Penyatuan Hati Beku dan Hati Biru

133 8 1
                                    

Ganendra Jaya benar-benar gempar sekarang. Bagaimana tidak gempar, ratu dari kelas IPA baru saja keluar dari ruang BK. Memang cukup menggemparkan ketika ia yang selama ini tidak pernah berurusan dengan anak IPS malah berkunjung ke gedung IPS membuat keributan di sana.

Mungkin sudah banyak yang tahu bahwa beberapa hari terakhir Jingga terlihat lebih sering dengan Mat. Sudah menjadi rahasia publik bahwa Jingga memiliki batasan dengan orang-orang sekitar dan terkesan menjauh dengan orang yang tidak suka. Namun ini kali pertama ia bermain fisik, apalagi sekarang main fisiknya dengan cowok.

Saat kembali ke kelas, Jingga dikerumuni oleh banyak siswa. Orang-orang kembali tercengan melihat ekspresi Jingga yang terkesan biasa-biasa aja. Dia bahkan dengan santainya menarik tasnya dan berlalu pergi tanpa meninggalkan sepatah kata pun.

Sepanjang koridor, Jingga masih saja menjadi pusat perhatian hingga ia bertemu dengan Mat dan melangkah beriringan menuju parkiran.

Di parkiran, Jingga langsung mengeluarkan Selena yang dengan antengnya parkir dengan mobil lain. Sebelum memasuki Selena, Jingga berdiri sebentar, sekedar memuji Selena dengan kalimat basi yang dilepaskannya setiap hari. "Beruntung banget, gue bisa punya lu, Sel. Sumpah lu eksotis banget tau."

Mat yang mengamatinya dari jauh hanya bisa menggelengkan kepala melihat kegilaan cewek tersebut. Pasti tidak ada yang percaya bahwa cewek yang selalu dipuja-puja kecantikannya itu bisa berbuat hal yang sangat gila salah satunya sekarang berbicara dengan benda mati.

"Mat." Mat mendengar namanya dipanggil dan sontak ia menoleh.

Senyumnya ia angkat dengan cepat saat ia sadar bawa orang yang memanggilnya adalah Kai.

"Lu diskors, ya?" tanyanya to the point.

Mat mengangguk cepat. "Tahu dari mana?"

"Semua orang udah tahu, kali, Mat," jawabnya.

"Lu pasti sudah ilfil kan sama gue?" ucap Mat dengan wajah datar.

Refleks Kai menggeleng. "Nggaklah, ngapain juga gue ilfil. Lagian lu pasti punya alasan tersendiri hingga ngelakuin hal itu. Intinya, gue nggak bakalan nanyain itu, karena itu privasi lu."

Senyum Mat kembali. Ia menatap Kai tulus. "Makasih ya, Kai."

Kai terlihat kebingungan sembari mengerutkan dahinya.  "Makasih untuk apa?"

Mat memilih tak menjawab, ia malah meninggalkan Kai, menuju Selena yang sedari tadi menunggu bersama dengan tuannya.

Duduk anteng di jok Selena dengan muka masam membuat Mat tergelitik dan menertawai ekspresi Jingga.

Jingga memutar matanya sebal karena bukannya masuk, Mat malah berdiri sembari tersenyum bak orang kerasukan.

Beberapa detik kemudian, Mat berbalik dan berkata, "Kai, hati beku siap menyatu dengan hati biru."

Mata Kai membulat sempurna. Ia hanya bisa terpaku, cukup terkejut mendengar kalimat itu. Sadar akan tanggapan konyolnya, ia berlari mendekati Mat. Namun, Mat bergegas memasuki mobil, meninggalkan Kai yang masih terkejut dengan kalimat yang dilemparkan Mat beberapa detik yang lalu.

Saat memasuki mobil— Selena, tentu Mat langsung disambut dengan omelan Jingga. Namun satu kata pun dari omelin itu tak masuk di telinganya. Kini ia fokus pada satu objek yang masih berdiri sembari memegang dadanya. 

Mat tertawa membuat Jingga kian kesal.

Jingga melakukan mobilnya, meninggalkan parkiran.

Bugh.

Merdu sekali suara itu di telinga Jingga.

"Auh ... sakit. Oren, ngapain ngerem mendadak?!" komplain Mat.

Matcha AdellinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang