L O C K E D W I T H Y O U"Aku ingin punya adik perempuan tetapi Appa bilang itu mustahil karena Eomma ku yang sebenarnya sekarang sudah meninggal. Aku meminta pada 'Eomma' untuk memberiku seorang adik perempuan... dia menertawakan ku dan mengatakan dia akan memberiku suatu hari nanti. Aku tidak sabar menunggu hari itu datang..."
Kata-kata dari gadis kecil itu masih segar dalam ingatannya, membuat bagian dalam dirinya merasakan sesuatu. Bagaimana bisa anak kecil yang polos itu dengan mudah menyentuh perasaannya.
Tahu bahwa gadis kecil itu akan kecewa pada akhirnya, dia berharap semoga pikiran muda gadis kecil itu melupakan keinginannya seiring berjalannya waktu.
Pikirannya kemudian terhenti ketika dia mendengar suara pintu terbuka.
Sekali lagi... dia memilih untuk mengunci dirinya di dalam ruangannya, menunggu malam akan datang untuk akhirnya memiliki alasan untuk pergi keluar. Setelah apa yang terjadi tadi bersama dengan 'keponakannya', dia menyadari bahwa dia seharusnya tidak membuat dirinya terlalu dekat pada gadis kecil itu. Karena saat melihat Sarang, akan selalu mengingatkannya pada istrinya. Namun sekarang... ini 'dia' lagi. Seolah tidak peduli apa yang dia lakukan untuk menjauh, sesuatu akan tetap menariknya ke arah istrinya.
"Apa yang kau inginkan? Apa kau tidak bisa melihat aku sedang sibuk?"
Jisoo berkata dengan suaranya yang selalu terdengar dingin.
"Uhmm... maaf mengganggumu. Aku dan Sarang akan pergi ke pameran di universitas. Apakah kau ingin ikut dengan kami?"
Jennie sudah berpikir sepanjang hari untuk mengajak suaminya meskipun dia tahu apa jawaban Jisoo nantinya, dia masih mencoba nasibnya.
Jisoo mendongak. Jennie terkesiap melihat ekspresi Jisoo yang tampak marah yang sangat jelas mengatakan bahwa dia akan menolak ajakan istrinya.
"Apakah kau bercanda? Ikut denganmu? Aku sudah selesai mengasuh keponakanmu. Dan kau di antara semua orang yang lebih tahu siapa yang aku inginkan bersama denganku. Pergi saja dari pandanganku."
Persis seperti apa yang dia pikirkan. Tapi mungkin dia hanya ingin mendengar hinaan lagi dari suaminya. Mungkin itu sudah menjadi rutinitasnya untuk di tusuk oleh kata-kata yang menyakitkan dari suaminya. Mungkin harinya tidak akan terasa lengkap jika tidak disiksa oleh perlakuan dingin suaminya.
Tapi tidak. Sejak kemarin dan terutama pagi ini, sesuatu mendorongnya untuk pergi melihat dan bertemu dengan Jisoo, berharap dia akan bisa melihat sisi lain suaminya lagi.
Bahunya merosot dengan sedih. Perasaan yang sama dihatinya yang seperti dikoyak menimpanya lagi. Dan lagi... dia bisa merasakan sesuatu yang basah di dalam bola matanya.
"Mi-mianhe... aku... aku seharusnya pergi. Maaf karena sudah mengganggumu."
Dia sedikit tergagap. Setelah dia mengucapkan kata maaf pada Jisoo, Jennie dengan cepat berbalik, menyembunyikan wajahnya yang tampak menyedihkan dari wanita yang memberinya rasa sakit itu lagi.
Begitu dia mendengar suara pintu tertutup, Jisoo merebahkan tubuh bagian atasnya ke meja. Wajahnya menoleh ke sisi, menatap pintu yang sudah tertutup. Mulutnya setengah terbuka mencoba untuk menarik nafas dalam.
Sekali lagi menggenggam dadanya yang terasa sakit, mencoba untuk memahami erti perasaannya yang membingungkan dan rasa sakit yang selalu mengganggunya selama berhari-hari terakhir ini.
***
Keponakannya sangat menikmati acara di universitas itu. Dia berlari-lari dan menyeret Jennie dari satu tempat ke satu tempat. Untungnya ada Rosé di sana yang bisa membantunya untuk mengendalikan gadis kecil yang penuh energi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Locked with You ✔️
FanfictionAku sangat bodoh dan tidak berguna karena tidak menghentikan semuanya. Sekarang, aku yang disalahkan karena telah menghancurkan hidupmu... - Jennie Hidup ku hancur sejak kau datang... - Jisoo 🔺Jitop 🔺gxg 🔺25 Januari 2020