Happy Reading...
“Engga! Kasih tahu dulu apa alesan lo?” tanya Marsha memaksa.
Elang menyugar rambutnya dengan kasar. “Lo paham gak sih, arti kata enggak boleh?”
“Oh, jelas enggak! Fera berhak tahu Fara dan kenapa ia terus terus disamain sama Fara. Kalo dari awal Gama gak samain Fera sama Fara. Fera berhak buat gak tau hal ini,” tegas Marsha.
“Lo cerita ke Fera sampe mana? Sampai bagian mana?” tanya Elang tergesa.
“Gue cuma kasih tau sedikit,” ucap Marsha.
“Yang gue tanya, sampe bagian mana? Lo bisa gak sih gak bikin gue emosi!” ucap Elang
“Serius beneran dikit, gue baru cerita kalo Fara tuh dibunuh sama Sheira,” papar Marsha, “kita harus kasih tau siapa Fara sebenarnya ke Fera. Dia berhak tau, Lang.”
“Ya, Fera emang berhak tahu semua ini. Siapa Fara, dan kenapa dia disamain sama Fara. Setiap Gama liat Fera, Gama anggap Fara. YA! EMANG FERA BERHAK TAHU, GUE JUGA PAHAM!” teriak Elang terengah-engah.
Suasana sunyi seketika, hening menyelimuti. Marsha dengan ekspresi takutnya karena Elang membentaknya dan ia tidak tahu harus berbuat apa, salah langkah ia bisa mati ditangan seorang Elang.
“Tapi belum saatnya Fera mengetahui misteri ini. Lo denger ini, jangan kasih tahu Fera dulu,” ucap Elang.
Marsha terkesiap akan sikap Elang padanya, ia jadi tidak tega untuk menceritakan semua kisah pada Fera. Marsha meyakinkan diri bahwa ada alasan kuat kenapa Elang tidak mengizinkan untuk menceritakannya pada Fera.
“Ok, gue gak akan cerita ...."
Elang tersenyum lega mendengar penuturan Marsha.
“.... tapi lo harus janji kasih tahu alesannya ke gue, terserah mau kapan kasih taunya. Tapi, lo harus bener-bener kasih tau gue.”
“Tenang aja gue bakal kasih tau lo, entah kapan, tapi suatu hari pasti,” ucap Elang terdengar menjanjikan.
“Gue tunggu, Lang. Ya udah gue ke kelas dulu, udah bel dari tadi,” ucap Marsha
Elang tidak membalas, dia hanya mengamati punggung Marsha yang perlahan menghilang.
Setelah perbincangan yang lumayan membuang waktu, mereka akhirnya berpisah. Dengan harapan dari hati masing-masing, kalau Elang akan memberitahu Marsha alasan ia tidak boleh menceritakan dan juga Marsha tidak akan memberitahu Fera.Masih mereka pendam dan percaya satu sama lain bahwa semua akan baik-baik saja.
Kring!
Fera berjalan ke kantin berharap bertemu Marsha yang akan memberitahunya tentang siapa Fara tersebut yang sering dibicarakan Gama dan jadi bahan rebutan oleh Gama dan Elang. Ia masih berpikir bukankah tidak baik bertengkar ditengah-tengah pemakaman? Sehebat itukah Fara tersebut? Hingga Elang dan Gama tidak perduli kondisi dan tempat mereka bertengkar.
Sembari ia berjalan ke kantin. Ia melihat Marsha, dan tersenyum senang dan langsung menghampirinya.
“Woy, Sha! Lo ke mana aja?” tanya Fera.“D-dari kelas lah, kan baru bel,” jawab Marsha sedikit gugup.
Fera menyadari kegugupan Marsha, ia memutuskan untuk mengabaikan dan menanyakan soal tadi pagi soal Fara.
“Oh, iya katanya lo mau ceritain soal Fa-““Gue mau beli bakso, anterin gue yuk!” ajak Marsha.
“Bakso?” tanya Fera.
“Iya, bakso. Gue laper banget nih,” balas Marsha.
“Bukannya lo mau diet ya?” tanya Fera heran.
“Ya, boleh kali gue makan bakso. Masa ga boleh sih?” tanya Marsue
“Ya udah, ta-“
“Udah, ayo temenin gue beli bakso. Kalo lo mau gue beliin juga deh,” ucap Marsha.
“Stop!”
Fera semakin paham kalau Marsha sedang menghindari topik pembicaraan tentang Fara. Ini aneh, Marsha yang biasanya diet, malah ingin makan makanan berat.
“Duh, apalagi sih?”
“Kenapa dari tadi lo ngehindar dari topik mulu sih?”
“Emang iya? Engga kok, lo aja kali itu mah, perasaan lo.”
“Lo nyembunyiin sesuatu ya dari gue?” tanya Fera curiga.
“Enggak! Emang apasih yang gue sembunyiin?" elak Marsha.
“Jujur deh, muka lo tuh keliatan banget. Tadi pagi pas gue tanyain juga langsung lo jawab, kok sekarang enggak?" Fera bertambah curiga pada sahabatnya.
Aduh gue mesti gimana ini? Elang kan bilang jangan kasih tau, batin Marsha.
“Kalo enggak, kenapa lo keringetan?”
“I-itu gue ...."
“Fera!” Panggil seseorang.
Fera kemudian berbalik, dan melihat Elang menghampirinya.
“Eh, ada Elang tuh, Fer. Gue cabut duluan ya, mau beli bauau, bye!” ucap Marsha kemudian pergi.
“Eh-eh tungguin. Sial, kok malah kabur.”
“Fer, lo ada waktu ga pulang sekolah?”
“Ada sih, gue hari ini senggang aja. Emang ada apa?" tanya Fera.
“Enggak, kalo lo ga sibuk gue mau ajak lo jalan sore ini.”
“Hah? Jalan ke mana emangnya? Tumben banget ngajak gue jalbaue
“Lo mau apa enggak?”
Fera sedikit bingung, Elang mengajaknya jalan. Hal yang langka, juga mengherankan. Elang tidak biasanya mengajak, malah biasanya ia lebih sering memaksa, bahkan ia berpikir Elang sedang kerasukan sesuatu. Tetapi hal ini menguntungkan bagi Fera, ia bisa menanyakan tentang Fara dalam perjalanan.
“Jalan ke mana?”
“Taman sekitar sini saja.”
“Oke.”***
“Ayo naik,” perintah Elang.
Mereka memulai perjalanan. Sore itu adalah sore yang indah, suasananya tidak panas bahkan sejuk, cocok untuk beraktifitas di sore hari. Mereka singgah disuatu taman.
“Nih, minuman buat lo,” ucap Elang
“Makasih," ujar Fera.
“Lang, gue boleh nanya gak?”
“Apa?”
“Itu, soal Fara.”Elang diam, tubuhnya tiba-tiba terasa membeku.
*****
Aduh duh, mau nanya apa tuh?
Yang tau jawab di kolong komentar ya...Jangan lupa votenya sekalian.
Daahh
KAMU SEDANG MEMBACA
Pseudo
Teen FictionDalam pertemuan ini, tidak ada yang bisa berharap apa pun. Dalam pertemuan ini, tidak ada yang bisa membuat semua menjadi nyata. Karena pertemuan ini, hanya sebuah angan dan semu.