Bab38

176 13 5
                                    

Sejak kejadian itu, semua seolah tak terjadi apa-apa. Bukan berarti selesai, semua tetap berlanjut. Sayangnya semua punya rencana busuk masing-masing.

Elang tentu meninggalkan Sheira, Tio, dan Raga. Ia fokus dengan pseudo dan rencananya untuk menghancurkan Gama dan Asraf terlebih dahulu. Ia harus menjebak Deka untuk memgungkapkan bagaimana niatnya merebut pseudo.

"Gue nggak bisa tinggal diem aja. Gue bakal siapin kejutan yang meriah. Terutama lo, Deka," ucap Elang menampilkan senyum miringnya. Ia tertawa sinis mengingat bagaimana rencana busuknya terhadap Deka.

Di sinilah Elang. Di markas besar pseudo yang di dampingi beberapa anak buah yang masih setia kepadanya.

Elang memerintahkan anak buahnya untuk segera bersiap-siap dengan semua rencana yang sudah ia susun dan semua langsung mengangguk mantap, tanda setuju.

***

Rencana yg keluar jalur dari tujuan Asraf, Deka datang ke taruna bangsa. Ia mau bergerak sendirian! Tidak dengan Asraf untuk menguasai pseudo.

Mendegar itu, Asraf tidak percaya. Asraf juga diyakini oleh salah satu murid yang mendengarnya dan kenal dengan Deka. Emosi Asraf memuncak. Semua berantakan. Tak ada lagi dendam. Asraf harus mencari deka.

"Deka! Dimana lo?!" gumam Asraf. Rahangnya menegang, tanda ia sedang menahan emosinya.

Setelah mendapati Deka sedang di markas biasa, ia berkumpul dengan gengnya.

Tanpa babibu, Asraf langsung menarik Deka dan menjelaskan apa yang ia dengar.

"Deka, dengerin gue," ucap Asraf yang menatap dalam-dalam Deka. "Kenapa semua yang lo lakuin itu keluar dari rencana semula yang udah kita susun?"

"Cih." Deka mendecih. "Rencana kita? Haha, lucu banget sih. Semua itu udah rencana basi. Nggak ada untung, Nggak ada kemajuannya. Gue mau gerak sendiri, tanpa lo," ucap Deka.

Membuat sesosok lelaki di hadapannya itu semakin emosi.

Plak.

Deka memalingkan wajahnya ke arah lelaki yang menamparnya tadi. Asraf.

"Kenapa? Mau nampar gue?" Deka menunjuk dirinya sendiri sambil menaikkan alisnya. "Tampar aja!"

Plak.

Tamparan kedua dari Asraf untuk Deka. Asraf ingin kesadaran gadis di hadapannya itu kembali seperti semula.

Lagi dan lagi, Deka tak peduli dengan tamparan kedua yang mendarat di pipi mulusnya. Ia kembali menatap Asraf.

"Mau nampar lagi? Silakan," ucap Deka membentangkan tangannya, mempersilakan Asraf untuk menamparnya lagi.

Asraf hanya bisa terdiam. Ia hanya menampilkan wajah kecutnya yang kecewa terhadap Deka, lalu pergi begitu saja.

***

Asraf tak habis pikir. Keesokannya di sekolah, keduanya bertemu lagi dan Deka lahir sebagai lucifer baru pengganti Seira. Rencana awalnya dengan Asraf ia tinggalkan begitu saja. Ia ingin pseudo jadi miliknya.

"Ampun, Kak," mohon seorang gadis di hadapan Deka.

"Nggak ada kata ampun buat lo!" ucap Deka seraya menjambak rambut si gadis itu. "Cepet bawain semua barang gue ke kelas!"

Terpaksa. Sangat terpaksa gadis itu menurut begitu Deka membentaknya. Berat hati, gadis itu harus membua semua barang bawaan Deka. Mulai dari tas, jaket, juga map yang terisi penuh.

Dari kejauhan, Asraf melihat dan memperhatikan sikap Deka sedari tadi. Sungguh! Ia tak habis pikir dengan jalan Deka yang memilih menjadi lucifer. Sang pembully yang tiada habisnya.

Ia sudah tak tahan melihat perilaku Deka yang tak segan-segan menampar seseorang di sampingnya itu ketika ia terjatuh.

"Lo bisa bawain nggak sih!" bentak Deka hingga membuat gadis itu tersentak.

Tanpa menunggu perintah dari siapa pun, Asraf dengan segera menghampiri Deka. Detik berikutnya, Asraf sudah tak lagi segan-segan untuk menampar Deka.

Plak.

"Maksud lo apaan?!" Deka menoleh ke arah seseorang yang telah berani menamparnya itu. Dan, ya, Asraf lah yang ia dapati. "Cih, lo lagi,"

"Seharusnya gue yang tanya itu ke lo, Deka." Asraf dengan tatapan tajamnya, juga jari telunjuknya yang menunjuk wajah seseorang di hadapannya, membuat Deka terdiam. Tak bisa berkata apa-apa.

"Bukan urusan lo!" Cepat-cepat Deka segera mengambil alih barang-barangnya dari si gadis tadi dan melenggang pergi begitu saja.

"Dasar, Asraf! Lo ngehalangin gue," gerutu Deka tak jelas sambil menghentak-hentakkan kaki di setiap langkahnya.

***

Malam yang hening. Deka terlalu bingung dengan ide-ide licik di kepalanya itu. Ia memang harus bergerak sendiri tanpa harus melibatkan siapapun.

Asraf, Asraf. Sebenarnya, Deka juga tak pernah ingin memutuskan ide gilanya yang harus membuat Asraf begitu marah dengan keputusannya.

Bruk!

Deka tersentak kaget. Ia mendengar suara benda yang menghantam pintu rumahnya.

"Deka, tolongin gue," ucap lirih dari seseorang di luar rumah. Pasti itu yang menghantam pintunya tadi. Bukan suatu benda, melainkan seseorang.

Memutar bola matanya malas, Deka berjalan ke arah pintu sambil mengembuskan napas kasarnya. Itu semua sungguh membuat kacau pikiran Deka.

Ceklek.

"Asraf?!" Deka terkejut dengan siapa yang ada di hadapannya. Asraf dengan luka babak belur di seluruh tubuhnya. "Apa-apaan ini?!"

"Tolongin gue, Deka," ucap Asraf seraya menahan perih di luka-luka lebamnya itu. "Elang udah mulai berulah lagi, Dek. Permainan Elang udah dimulai,"

Detik berikutnya, Asraf pingsan. Tak sadarkan diri. Deka tak mampu berkata apa pun lagi. Semua begitu cepat baginya.

"Elang, tunggu gue!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PseudoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang