48. Jujur Pada Levin

11.9K 739 24
                                    

Jangan lupa pencet 🌟

Happy Reading 😊

***

Levin tersenyum senang didepan pintu kelasnya saat melihat Lea yang duduk manis di bangkunya.

Dengan langkah penuh semangat Levin berjalan mendekati Lea, Dua hari disekolah tanpa Lea membuat Levin kesepian.

Walaupun keduanya sudah bertemu Sabtu kemarin namun entah mengapa Levin merasa sangat merindukan Lea.

"Pagi Lea cantik" sapa Levin sambil menaruh tas punggungnya di kursi.

Lea yang tengah memainkan ponselnya menatap sekilas kearah Levin lalu kembali fokus pada ponselnya.

Melihat Lea yang mengabaikannya membuat Levin cemberut kesal, Levin mendudukkan pantatnya di kursi dengan keras.

Niatnya ingin membuat Lea memperhatikannya bukan malah fokus dengan ponsel namun hasilnya Levin mendapatkan tatapan heran dari murid-murid yang berada di kelas.

"Le!"

"Hm"

Levin menghela nafas singkat mencoba bersabar menghadapi sikap cuek Lea yang tak pernah berubah.

Levin memandang Lea dengan kesal namun Lea masih saja fokus memainkan ponselnya, karena gemas Levin menangkup kedua pipi Lea dan memaksanya untuk menatap wajah Levin.

Keduanya saling bertatapan "Bisa nggak lo jangan cuek-cuek sama gue? Lo cuek sama laki-laki lain gue nggak masalah, bahkan kalau Lo nggak menganggap mereka ada gue juga nggak masalah. Tapi gue mohon lo jangan cuek sama gue, Lo jangan abaikan keberadaan gue"

Lea memutar bola matanya malas, dalam hati Lea menggerutu karena sikap menyebalkan Levin muncul.

"Apaan sih lo! Lebay tau nggak!"

"Habisnya lo nyebelin, diajak ngomong sama orang ganteng itu dijawab bukannya malah diem aja"

Kuping Lea terasa panas sekarang saat mendengar bisikan-bisikan siswi yang cemburu melihatnya dekat dengan Levin.

Walaupun Lea cuek tapi tetap saja dia merasa tidak nyaman ada orang yang membicarakannya apalagi mereka satu kelas dan itu secara terang-terangan.

Lea memegang kedua tangan Levin yang berada di pipinya "Gini ya Vin, bukanya gue nggak hargain lo atau gimana cuma hari ini gue lagi males aja, bawaannya pengen marah. Jadi daripada lo kena amarah gue mendingan lo diem" ucap Lea panjang lebar.

Levin mengedipkan kelopak matanya beberapa kali, mencoba menyadarkan dirinya. Levin tak menyangka Lea akan berbicara sepanjang itu, mungkin terakhir kali Lea berbicara sepanjang itu dengan Levin 3 tahun yang lalu.

"Kenapa malah bengong?" Lea menyingkirkan tangan Levin yang berada di pipinya dengan perlahan.

"Eh enggak cuma gue heran aja lo bicara sepanjang itu sama gue"

"Emang bisanya kaya gimana?"

"Biasanya kan lo irit kalau ngomong, terakhir kali lo ngomong panjang lebar sama gue ya 3 tahun yang lalu, pas waktu pertama kali lo ke club"

"Ouh" hanya itu respon dari Lea, Lea menatap kearah bangku depan. Tempat biasa Nea duduk bersama Cila, namun kini yang Lea lihat hanya Cila yang tengah membaca buku.

'Kak Nea nggak berangkat?' batin Lea. Lea harap kakaknya itu hanya butuh waktu menenangkan dirinya dan tak melakukan hal yang tidak-tidak.

"Le"

"Hm" Lea masih fokus menatap kearah bangku Nea.

"Tumben malam Minggu kemarin nggak ngajak gue ke club?"

"Lagi males aja"

Levin menatap heran Lea yang sedari tadi fokus menatap ke arah bangku Nea, tak biasanya Lea absen pergi ke club walaupun sekedar refreshing.

Beberapa hari ini Lea terlihat berbeda dari biasanya dan itu membuat Levin penasaran.

"Lo udah nggak tinggal bareng nyokap bokap lo?" Tak urung Levin menanyakan juga pertanyaan yang sedari tadi ingin dia tanyakan.

"Hah?!" Lea spontan menoleh ke arah Levin, merasa syok karena Levin mengetahui hal itu.

"Kenapa?"

"Emm itu..." Lea merasa bingung harus mengatakan apa, Levin tak akan percaya begitu saja pada bualannya.

"Le, gue sahabat lo. Lo bisa cerita apapun sama gue. Gue tau lo ada masalah sekarang, cerita sama gue, gue akan berusaha bantu apapun itu"

Lea terdiam mendengar perkataan Levin, selama ini memang hanya Levin yang selalu ada untuknya, hanya Levin yang perhatian kepadanya, hanya Levin yang selalu mengerti akan apa yang Lea rasakan.

Apa Lea beritahu saja semuanya kepada Levin? Siapa tau Levin bisa membantunya mencari dalang dari testpack positif yang ada didalam tasnya.

Akan sangat sulit bagi Lea mencari seorang diri, ditambah masalah Nea dengan El yang membuat Lea tak bisa fokus mencari dalang dari testpack itu.

"Vin?"

"Hem?"

Lea membuang nafas mencoba meyakinkan dirinya, perlahan Lea menatap manik mata tegas Levin "Gue udah nikah"

"HAH?!!!!" Lea sontak membekap mulut Levin dengan kedua mata melotot, Lea melirik kearah kanan dan kirinya.

Seluruh pasang mata siswa dan siswi memandang kearahnya dan Levin, ada yang penasaran dan ada yang merasa terganggu dengan teriakan Levin.

"Gue ceritain nanti" Levin menggeleng cepat, tak setuju dengan keputusan Lea.

"Mau gue ceritain atau enggak?" Mau tak mau Levin akhirnya mengangguk dan Lea melepaskan tangannya dari bibir Levin.

🥑🥑🥑

Maaf bila ada typo 😁

Jangan lupa vote dan commentnya 👌

Salam sayang 🥰

Kang Halu 😎

Interesting Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang