L O C K E D W I T H Y O USudah pagi ketika Jennie bangun tanpa Jisoo di sisinya. Dia mengerang ketika dia duduk, merasakan sedikit sakit di kepalanya. Sambil memegang di sisi kepalanya, dia melihat sekeliling untuk mencari Jisoo tetapi mendapati dirinya sendirian di kamar mereka. Alisnya berkerut dengan khawatir.
Dimana dia? Pikir Jennie.
Jennie akan bangun dari tempat tidurnya ketika pintu kamar mereka terbuka dan seorang pelayan masuk. Setelah melihat Jennie, pelayan itu bergegas ke sisinya.
"Ny. Jennie, anda harus istirahat lebih lagi. Kami akan membawakan makanan untuk anda." Pelayan itu berkata dengan cemas dan hendak membimbing Jennie kembali berbaring di tempat tidur tetapi Jennie tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Aniya, gwenchana. Kepala ku sedikit sakit tetapi aku baik-baik saja. Bisakah tolong ambilkan obat untukku?" Jennie berdiri dari tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi dengan pelayan yang mengikuti di belakangnya.
"Tetapi suami anda memberi tahu kami bahwa anda belum makan apa pun sejak tadi malam. Dia mengatakan pada kami bahwa anda harus makan dulu sebelum minum obat." Pelayan itu bersikeras
Jennie membasuh wajahnya di wastafel dan memeriksa perban kecil di dahinya. Untung dokter melepas balutan yang melilit di kepalanya sebelum pulang kemarin karena itu akan menyebabkan pembicaraan besar begitu dia pergi ke kampus nanti.
"Oh, baiklah. Aku akan turun dan makan dulu." Jennie menjawab. Pelayan itu melongo dan segera menghalangi langkah Jennie.
"Kami bisa saja membawanya ke sini, untuk anda. Ny. Jisoo dengan tegas mengatakan kepada kami bahwa kami tidak boleh membiarkan anda terlalu lelah."
Jennie tersenyum pada pelayan itu dan meletakkan tangannya di bahu wanita tua itu membuat pelayan itu tersentak, kaget.
"Aku baik-baik saja. Lebih melelahkan jika aku istirahat seharian. Jadi jangan khawatir. Aku akan turun dan sarapan, ditambah aku akan terlambat ke kelas."
Mata pelayan itu melebar, dia terkesiap. Dia hendak protes lagi tetapi Jennie menyipitkan matanya. Akhirnya, pelayan itu menyerah. Jennie tersenyum padanya dan berjalan keluar.
"Ngomong-ngomong, di mana Jisoo?" Jennie bertanya sambil berjalan ke bawah.
"Dia pergi pagi-pagi sekali." Pelayan itu memberitahu.
"Oh." Jennie menghela nafas. Meskipun dia tahu Jisoo sangat sibuk, dia tidak bisa menahan diri untuk merasa kecewa karena tidak bangun dengan Jisoo di sisinya. Apakah Jisoo masih marah padanya? Lagi, Jennie tidak bisa menyalahkan Jisoo jika suaminya itu benar-benar masih marah.
***
Jennie menahan dirinya dari menertawakan para maid itu ketika dia berdebat dengan mereka. Mereka mendesaknya untuk tidak pergi ke kampus dan tetap tinggal di rumah. Rupanya, Jisoo memerintahkan mereka untuk tidak membiarkannya keluar rumah. Tapi pada akhirnya, dia memenangkan argumen itu. Ketika dia selesai mandi, dia mendengar ponselnya berdering.
"Kamu tidak akan pergi kemana-mana." Suara marah Jisoo menyambutnya saat dia mengangkat panggilan itu. Alis Jennie berkerut dan bibirnya mengerucut. Jelas, para maid tadi memberitahunya
"Aku tidak mau ketinggalan kelas." Jawab Jennie dengan tenang.
"Kamu baru saja dirawat di rumah sakit kemarin." Jennie sedikit gemetar dengan nada tegas Jisoo.
"Tapi sekarang aku baik-baik saja." Jennie berkata dengan lemah. Setelah beberapa saat, dia mendengar Jisoo menghela nafas.
"Arraso. Seolah-olah aku bisa menghentikanmu melakukan apa yang kamu inginkan." Gumam Jisoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Locked with You ✔️
FanfictionAku sangat bodoh dan tidak berguna karena tidak menghentikan semuanya. Sekarang, aku yang disalahkan karena telah menghancurkan hidupmu... - Jennie Hidup ku hancur sejak kau datang... - Jisoo 🔺Jitop 🔺gxg 🔺25 Januari 2020