halo! jangan lupa mampir ke spin-off pertama buku ini, ya~ judulnya He's My (Irregular) Boyfriend! mari berjumpa dengan Hendery di sana~
SELESAI DIREVISI
Buru-buru Ara dan Jeno melesat turun, namun Ara berjalan terlebih dahulu menuju ruang tamu. Tebakannya, Jaemin memang berada di sana sebagai tamu.
Dapat Ara dan Jeno lihat perubahan ekspresi wajah Jaemin, dan itu memang reaksi yang seharusnya. Jeno menghela napasnya dan mendekati Jaemin.
"Gue inget banget ada di sebelah Chenle waktu itu, tapi ...." Jaemin memandang heran. "Ini gak mungkin diedit karena gue gak pernah share ke mana pun."
"Sebenernya ini kenapa?" tanya Jaemin lagi.
Ara memandang Jeno, ia tampak menarik napas dalam-dalam dan menoleh ke arah Ara. Ia menaikkan satu alisnya karena tatapan Ara yang penuh tanda tanya.
"Kenapa sih?" tanya Jeno.
"Lo ... inget gue dan ngenalin Jaemin ...?" tanya Ara.
Jeno pun melihat ke arah Jaemin dan Ara secara bergantian. "Emangnya seharusnya gue gak kenal?"
"Bukan ... cuma ... harusnya kehidupan lo balik seperti semula, 'kan? Harusnya lo gak kenal gue," jawab Ara dengan pemikiran kerasnya.
Sedangkan Jaemin yang sedang melihat mereka berdua itu memandang keheranan, apalagi kalau ia menyimak topik obrolan antara Ara dan Jeno.
"Kalian ngomongin apa, sih?" tanya Jaemin, lalu memandang Ara. "Lo juga, siapa coba?"
Wow, Jaemin sangat berbeda dari yang diekspetasikan. Eh, tapi kalau gue juga dalam situasi aneh kayak Jaemin juga bakal stres dan kepikiran, sih.
"Ini Ara, Choi Ara." Jeno menatap Jaemin. "Hubungan hilangnya lo dari foto ini, ada di dia."
"Dia ...?" tanya Jaemin sambil memandang Ara heran.
"Yah, jadi ...." Ara pun menjelaskan apa yang terjadi persis seperti yang ia ceritakan pada Jeno. Alhasil, Jaemin tentu tidak percaya begitu saja. Namun, lagi-lagi, tak ada alasan yang lebih masuk akal untuk menjelaskan semua ini.
Termasuk identitasnya yang terperangkap di dimensi lain. Hanya saja, Jaemin mengatakan sesuatu yang membuat Jeno dan Ara memahami sesuatu.
"Jeno hilang? Mana ada! Seharian ini bukannya Jeno sibuk solo photosoot buat majalah B?" ujar Jaemin, membuat Jeno dan Ara saling pandang.
"Berarti, saat ini ... Jeno udah ...," gumam Ara dan memandang Jeno. "Jen, lo udah balik jadi idol!"
"Apa?" jawab Jeno dan mengecek ponsel Jaemin lagi. Benar, Jeno bisa melihat dirinya di sana. Untuk bukti lainnya, Jeno langsung mengecek situs pencarian.
Benar saja. Ia menemukan data dirinya seperti biasa. Jeno tertawa lega. "Wah, ternyata emang ganti-gantian."
"Tunggu dulu, maksud lo keadaan gue begini karena dating doors buatan lo ternyata bisa jadi penghubung antar dimensi? Lo minta gue percaya itu?" ujar Jaemin lagi.
"Apa ada alasan yang masuk akal dari hilangnya lo di foto ini selain itu?" tanya Jeno balik, berusaha membuat Jaemin percaya.
Jaemin memandang tak percaya. "Terus? Gue bakal begini selamanya?"
"Iya, kecuali Ara main dating doors itu lagi dan nemuin pengganti lo," jawab Jeno.
"Dating doors itu bukannya gak pasti? Gimana kalau yang keluar gue lagi?" tanya Jaemin.
TIba-tiba Ara teringat akan pola angka yang ia sadari saat berusaha mencari pintu Jaemin. Ara langsung memandang Jaemin dan membantah pernyataannya.
"Gue rasa ada polanya," jawab Ara.
"Pola apㅡ"
drrt! drrrtt!
Ponsel Jeno bergetar, tanda adanya panggilan masuk. Jeno buru-buru mengecek ponselnya, dan ia menghela napas berat. Ia memandang ke arah Ara dan Jaemin bergantian.
"Kayaknya manajer bakal nyuruh gue balik ke asrama," ujar Jeno.
"Lah, gue juga dong?" tanya Jaemin.
"Mana mungkin, identitas aja lo gak ada. Gimana mau balik ke asrama?" tanya Jeno.
"Ya, cari alasan dong biar gue bisa masuk? Gue mau tidur di mana coba?" tanya Jaemin lagi, saling melontarkan pertanyaan.
"Ya menurut lo, selama berhari-hari yang lalu gue hilang, gue tidur di mana?" sahut Jeno balik, membuat Jaemin terdiam sedikit.
Ia memang tak bisa bilang kalau Jeno menginap di hotel, berdasarkan ingatannya, karena Jeno ada jadwal pemotretan majalah B. Jaemin menghela napas kasar.
"Gue harus tidur di sauna?" tanya Jaemin, lagi.
"Enggak perlu. Lo pikir ini bukan rumah?" tanya Jeno, membuat Jaemin seketika memandangnya kaget, lalu menoleh ke arah Ara.
Ara pun balik memandang keduanya bergantian, lalu menggidikkan bahu. "Kalau emang Jaemin maunya ke sauna, ya ... gue bisa apa?"
"Enggak, lebih aman di sini karena gue bisa cari Jaemin yang jauh dari publik." Jeno mempertegas sarannya, membuat Jaemin pun tidak tau lagi harus beralasan apa.
...
Setelah Jeno pergi, keheningan ada diantara Ara dan Jaemin. Mungkin Jaemin masih belum bisa percaya keadaannya yang seperti ini, dan Ara pun tidak tahu bagaimana harus memulai pembicaraan.
Jaemin melirik Ara yang hanya menunduk memegang gelasnya, entah mengapa Jaemin pun merasa tidak enak.
"Gak apa-apa, jangan merasa bersalah gitu. Gue juga cukup yakin siswi biasa kayak lo mana mampu ngerusuhin dimensi secara sengaja?" ujar Jaemin.
"Yah ... tetap aja, gue belum bisa nemuin solusi," jawab Ara.
"Kita bisa cari solusinya bareng. Karena yah, gimana pun juga kita terlibat, 'kan?" sahut Jaemin yang membuat Ara tersenyum.
"Jeno juga bilang hal yang mirip," jawab Ara.
"Namanya juga sehati," sahut Jaemin lagi, membuat Ara tertawa kecil. "By the way, kata lo ... Jeno bisa dapet lagi identitasnya, alias dikenali lagi sama dunia, karena tukeran sama gue?"
"Daripada disebut tukeran, lebih jelasnya bergantian. Mungkin nanti lo bisa dapetin identitas lo lagi kalau gue main lagi,"
"Main?" tanya Jaemin.
Ara mengangguk-angguk. "Main permainan dating doors itu."
"Terus ... kenapa gak mainin lagi sekarang?" tanya Jaemin, membuat Ara kembali berpikir. Apakah itu solusi yang tepat? Atau malah menambah masalah nantinya?
wah, otak saia bekerja lebih rumit karena sekarang diperjelas mengenai kenapa bisa 'Ara' alias kamu, bisa kejebak di dunia halu itu :")
tolong ingatkan aku kalau ada yang janggal di episode nanti, ya! arigatou gozaimasu minna-san!
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️Dating Doors || NCT
FanfictionBayangkan, apa yang terjadi kalau dating doors benar-benar terjadi dan dialami olehmu? ➖ [15 +] It's not a happiness, it's a curse. Prepare to break it and lose. . . . ㅡ - beberapa topik cerita mungkin akan menyinggung - harap untuk tidak membawa s...