Apa gue jadi brengsek dulu biar lo cinta sama gue? -GamaAustin
HAPPY READING
Fara menggeliat saat sinar mentari menyelusup masuk lewat jendela, menyorot tajam wajahnya. Matanya terbelalak lebar saat mengetahui keberadaan seorang lelaki di sampingnya, Elang. Segera saja Fara melompat dari tempat tidur, "Elang? Lo ngapain-"
"Tenang, gue ngga apa-apain lo," potong Elang sebelum Fara sempat menyelesaikan pertanyaannya. Lelaki itu tersenyum manis, kemudian menunjukkan sebuah foto di ponselnya. "Menurut lo gimana, Far?"
Baru saja Fara mengambil napas lega, ia dikejutkan dengan foto yan diperlihatkan oleh Elang. Foto dirinya yang tengah tertidur di samping lelaki itu. "Berengsek lo! Hapus foto itu sekarang juga, atau-"
"Atau apa? Lo mau ngadu sama Gama? Emang banci kaya dia bisa apa, hah?" Elang tertawa seiring air mata Fara yang mulai menetes membasahi pipi. "Gue penasaran gimana reaksi orang-orang di sekolah kalau mereka tahu soal foto ini."
"Nggak, jangan, gue mohon ...," kata Fara di sela isak tangisnya. Ternyata rencana Elang berjalan dengan lancar. Tinggal sedikit lagi dan Fara akan menjadi miliknya.
Elang mendekat ke arah Fara yang perlahan berjalan mundur. "Udah, jangan nangis. Gue ngga akan sebar foto ini. Dengan syarat, lo mau jadi pacar gue dan nurut sama semua perintah gue, gimana?"
Fara mendongak menatap Elang, ia tak habis pikir dengan jalan pikiran lelaki brengsek itu. Ia tak bisa menerima permintaan Elang, tapi bagaimana dengan nasibnya nanti? Dan jika ia setuju, bagaimana dengan Gama? Ia tak bisa, tapi ia harus memilih. Dengan ragu-ragu Fara menganggukkan kepalanya hingga Elang tersenyum penuh kemenangan.
"Good girl! Mulai besok, lo berangkat sekolah bareng gue," Elang mengacak lembut rambut Fara dan berkata, "Sampai besok, Honey!"
Fara terdiam di sudut kamar, menatap geram sosok Elang yang pergi dari rumahnya tanpa rasa bersalah. Pikirannya berkecamuk, membuat gadis itu kembali meneteskan air mata, 'Sial! Semua salah gue. Kenapa gue percaya gitu aja sama dia? Kenapa gue terima syarat bodoh itu? Gimana sama Gama yang selama ini udah melindungi gue?'
***
Dari luar, suara klakson mobil sudah berulang kali terdengar. Fara mendengkus kesal, lantas berjalan keluar rumah menuju sebuah mobil yang terparkir di depan gerbang rumahnya. Tanpa disuruh, Fara masuk ke dalam dan mendudukkan dirinya di kursi belakang.
"Lo kira gue sopir pribadi lo?" Fara tersentak kaget dengan ucapan Elang tadi, "Pindah samping gue, buruan!"
Dengan kesal Fara berpindah ke sebelah Elang. Elang tertawa puas ketika Fara sudah duduk di sampingnya. Fara hanya diam dan selalu membuang muka saat Elang berceloteh sepanjang perjalanan. Hingga ketika Elang menyinggung soal Gama, dengan spontan Fara menoleh.
"Dasar! Gue sebut namanya aja, baru lo mau noleh," kata Elang sinis. "Denger Far, lo jangan deket-deket lagi sama Gama. Atau gue beberin ke semua orang soal ini."
Rahang Fara mengeras saat melihat foto yang sama dengan yang ia lihat kemarin. Saat ia akan membalas ucapan Elang, mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di depan sekolah. Elang memarkirkan mobilnya, kemudian Fara keluar dengan wajah memerah, "Terserah!" katanya seraya membanting pintu mobil Elang.
Elang kembali tertawa, "Sampai jumpa istirahat nanti, Sayang!" ucapnya setelah melambaikan tangan pada Fara yang tak menggubrisnya. Ia kesal karena Fara selalu bersikap seperti itu padanya, tapi di dalam hatinya ia juga merasa senang bisa mendapatkan Fara.
Fara terus berjalan, tak acuh pada orang-orang yang mulai membicarakannya di sepanjang koridor. Kepalanya tertunduk, langkahnya gontai, terlebih ketika ia mendapati Gama yang berada di depan kelasnya. Ia kembali menundukkan kepalanya dalam-dalam saat ia mendapat senyuman hangat dari Gama.
"Gama, maafin gue," kata Fara, membuat Gama bingung dengan ucapannya.
"Maafin lo? Emang lo ada salah apa sama gue? Gue rasa nggak ada," Gama terkekeh. Namun saat ia melihat mata Fara yang berkaca-kaca, Gama menggenggam tangan Fara dan membawanya ke taman belakang sekolah yang masih sepi. Sampai di sana, tangis Fara meledak.
"Lo kenapa nangis?" tanya Gama.
"Gu-gue minta maaf," jawab Fara. Setelahnya, ia menceritakan kejadian kemarin pada Gama. Lelaki itu terkejut dan kesal dengan apa yang Fara ceritakan.
"Lelaki berengsek itu lagi?! Bisa-bisanya dia berbuat kaya gitu!" Napasnya naik turun, matanya menatap tajam, dengan kedua tangannya yang terkepal. "Lo ngga usah minta maaf, karena lo nggak salah. Tenang Ra, gue bakal kasih dia pelajaran."
Baru saja Gama melangkah, Fara mencekal pergeralgan tangannya. "Jangan Gama, gue mohon. Biarin aja, gue ngga mau lo kenapa-napa."
"Tapi Ra-"
"Udah, nggak usah dipikirin. Gue nggak masalah, asal dia juga nggak berbuat macem-macem sama gue," potong Fara. Gadis itu, tersenyum meski air matanya masih mengalir.
Gama yang mendengarnya hanya bisa mengangguk. Toh, jika ia melawan Elang pun, ia tetap akan kalah telak. Gama mendekat, menghapus jejak air mata Fara. "Kalau itu mau lo, gue terima. Udah, jangan nangis lagi, gue ngga suka liatnya!"
Fara tertawa saat Gama menyentil hidungnya. Mereka berdua kembali ke kelas sambil bergandengan tangan. Mungkin pagi ini Fara merasa lebih baik, karena Gama tak mempermasalahkan hubungannya dengan Elang. Entah apa yang akan terjadi nantinya, setelah seorang gadis di balik dinding itu mengintip kejadian tadi, "Awas aja lo, Fara!"
****
Kira-kira gadis yang ngintip itu siapa ya?
Jangan lupa vote dan komentarnya
Sampai jumpa di part selanjutnya....
Daahhhhh

KAMU SEDANG MEMBACA
Pseudo
أدب المراهقينDalam pertemuan ini, tidak ada yang bisa berharap apa pun. Dalam pertemuan ini, tidak ada yang bisa membuat semua menjadi nyata. Karena pertemuan ini, hanya sebuah angan dan semu.