Angin berembus mempermainkan rambut Jingga ketika ia tengah duduk di atas jok motornya. Sudah sedari tadi ia memperhatikan sepasang manusia yang sibuk berbincang di dalam mini market. Matanya ia putar saat mereka lagi-lagi melemparkan senyum.
Dia kembali melirik ponselnya, berharap nomor yang sedari tadi ia hubungi aktif. Napasnya ia buang secara gusar.
Jam sudah menginjak angka sepuluh, Jingga memutuskan untuk masuk ke dalam minimarket, menghampiri cewek yang sedari tadi ia tunggu.
"Ayo pulang," ucapnya tanpa basa-basi.
Mereka kompak menatap Jingga yang hadir bak jelangkung.
"Kok nomor lu gak aktif? Gue telpon dari tadi gak aktif-aktif. Gue udah satu jam nunggu di luar tapi lu sama sekali gak tahu, 'kan?" celoteh Jingga.
"Jadi gini, barusan gue janjian buat pulang bareng Mat," balas Kai.
"Jadi lu nyuruh gue buat pulang gitu aja setelah nunggu sejam di luar jadi makanan nyamuk? Gitu? Lu gak tahu apa, butuh niat besar buat ngeluarin Jojo dari kandangnya tapi pas gue sampai sini lu seenak jidat nyuruh gue pulang? Peranakan Firaun lu, ya? Kejam banget sama gue," kata Jingga yang membuat Kai diam seketika.
Mat yang menyaksikan itu segera mencairkan suasana. "Sorry, ya, Kai. Gue lupa kalau sebelumnya gue nyuruh Jingga buat jemput gue. Maaf banget."
Kai membalas ucapan Mat dengan senyum manis. "Baik, kalau gitu, gue pulang dulu, ya. Hati-hati di jalan."
Mat mengangguk dengan senyum kikuk. "Lu juga hati-hati di jalan."
"Hati-hati, jangan nyebrang kalau gak ada mobil," celetuk Jingga.
Paham dengan arah pembicaraan Jingga, Mat dengan cepat memukul bahu Jingga. "Mulut butuh penyaring lagi?"
Kai hanya tertawa kecil lalu pergi meninggalkan mereka.
Kai telah hilang dari pandangan Mat. Ia memukul bahu Jingga hingga menjerit kesakitan. "Lu kok mukul gue, sih? Salah gue apa, coba?"
"Lu gak bisa banget jaga mulut depan pacar gue!"
Bersamaan dengan sampainya ucapan Mat, suara gemuruh datang dari rak belanja paling ujung.
"Fidella, lu gak apa-apa, 'kan?" tanya Mat sedikit berteriak.
"Gak apa-apa, kok," balasnya.
"Buruan ganti baju, shift udah sampai."
Hei, siapa yang tidak terkejut mendengar pernyataan Mat tersebut. Fidella saja yang kalemnya bisa disandingkan dengan Taeyeon SNSD terkejut mendengar kalimat tersebut.
"Lu serius pacaran sama cowok yang tadi?" tanya Jingga yang tak percaya.
"Udah ah, ayo pulang. Sumpah pening banget gue lihat lu hari ini. Coba lu gak barbar dan bisa diajak negosiasi, pasti gue udah bisa pulang sama dia," ucap Mat yang berjalan ke belakang hendak mengambil baju sekolahnya.
Mendengar itu, Jingga tertawa. "Katanya anti bucin, giliran dapat objek ludahnya dijilat sendiri. Kan gue udah bilang, semua akan bucin pada waktunya. Tinggal nunggu objek, aja."
Mat datang dengan menentang goodie bag-nya.
"Berisik."
"Lu belum jawab, ya, pertanyaan gue. Kenapa nomor lu gak aktif?" tanya Jingga mengulang pertanyaannya.
"Nomor gue terblokir. Jadi, gue ganti wa," jawabnya sembari berjalan keluar.
"Pasti pacar lu itu ke sini cuma mau minta nomor, wa lu, 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Matcha Adellina
Teen FictionBagi Mat, dunia itu tak berotasi, dunia menetap pada porosnya terbukti dari dirinya yang selalu saja mendapatkan ketidakadilan. Luka bertumpuk luka, pilu bertumpuk pilu hingga semuanya menggunung dan mengoyak hidupnya. Hingga di hari itu, hari dima...