Happy Reading 😊
***
Lea merasa ada keributan di luar bilik toilet yang sedang dia gunakan namun hanya samar-samar Lea mendengarnya.
Setelah keluar dari dalam bilik Lea melihat tak ada siapapun disini, yang Lea dengar tadi hanya suara pintu yang dibuka dengan sedikit kencang dan suara dua orang sedang berbicara atau berdebat?
Entahlah suara kran air menghalangi pendengaran Lea tadi.
Lea memandang dirinya yang berdiri didepan cermin kamar mandi. Wajahnya masih sedikit pucat namun rasa mual sudah sedikit hilang.
Mungkin makanan yang dia makan tadi cukup berguna atau malah sebab Lea merasa mual dan lemas karena dia tidak makan dari kemarin siang?
Lea membasuh wajahnya dengan air yang mengalir dari keran, wajahnya terasa lebih segar sekarang.
Setelah mengelap tangannya dengan tisu yang ada Lea mengambil ranselnya dan berjalan keluar dari toilet.
🥑🥑🥑
Arial tengah mengemasi bukunya ketika Topan yang duduk disebelahnya menepuk bahunya.
Arial menatap Topan dengan sebelah alis terangkat, bermaksud bertanya kenapa Topan menepuk bahunya.
"Gue nggak jadi mampir ke rumah lo! Nyokap gue masuk rumah sakit," kata Topan dengan pandangan yang masih terpaku pada layar ponselnya.
Mencari kebenaran apakah isi pesan yang dia terima benar atau tidak jika mamanya masuk rumah sakit.
Bola mata Arial melotot setelah mendengar perkataan Topan, dia sangat mengenal mamanya Topan karena dia sering mengunjungi rumah Topan.
"Gue harus pergi sekarang," gumam Topan namun masih bisa didengar Arial.
"Gue ikut," setelah berkata begitu Arial dan Topan berjalan sedikit cepat atau bahkan bisa disebut berlari.
Hidup Topan sama seperti Arial, hanya tinggal berdua dengan mamanya sedangkan papanya telah meninggal sejak kecil.
Mama Topan sama seperti Bunda Arial, bekerja banting tulang agar bisa menghidupi anaknya.
Arial mengerti apa yang tengah Topan rasakan sekarang karena Arial juga pernah merasakannya.
Namun jangan sampai karena rasa cemas yang tengah Topan rasakan membuat cowok itu hilang kendali.
🥑🥑🥑
Lea berjalan menyusuri koridor sekolahnya yang sudah sepi.
"Aduh!!" Ringis Lea saat ada yang menabraknya di belokan koridor.
"Eh sorry sorry gue nggak sengaja," Lea mengangkat wajahnya untuk melihat siapa yang menabraknya.
"Lea!" kata cowok yang menabrak Lea dengan terkejut setelah melihat siapa yang ditabraknya.
"Topan!?" Panggil cowok dari arah belakang Topan dengan napas putus-putus, mungkin dia habis berlari.
Topan mengulurkan tangannya membantu Lea berdiri namun ditolak Lea secara mentah-mentah.
"Lo ngapain berhenti disini?" Tanya Arial bingung menatap Topan yang kikuk dan Lea yang terlihat marah, entah hilang kemana rasa cemas Topan yang Arial lihat tadi.
"Aduh Le, maaf gue tadi bener nggak sengaja." Topan sepertinya benar-benar merasa bersalah.
"Lain kali jalan pake mata!!" kata Lea sarkas tanpa memperdulikan raut wajah Topan yang memperlihatkan dia benar-benar merasa bersalah.
"Sorry, gue tadi buru-buru makanya nggak liat-liat jalan." Lea menghela nafas panjang.
Denting notifikasi dari ponsel Lea mengalihkan pandangannya dari wajah bersalah Topan.
Pesan dari Nea "Shit!!" Umpat Lea kesal setelah membaca pesan dari kakaknya itu.
Tanpa memperdulikan Topan dan Arial yang tengah menatapnya bingung, Lea segera berjalan sedikit tertatih-tatih menuju parkiran sekolah.
"Aduh Ar! Gue harus gimana?!" Tanya Topan bingung, melihat Lea yang berjalan tertatih-tatih membuat Topan merasa amat sangat bersalah.
"Biar gue yang urus! Lo duluan aja ke rumah sakit." Topan terlihat bimbang namun tak urung dia mengangguk dan segera berlari kearah parkiran.
Arial menghembuskan nafas panjang, sepertinya dia harus berjuang keras sekarang.
Arial segera berlari mengejar kemana Lea pergi, kaki-kaki panjangnya membuat dia dengan cepat sampai di area parkiran sekolah.
Namun sejauh mata memandang, Arial tak melihat keberadaan Lea. 'Apa dia sudah pulang?' batin Arial.
Namun dugaan Arial salah, setelah berjalan sedikit kearah gerbang sekolah Arial melihatnya.
Lea tengah berdiri didekat gerbang sekolah dengan kedua tangan yang sibuk dengan ponsel ditangannya.
Lea yang memang tak sadar atau pura-pura tak sadar saat banyak siswa-siswi disekolah mereka memandang Lea dengan pandangan beragam.
Dan yang membuat Arial berdecak kesal adalah saat ada beberapa siswa sekolah mereka yang secara terang-terangan memandang kearah dada dan paha Lea.
Arial memutuskan menghampiri Lea dan mengabaikan akibat yang ditimbulkan jika banyak siswa-siswi yang melihat mereka berdua..
"Damn!!" Arial sudah tak terkejut lagi mendengar umpatan yang keluar dari bibir Lea.
"Nggak pulang?" tanya Arial mencoba berbasa-basi. Lea mengalihkan pandangannya dari ponsel. Lea mendengus setelah melihat wajah Arial didepannya.
"Kaki lo nggak papa?" Lea lagi-lagi mengabaikan pertanyaan Arial
Lea justru memikirkan cara agar dia bisa pulang sekarang. Nea! Dengan gampangnya menyuruh Lea pulang naik taksi dengan alasan ada urusan mendadak, Nea sama sekali tidak memikirkan bagaimana cara Lea pulang apalagi jarang ada taksi yang lewat di depan sekolah mereka.
Ditambah rasa pusing dan mual-nya belum hilang, OHH dan jangan lupakan kakinya yang keseleo.
Sekuat tenaga Lea menahan rasa sakit dan malunya tadi saat berjalan ke gerbang sekolah, mengabaikan setiap tatapan mata siswa-siswi yang seolah-olah bertanya kenapa dengan kakinya.
"Anterin gue pulang!" Perintah Lea ke Arial setelah menghilangkan rasa malunya sejenak.
"Hah?!!"
Lea memandang wajah Arial "Lo budek?! Anterin gue pulang!!" Lea sengaja menekankan tiga kata terakhir.
🥑🥑🥑
Yang janji dobel ya
Up lagi
Jangan lupa vote dan commentnya 👍Biar author makin semangat nulisnya 😊
Maaf bila ada typo 😁
Salam
Kang Halu 😎
KAMU SEDANG MEMBACA
Interesting Girl [END]
Romance[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Kalau lo beneran nggak hamil lo mau minta cerai?" tanya Arial ragu. Arial melihat Lea mengangguk dengan antusias. "Kita bakalan cerai lalu gue bisa bebas." Entah mengapa Arial merasa takut berpisah dengan Lea sekarang padah...