167 cm

127 9 4
                                    

Ketika semua siswa sibuk belajar, Mat malah sibuk berjalan sembari berpikir mengenai tujuan dia. Tak mungkin dia ke perpustakaan mengingat ia sempat membuat kekacauan di sana, meskipun tak ketahuan ia tetap ngeri bertemu dengan Bu Sabil pencinta cogan yang menjadi t-rex apabila berhadapan dengan cewek.

Mat menarik napas panjang sembari menyebar pandangan, takut apabila bertemu dengan Bu Siregar sang guru BK yang digadang-gadang lebih menyeramkan ketimbang Mbak Nining.

Bercerita tentang Mbak Nining, dia dipercaya sebagai penunggu di danau buatan sekolah, itulah mengapa banyak yang takut ke sana karena konon jika berkunjung di sana dan nyebur, nyawa taruhannya. Namun kalau dipikir-pikir selain tak percaya dengan tahayul semacam itu, Mat juga nggak punya urusan di danau buatan. Siapa sih orang bodoh yang mau berkunjung ke sana mengingat tempat itu sulit dijangkau dan menjadi sarang nyamuk.

Mat melangkah di koridor hendak menuju eskalator. "Hei kuy." Mat hampir terjengkang saat seseorang menyentuh bahunya dengan manja.

"Bikin kaget aja lu," ucap Mat dengan sedikit membentak.

"Ih, jangan marah gitu. Gue 'kan cuma nyapa."

Mat tersenyum kikuk, enggan meladeni adik kelasnya itu.

"Sombong amat sih, Kak," kata cowok tersebut.

Mat melirik cepat memandang lelaki tersebut dengan tatapan menyelidik.

Merasa horor, lelaki tersebut mengulurkan tangannya. "Mungkin kakak belum kenal gue, ya. Kenalin nama gue Jastina."

Mat menarik napas panjang merasa waktunya dibuang percuma karena si cowok jadi-jadian ini. "Mat."

"Oh, Kak Mat. Matcha Adellina, kan?" tanyanya.

Mat mengangguk.

"Ih, jangan jutek-jutek gitu deh, Kak, pamali lho anak perawan cemberut gini. Nanti cogan pada menjauh. Coba lihat gue, ceria setiap saat demi Abang Ucup tercinta."

Sumpah demi apapun, Mat muak dengan cowok melambai yang ada di hadapannya dan ia malah mengait-ngaitkannya dengan U-cangkir. Apakah dalam sehari ia bisa terlepas dari segala sesuatu yang berkaitan dengan cowok pawang lele itu?

"Gue lagi nggak mood ketemu siapa-siapa, terutama lu." Mat siap melangkah, meninggalkan si cowok yang menyebut dirinya bernama Jastina.

"Mau kemana, Kak? Gue mau ikut dong. Kebetulan mau nyari cogan, nih," ucapnya dengan nada yang dibuat mendayu-dayu.

Cukup secuil tekad yang Mat butuhkan untuk menendang masa depan cowok tersebut demi menyadarkan dirinya bahwa ia seorang cowok yang notabenenya berbatang. Mat lantas menggeleng cepat, risih dengan otaknya yang tiba-tiba error'.

Mat mengangkat senyum cepat. "Kalau mau ikut, ya ... ikut aja. Kebetulan gue mau ke danau buatan, mau ketemu sama Mbak Nining. Di sana nggak ada cogan sih, yang ada cewek cantik yang bisa lu ajak cipika-cipiki."

Jastina merinding mendengar ucapan Mat. "Dengan segala hormat gue ucapkan, silahkan kakak ke sana tanpa mengajak diri gue yang nggak mau mati muda. Amit-amit, Kak. Gue nggak mau mati sebelum menjadi hak paten Ucup tercinta."

Mat berusaha menahan tawanya di depan cowok berlagak cewek tersebut.

"Doyok!" teriak seorang lelaki yang berdiri di depan kelas 11 IPA 4.

Mendengar itu Mat menoleh, berpikir orang yang dipanggil ada di belakangnya. Namun, mendengar Jastina yang berdecih sebal membuat Mat mengerutkan dahi.

"Kenapa lu teriak-teriak?" balas Jastina menggunakan suara aslinya yang lantang.

Mat tak bisa lagi menahan diri untuk tidak tertawa. Di depan Jastina ia tertawa lepas menertawakan makhluk yang masih berdiri di depannya dengan muka sebal.

Matcha AdellinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang