38

2.8K 449 65
                                    


L  O  C  K  E  D    W  I  T  H   Y  O  U

JENNIE's POV

Aku melihat Irene mengalihkan tatapannya ke arah ku. Dan aku segera merasakan getaran mengalir di tulang punggungku saat aku melihat ekspresi jijik di wajahnya. Aku menggigit bibir bawahku dan mencoba untuk memalingkan wajah saat rasa bersalah perlahan membuat ku tenggelam.

Bagaimana bisa hanya dengan keegoisan kecil seperti itu bisa membuat ku lebih menyakitkan pada akhirnya?

Dan meskipun aku tidak merasakan penyesalan, rasa bersalah itu tetap perlahan membunuhku.

Fantasi yang seharusnya untuk terus berada di dalam pikiranku.

Matanya, tatapannya...terutama cintanya tidak akan pernah tertuju padaku.

Apakah aku tidak cukup layak untuk setidaknya merasakan sedikit pun kebahagiaan?

Mungkin benar-benar tidak.

Jika takdir ku untuk memiliki perasaan yang tidak berbalas terhadap seseorang yang sudah menjadi milik orang lain maka aku seharusnya mengharapkan setiap konsekuensi dari cinta yang menyakitkan ini.

Jika saja aku bisa mengatakan pada hati yang tidak tahu malu ini untuk berhenti dari kebodohannya, aku sudah melakukannya dari awal lagi. Tetapi aku tidak bisa.

Terlalu bisu bahkan untuk bicara pada diri sendiri. Terlalu tuli untuk mendengar kenyataan yang terus-menerus berteriak padaku namun aku hanya mendengar detak hatiku yang sangat senang dan gembira setiap kali ada Jisoo. Terlalu buta untuk melihat orang lain, terlalu buta untuk melihat rasa sakit yang telah aku berikan pada orang lain karena mata ku hanya untuk melihat Jisoo.

Sampai sekarang, aku masih menjadi wanita yang lemah. Bahkan lemah untuk berdiri sendiri di atas kakiku. Sebelumnya, Jisoo adalah yang menyebabkan rasa sakit ku, siksaan yang dengan perlahan bisa membunuhku. Tetapi sekarang, Jisoo menjadi kekuatan yang ku butuhkan. Kehangatannya yang akan dengan cepat menyembuhkan rasa dingin dalam diriku. Dan dia selamanya akan menjadi keinginan yang tidak akan pernah ku miliki.

"Irene-ah...apa yang kau lakukan di sini?"

Aku mendengar Jisoo berbicara. Untuk sesaat, ku pikir dia tidak ada di sana. Dan syukurlah dia ada karena ku rasa aku hampir sesak dengan rasa bersalah ini, hanya dengan tatapan Irene yang membuat ku merasakan perasaan itu.

Tatapan ku tertuju pada Jisoo. Aku melihatnya saat dia perlahan berjalan menuju ke arah kekasihnya. Ya Tuhan. Betapa aku ingin memejamkan mataku saat ini juga karena ku pikir aku tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Melihat Jisoo memegang Irene, melihat tatapan Jisoo yang hanya untuk Irene, benar-benar menghancurkan hatiku. Tapi bahkan sebelum aku benar-benar memejamkan mataku, aku melihat Jisoo berdiri di antara aku dan Irene. Jarak yang adil antara aku dan dia dan antara dia dengan kekasihnya.

Dia melihat sekilas dari balik bahunya, cukup untuk mata kami saling bertatapan untuk beberapa saat. Dan cukup bagiku untuk mengetahui bahwa 'dia benar-benar ada di sana.'

'Apa yang kau lakukan Jisoo?'

"Wae? Apakah sekarang aku tidak bisa mengunjungi pacarku sendiri?"

Aku tersentak ketika aku mendengar suaranya yang tajam. Seolah-olah melempar garam pada hatiku yang sudah terluka. Dan membuatku menyadari bahwa sangat disayangkan karena bahkan sampai sekarang, di dalam rumah ini, aku masih belum punya meskipun sedikit hak untuk memiliki sebagian dari diri suamiku.

"Irene—"

"Wae? Apakah karena kau sudah punya istri aku tidak bisa mengunjungi mu lagi?"

Aku bisa melihat Jisoo mulai mengepalkan tangannya. Apakah dia marah?

Locked with You ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang