Bab 14

207 38 8
                                    

Happy Reading

Fara tersadar di sebuah ruangan, ada jarum infus di tangan juga perban di betisnya. Fara menolehkan kepala saat tiba-tiba saja pintu terbuka.

"Honey, sudah sadar?"  Kata pertama yang Elang ucapkan saat masuk ke dalam kamar.

"Hmm," ucap Fara sambil menetralisasi sakit yang dia rasakan di seluruh tubuhnya

"Lo lagi di rumah gue, tepatnya di kamar gue," jelas Elang, karena dia tahu pasti itu yang akan Fara tanyakan

Sesaat setelah Elang keluar dari gudang untuk mengejar dan memaki Sheira serta teman-temannya,  dia pergi ke kelas Fara dan mengambil tas serta barang-barang Fara. Setelahnya kembali ke gudang dan membawa Fara, dia hanya melihat sekilas ke arah Gama yang juga pingsan dan meninggalkan Gama sendiri di gudang.

"Ini jam berapa? Gue harus pulang, papa gue pasti nyariin," ucap Fara.

"Baru jam tujuh malam, gue anter pulang nanti setelah lo makan dan minum obat, Honey," ucap Elang dengan nada lembut.

"Sorry gue nggak bisa jagain lo dari Sheira, gue telat," ucap Elang lirih

"Nggak papa, makasih udah rawat gue," jawab Fara sambil tersenyum tulus.

Senyum itu yang membuat Elang jatuh hati dengan gadisnya. Elang merasa sangat bersalah karena Shiera bisa melukai bahkan menyiksa Fara tanpa dia tahu.
Itu juga yang membuat Elang menghajar Gama karena ingin membahas dendam dengan Sheira.

"Fara babak belur, Gama juga harus babak belur."

Itu yang dikatakan Elang pada Sheira saat mereka berjalan keluar gudang.

****

Fara sudah di rumah, dan untungnya papanya belum pulang jadi dia tidak perlu beralasan apa pun kepada sang papa.

Yang ada di pikiran Fara saat ini adalah bagaimana keadaan Gama? Apa dia bisa pulang dalam keadaan babak belur?

Fara ingin sekali bertanya tentang Gama pada Elang tetapi dia takut Elang pasti akan marah. Karena jika menyangkut tentang Gama, Elang pasti akan langsung emosi.

****

Di sisi lain Gama baru tersadar dari pingsannya, dia mengernyit saat merasa ada di sebuah ruangan asing. Satu hal lagi, da tidak sendiri, karena ada Sheira di sampingnya sedang mengompres lukanya.

"Lo udah sadar? Sorry gue sambil obatin luka lo kalo kelamaan takut infeksi," kata Sheira sambil membersihkan luka-luka Gama.

"Makasih." Hanya itu yang keluar dari mulut Gama sambil meringis kesakitan karena lukanya di beri obat merah.

Gama di sana, tetapi yang di pikirkan bagaimana keadaan Fara.

"Fara mana?" tanya Gama

"Gue nggak tahu, pas gue balik ke gudang sekolah dia udah nggak ada di sana," jawab Sheira cuek, dengan nada kesal pastinya.

Gue yang ada di sini tapi Fara yang ditanya, apa sih lebihnya cewek itu? Awas aja gue bakal bikin hidup Fara menderita dan bikin dia nggak bakal deketin Gama lagi, ucap Sheira dalam hati

"Kenapa nanyain dia? Lo khawatir?" tanya Sheira ketika tadi hanya keheningan yang ada.

"Ya gue khawatir banget, kenapa sih lo jahat banget sama dia? Padahal setahu gue dia nggak ngusik hidup lo sama sekali." tanya Gama, pertanyaan yang harusnya sejak dulu dia tanyakan.

"Gue nggak suka Fara deket-deket sama lo, karena gue suka sama lo,"  jawab Sheira santai.

"Tapi gue nggak ada rasa sama lo, Sheir, gue tertarik sama Fara," jelas Gama, karena Gama bukan orang yang akan membohongi perasaannya demi membuat orang lain bahagia.

"Gue bakal bikin lo suka sama gue, apa gue harus jadi kaya Fara biar lo suka sama gue?" tanya Sheira lirih, dia frustrasi karena Gama menolaknya secara terang-terangan

"Lo cukup jadi diri lo sendiri dan jangan jahat sama orang lain, Sheir karena itu nggak baik," ujar Gama sambil berusaha berdiri dan pergi meninggalkan Sheira.

****

Keesokan harinya, Fara tidak masuk sekolah karena dia masih susah berjalan. Dia beralasan  pada sang papa tidak enak badan agar papa dan mamanya tidak curiga.

Sebenarnya Fara tertekan. Selain fisiknya yang sakit, lebih sakit lagi psikisnya. Karena dia tidak pernah mendapat bullyan semacam ini sampai pada fisiknya terluka. Kalau hanya kata-kata biasa mungkin dia masih bisa bersikap biasa, tetapi ini lebih dari sikap.

Ingin sekali mengadu pada sekolah, juga pada papa dan mamanya. Tetapi dia takut papanya akan bertindak dengan memindahkan dirinya ke sekolah lain. Karena sejujurnya Fara merasa nyaman bersekolah di sana.

Haruskah dia tahan terus segala bullyan Sheira dan teman-temannya? Atau haruskah dia laporkan pada pihak sekolah agar dia mendapat perlindungan ketika di sekolah.

Ingin juga bercerita banyak dengan sang papa dan mama. Tetapi papa dan mamanya terlalu sibuk dengan pekerjaan dan melupakan dirinya. Di satu sisi dia tersiksa, dia merasa dunia tidak adil karena memperlakukannya seperti ini.
Tetapi dia bisa apa? Fara hanya gadis polos yang belum mengerti bagaimana cara bersikap dan mengambil keputusan.

Sampai kapan dia harus terjebak dengan Elang yang mengaku menyayanginya tetapi hanya membuatnya takut dan merasa was-was. Bahkan dengan menjadi pacar dari Elang Ketua Geng Pseudo saja tidak membuatnya aman dari gangguan Sheira.

Juga Sheira dan G-team yang dia sendiri tidak tahu apa salahnya sampai dia harus di bully habis-habisan hingga membuat dia frustrasi.

Bisakah dia hanya dengan Gama yang baik hati itu dan hidup tenang tanpa gangguan dari Sheira dan Elang? Fara hanya ingin lulus sekolah dan melanjutkan ke jenjang lebih tinggi dengan aman dan nyaman.

*******

Balik lagi....
Kasihan ya Sheira, di tolak dari sang pujaan hati😭
Eh eh tapi,,,kalian kesel gak sama Fara yang polosnya hakiki, di bully bukannya melapor, astgaa...

Eh jangan lupa vote dan komentarnya...

Dahhh

PseudoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang