Bab 31

145 16 1
                                    

Happy Reading....

"SMA Taruna Bangsa, gue kembali dengan membawa malapetaka untuk Lo."

"Elang!"

*

Tit! Tit!

"Ugh." Gama mulai bangun dari koma, bau rumah sakit serta obat-obatan tercium di hidungnya.

"Ga, gimana keadaan lo?"

Pemandangan pertama yang Gama lihat yaitu Sheira, di samping itu ada dua orang asing yang tidak Gama kenal. Tetapi, dirinya merasa ada suatu ikatan di antara mereka yang tidak dapat dijelaskan.

"Gue di mana?" tanya Gama.

"Ini dirumah sakit, gimana keadaan lo?" tanya Sheira khawatir.

"Kok gue bisa di sini?"

"Lo kecelakaan."

Gama tersentak kaget, dia pun mencoba mengingat kenapa dia bisa mengalami kecelakaan. Namun, Sheira segera mengengam tangan Gama.

"Jangan dipaksa nginget, lo udah koma satu bulan, Gam."

"Gue gak mau lo sakit."

***

Setelah tertidur di rumah sakit selama sebulan lebih, Gama kini telah kembali bersekolah di SMA Taruna Bangsa. Sheira pun turut senang akan kedatangan Gama.

Saat jam istirahat.

Gama pun memilih pergi ke perpustakaan dibanding ke kantin, dia hanya ingin ketenangan untuk saat ini. Tak sengaja ia bertemu dua orang yang pernah ia temui setelah sadar koma, mereka berdua tampak tenang di dalam perpustakaan tersebut.

Namun, entah kenapa hati Gama sangat panas melihat mereka berdua. Setiap mereka bercanda bersama, ingin sekali Gama menghajar mereka. Gama tidak suka mereka berdua dekat.

Di lain sisi dua orang lelaki tampak memperhatikan Gama, keduanya menyungging senyuman di kala mereka sudah menemukan sebuah umpan menarik.

Sehari setelah kejadian itu, Gama bertemu dengan dua orang yang ternyata mengaku teman lamanya yakni Deka dan Asraf.

"Lo yakin gak inget gue, Gam?" tanya Deka sedih. "Gak nyangka gue, temen sendiri dilupain, jahat lo."

Gama bingung.  "Kalian temen gue? Tapi beneran gue gak inget."

"Tapi kita ini temen lo, Gama," ujar Asraf.

"Efek lo koma kali, mangkanya pikun," cibir Deka.

'Apa bener mereka temen gue?'

"Yaudah serah lo deh."

Gama tidak sepenuhnya percaya apa yang diucapkan Deka dan Asraf, tetapi ia tidak bisa membuktikan apa yang dikatakan Asraf dan Deka adalah bohong. Gama pun memilih untuk percaya akan mereka berdua, dan melupakan sahaba nya.

Gama pun kini berteman dekat dengan Deka dan Asraf, ia pun juga sedikit bercerita akan seseorang yang selalu membuat dia kesal jika bersama Elang. Gama mengenal Elang, karena ia pernah mendengar bahwa Elang adalah pemimpin Pseudo, gank yang terkenal se-Jakarta.

"Kalo boleh tau nama ceweknya siapa?" tanya Deka.

"Fera."

"Kayaknya lo suka deh sama Fera," ujar Asraf menggoda Gama.

"Apaan sih, gak mungkin lah."

"Tapi mungkin aja,  Gam, kan kata lo setiap mereka berdua muncul di mata lo, lo gak suka kan?" tanya Deka.

"Iya sih. Tapi ...."

"Udahlah, Gam, jangan coba berpikir kalo lo gak suka sama Fera."

"Tapi gue denger-denger si Elang ini suka bully orang kan?" tanya Deka, "iya, gue sih takut aja Fera salah satu korban bullynya si Elang."

"Kalo sampe itu terjadi, gue gak bisa bayangin keadaan Fera nanti kek gimana," ujar Asraf membayangkan bagaimana jika gadis bernama Fera terluka hanya karena Elang.

"Tapi gak mungkin lah, kan Elang sayang sama Fe—"

"Tapi Elang bisa aja lah bully cewek itu, kan Elang keras orangnya," potong Asraf, Gama sedikit merasa khawatir akan keadaan Fera ia memikirkan bagaimana jika yang dikatakan Deka dan Asraf benar.

Gama tidak bisa membayangkan. Gama pun memilih tidur saja di bangkunya, ia sedikit pusing memikirkan Fera.

"Mending kalo kata gue sih, lo harus jagain Fera dari sekarang. Daripada terlambat, dan dia jadi korban Elang," ujar Asraf mengusulkan suatu ide, yang membuat Gama segera bangun dari tidurnya.

"Caranya?" tanya Gama.

"Sebelum lo bisa melawan Elang, untuk menjagai Fera. Langkah pertama yang lo harus ambil adalah ... lo harus seirama dengan Elang." Jawab Asraf.

Seirama dengan Elang?

Apakah Gama harus menjadi seperti Elang yang keras? Yang kasar dan suka membentak kepada orang lain?

Ini demi menjaga Fera, Gama harus melakukannya. Walau sedikit ada rasa yang aneh, seperti rasa yang tidak mengizinkan dirinya menjadi kasar. Tetapi Gama mengacuhkan rasa itu, dan memilih mengikuti usulan Asraf dan Deka.

'Berhasil.'

'Lihat pembalasan gue, Elang.'

***

Semua anak-anak di SMA Taruna Bangsa kaget akan pemandangan pagi yang mereka lihat. Gama anak baik-baik dan dingin, kini berubah seratus delapan puluh derajat menjadi Gama yang nakal.

Pakaian yang dikeluarkan, dasi yang dilongarkan. Seperti seorang preman, bahkan tatapan tajam Gama membuat semua orang yang melewati dirinya ketakutan.

Saat itulah Deka dan Asraf tersenyum bangga, melihat rencana yang tersusun rapi akhirnya berjalan dengan lancar. Gama pun melangkah menuju keduanya. "Thanks, udah bantu gue."

"Tentu," jawab kedua serempak.

Di balik wajah kebaikan Deka dan Asraf, di baliknya terdapat sebuah topeng yang menertawakan kebodohan Gama. Seorang seperti Gama, ternyata mudah sekali dibohongin.

Bahkan ia sudah masuk ke dalam lubang kegelapan, dan kini Gama adalah sebuah pion yang akan digerakkan oleh Deka dan Asraf untuk melawan Elang.

Iya, Elang.

Musuh mereka berdua.

'Saatnya kita bermain, Elang.'

*****

Gimana?
Gimana?
Gimana?

Jangan lupa vote dan komentarnya.

Daaahhh....

PseudoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang