya.

"Thanks, kalo gitu gue beli jus Alpukat dulu," pamit Levin kepada Nea dan Cila yang duduk disebelahnya.

"Ne emang bener ya Lea lagi sakit?" Tanya seorang cowok kepada Nea yang tengah duduk menikmati makanannya.

Levin yang belum beranjak dari sana menatap cowok tersebut. "Iya, lagi meriang," jawab Nea seadanya.

Cowok tersebut terlihat khawatir dengan apa yang barusan Nea katakan, tak lama pandangannya beralih ke Levin yang berdiri tak jauh dari dirinya berdiri.

"Lev! Lo mau ke kelas?" Tanya cowok tersebut yang tak lain adalah Panji cowok yang selalu mengejar-ngejar Lea.

Levin mengangguk singkat, dia dan Panji bisa dibilang cukup dekat karena keduanya masuk kedalam club basket sekolah mereka.

Panji terlihat memangil temannya, tak lama seorang cowok datang dan menyerahkan bungkusan kepada Panji.

"Gue nitip ini ke Lea, bilangin cepet sembuh." Levin menerima bungkusan tersebut dari Panji.

"Gue rasa lo bisa dipercaya." Panji kemudian berjalan meninggalkan Levin yang berdecak mendengar perkataan terakhir Panji.

Levin berpikir masih saja Panji mengira dirinya ada hubungan lebih dengan Lea 'Dasar'.

Levin tersenyum kearah Nea dan dibalas dengan anggukan, tak inggin membuat Lea menunggu lama Levin bergegas pergi ke penjual jus.

🥑🥑🥑

"Jawab napa Le?" gerutu Arial sebal. Sedari tadi dirinya bertanya banyak hal dan Lea hanya menjawab dengan gumaman atau bahkan tak menjawab sama sekali.

"Mana gue tau! Nea sibuk kali!" Jawab Lea dengan kesal.

"Tapi beberapa hari lalu dia masih jawab pesan yang gue kirim kok, cuma kemarin dia nggak bales dibaca aja enggak!"

Lea menghela nafas lelah. "Gini ya Ar! Lo dengerin apa yang bakalan gue omongin." Arial menatap wajah Lea dengan serius.

"Hidup Nea itu nggak berputar sama lo terus, dia punya kehidupan yang luas, mungkin yang lo lihat hidup Nea itu hanya berputar di sini-sini aja, tapi pemikiran Lo salah—"

"Hidup Nea nggak sesimpel yang Lo pikirin, Nea punya kehidupan yang bahkan gue ataupun lo nggak ketahui."

Arial diam mendengar setiap perkataan Lea. Apa semua pemikiran Arial tentang Nea salah selama ini?

🥑🥑🥑

Update dong 😁
Dua hari gak buka nih apk rasanya sepi

Gimana kabarnya?
Jaga kesehatan ya, jangan keluar rumah bila tidak ada kepentingan.

Jangan lupa vote dan commentnya juga
Tandai bila ada typo 😁

Salam

Kang Halu 😎

Interesting Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang