Kalau cinta, ya, di sayang, bukan dikasarin! -aulia
Happy Reading☺
Katanya cinta pada pandangan pertama itu ada. Dulu, Gama ragu habis-habisan dengan perkataan itu.Tapi, sekarang rasanya ia mulai sedikit percaya. Silih berganti, otak Gama mulai membuka setiap cuplikan kejadian hari ini. Semua kejadian luar biasa itu ia alami dalam satu hari. Tapi ada satu hal yang paling ia minati. Senyuman manis yang beberapa hari yang lalu selalu membayangi pelupuk matanya.
Gama tersenyum layaknya orang bodoh. Yah, sebut saja Gama bodoh karena ia masih mampu melengkungkan senyuman, padahal bisa dibilang hari ini ia sangat sial.
Senyumannya pudar karena sakit yang menyerang.
Ringisan dan umpatan kesal terlontar lancar dari mulut Gama. Pukulan Elang lumayan keras, ada beberapa bagian tubuhnya yang memar. Bagian terparah ada pada kaki kanannya, darahnya membeku. Dalam satu minggu juga kakinya bisa normal kembali, meskipun begitu, tangisan Mama saat melihat keadaan Gama hampir saja membuat semua orang berpikir Gama habis kena tembak atau baru pulang dari berperang.
Perempuan yang teramat lembut hatinya itu tidak bisa menahan diri untuk tidak khawatir. Dengan panik ia langsung memaksa Gama untuk ke rumah sakit. Padahal Gama sudah menolak mati-matian, tapi akhirnya Gama mau juga.
Setelah dapat ceramah dengan durasi panjang dari orangtuanya, kini, Gama ditempatkan di penjara pribadi, kamarnya. Bukan penjara, sih, karena Mama selalu memeriksa keadaan Gama tiap satu jam sekali, membawakan makanan ke kamar, bertanya apa Gama mau ke kamar kecil ataupun semacamnya. Padahal Gama masih bisa melakukan semua itu sendirian. Jadinya, ia kesal juga geli secara bersamaan, inilah mama. Tegas tapi sangat perhatian pada Gama. Karena bisa dibilang, ia jarang sekali pulang dalam keadaan begini. Apalagi berkelahi di sekolah.
Setelah mengusap tengkuknya yang tegang, Gama merebahkan tubuh di atas Kasur. Sekali lagi ia meringis saat menggerakkan kakinya. Selama beberapa hari ini ia akan tersiksa. Elang memang benar-benar sialan.
'Baiklah, lupakan cowok itu!' Tegur Gama pada dirinya sendiri.
Dengan susah payah, ia berusaha untuk tidur. Setelah beberapa saat, akhirnya obat yang tadi ia minum mulai bekerja. Perlahan-lahan Gama mulai terlelap dalam tidur. Sebelum itu, ia sempat mengingat satu nama yang ia harapkan hadir di mimpinya malam ini.
Fara.
****
Di mana dia? Hari gak masuk? Apa begitu parah ya?
Fara khawatir, teh manis yang sepuluh menit lalu ia pesan kini mulai dingin. Mie ayam kesukaannya sama sekali terabaikan. Perut memilin penuh antisipasi. Kekhawatiran Fara sepertinya sangat konyol.
Kemarin, setelah mendengar kabar perkelahian Gama dan Elang ia langsung lari menuju UKS. Tapi belum juga kakinya sampai di dalam UKS. Suara yang sangat familiar berhasil menghentikan langkahnya, Gama bersama Sheira. Tanpa sadar, itu sudah menkonfirmasi kabar buruk tentang kedekatan Sheira dan cowok itu.
Apa hubungan mereka?
Sudah, sudah. Astaga, sebenarnya Fara kenapa, sih? Kenapa harus sekepo ini?
Kenapa juga harus segitu pedulinya dengan Gama?
Fara menyuap mie ayam dengan gerakan kasar.Lo cemburu, Far?
Bisikan nakal yang berasal dari hatinya itu berhasil membuat dirinya tersedak konyol. Buru-buru ia menenggak teh manis.
Gila saja. Mana mungkin dia cemburu. Lagi pula ia dan Gama baru kenal beberapa hari yang lalu. Alasan Fara sekhawatir ini karena cowok itu sudah menolongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pseudo
Teen FictionDalam pertemuan ini, tidak ada yang bisa berharap apa pun. Dalam pertemuan ini, tidak ada yang bisa membuat semua menjadi nyata. Karena pertemuan ini, hanya sebuah angan dan semu.