Locked with You ✔️

18

L O C K E D W I T H    Y O U

Sepanjang malam, apa yang hanya ada dipikirannya adalah 'dia'. Tidak peduli bagaimana dia mengalihkan pandangannya terutama pikirannya terhadap wanita yang seharusnya dia habiskan malam ini bersama-sama dengan perasaan bahagia, apa yang bisa dia lihat dan pikirkan hanyalah istrinya.

Melihat Jennie bersama dengan temannya, Seulgi sekali lagi benar-benar seperti belati yang menusuk jauh ke dalam dadanya. Bagaimana senyuman istrinya itu masih bisa melelehkan hatinya. Bagaimana istrinya bisa terlihat cocok bersama orang lain. Dan kemudian tiba-tiba terlintas di benaknya jika Jennie juga bisa terlihat cocok bersama dengannya. Lagipula Jennie adalah istrinya yang sah. Namun kemudian, seperti biasa, dia menepis pikiran konyolnya itu dan membuat dirinya sendiri percaya lagi terutama pada harga dirinya dengan kebohongan yang lain lagi.

Tapi sebanyak mana dia mengunci dirinya dan menyangkal semuanya, pada akhirnya dia masih kalah dengan dirinya sendiri. Benar-benar melupakan harga diri dan egonya sekali lagi, sekarang sudah menjadi kebiasaannya untuk mengalah dengan dirinya sendiri dan tidak bisa mengendalikan dirinya jika berkaitan dengan istrinya.

Jennie sudah menjadi candu baginya, memabukkan setiap sistem dalam tubuhnya, yang tidak pernah bisa dia hindari. Tapi pada saat yang sama dengan perlahan itu juga bisa membunuh jantungnya...

Tidak peduli berapa banyak dia memikirkannya, alasan di balik siksaan yang dia derita, dia tidak bisa membuat dirinya untuk mendapatkan jawaban yang sebenar, karena setiap kali dia hampir mendapatkan jawabannya, dia akan selalu menghentikannya. Memilih untuk menjadi pengecut dan pasrah karena dia tidak ingin dan tidak akan pernah ingin untuk mengejar satu-satunya jawaban yang akal pikirannya berikan.

Entah sejak kapan dia membandingkan kekasihnya, Irene dengan istrinya. Entah sejak kapan dia berharap kekasihnya akan lelah dan memintanya untuk pulang ke rumah. Dan sejak kapan dia memusatkan perhatiannya pada wanita lain di samping kekasihnya.

Hidupnya jadi hancur. Dia benar-benar bingung dan merasakan kesakitan. Terlalu banyak siksaan di dalam dirinya menambah stresnya. Dia hanya ingin menghindari semuanya untuk sekali ini saja. Malam ini seharusnya memberinya waktu untuk bebas. Tetapi pada akhirnya, dia tetap akan dikurung bersama dengan penderitaannya sendiri. Dan bahwa, wanita yang seharusnya dia berikan rasa sakit yang dia rasakan akan selalu menjadi alasan utama penyiksaannya.

***

Dia seharusnya melihat Irene begitu imut setiap kali kekasihnya itu memintanya untuk melakukan beberapa game di setiap stan. Dia seharusnya merasa sesuatu di perutnya setiap kali Irene melingkarkan lengannya bersama. Jantungnya seharusnya bertepuk tangan dengan senang setiap kali Irene mengecup bibirnya. Dia seharusnya merasa kecewa ketika Irene memberitahu padanya bahwa dia sudah lelah berjalan. Dan dia seharusnya merasa sedih karena Irene tidak bisa bergabung dengannya untuk menonton kembang api malam ini.

Tetapi dia tidak merasakan semua itu. Dia menyalahkan dirinya sendiri mengapa dia tidak merasakan hal yang sama pada Irene seperti sebelum ini. Mengapa dia tidak bisa membuat dirinya mengagumi Irene sehingga meneteskan air liur dengan kebersamaannya malam ini. Apa yang hanya Jisoo bisa lakukan sepanjang malam adalah berusaha untuk fokus menatap ke arah Irene, ke arah wajah wanita yang dia cintai, wanita yang seharusnya membuat jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Tetapi dia tetap tidak bisa. Kenapa dia tidak bisa merasakan hal yang sama? Sejak kapan semua ini terjadi?

Benar-benar perasaan yang aneh. Jantungnya bahkan tidak akan lagi menari-nari dan berteriak ketika dia melihat senyuman manis yang merayap di bibir Irene. Jantungnya tidak akan berdetak dua kali lebih cepat daripada yang biasanya setiap kali Irene mengucapkan kata cinta padanya. Suara yang selalu ingin dia dengarkan sekarang sudah menjadi seperti suara lainnya, dicampur dengan suara-suara dari sekitar pameran. Bagaimana semuanya bisa berubah begitu cepat.