Bab 37

214 23 6
                                    

Happy Reading


Elang bersedekap dada menatap satu-persatu orang yang berdiri di hadapannya.

"Gue mau bantuin lo, buat ngalahin Gama, Asraf, dan Deka juga ngerebut kembali anak-anak Pseudo yang berada di pihak mereka."

Di depannya saat ini sudah ada Raga, Tio, Fera, dan Sheira. Mereka datang dengan membawa tawaran untuk membantunya.

Elang menaikkan sebelah alisnya, sedikit meragu dengan bantuan yang di tawarkan.

"Tapi, kita gak mau bantuin lo gitu aja, kita ada syarat kalo lo mau nerima bantuan dari kita," lanjut Raga.

Raga dan Tio dari kemarin sudah membujuk Fera dan Sheira yang sebelumnya enggan berurusan kembali dengan Pseudo. Tetapi, karena alasan ingin mengembalikan Gama ke jalan yang benar membuat Sheira menyetujui tawaran itu.

"Syarat apa?" tanyanya tanpa berbasa-basi.

"Syaratnya gampang. Setelah semua misi ini berjalan lancar, lo harus bisa ngubah mindset lo ke geng Pseudo. Enggak ada lagi geng Pseudo yang haus kekuasaan, penuh keegoisan, dan terakhir dan paling penting gak ada namanya pembullyan."

Ucapan Tio yang terakhir membuat Fera, Sheira, dan Elang terdiam. Mereka semua menyadari akar masalah dari semuanya adalah pembullyan.

Elang masih terdiam, menimbang haruskah ia menerima tawaran itu, sebenarnya ia tidak terlalu peduli dengan syarat yang di berikan Tio, yang terpenting saat ini ia bisa mendapat dukungan dan bantuan.

"Ok. Gue setuju." Final Elang.

Untuk masalah akan seperti apa Pseudo ke depannya, semua itu ada di tangannya. Elanglah sang penguasa tidak ada yang bisa mengganggunya. Elang tetaplah Elang yang dulu, sang penguasa Pseudo yang penuh teka-teki dan terkendali amarah.

***

Semua strategi sudah di rencanakan dengan baik dan matang. Dan sampai sekarang rencana masih berjalan dengan lancar.

Strategi pertama, sesuatu dengan usulan dari Raga, teman Gama sedari SMP, yang mengetahui seluk-beluk Gama luar dalam memberikan ide untuk menggunakan Fera sebagai pancingan.

Saat ini mereka sudah memastikan Gama sedang tidak bersama dengan Deka dan Asraf. Dengan bantuan Fera, mereka menjauhkan Deka dan Asraf dari Gama untuk saat ini dan beberapa jam ke depan selama permainan yang  di siapakah Elang berlangsung.

Dan di sisi lain di dasari ide yang diusulkan Tio, saat ini geng Pseudo yang sudah terbagi menjadi dua kubu itu saling serang satu sama lain, mereka saling serang namun, dengan catatan tidak boleh ada yang berakhir di rumah sakit.

Dan saat ini mereka akan menjalankan rencana ketiga, rencana yang sudah di susun oleh Elang. Elang dan yang lain sudah berada di markas besar Pseudo yang di dalamnya berada Deka dan Asraf.

Elang tersenyum miring saat Deka dan Asraf terkejut melihatnya membawa Diki, kembaran Deka ke dalam markas.

"Ini yang lo berdua mau?! Dendam masa lalu yang menyulut kalian berdua sekarang berdiri di sini di depan gue sebagai iblis?! Gue nggak pernah tau apa yang ada di pikiran lo bahkan apa yang ngerasukin lo sampai lo punya niatan buat nyingkirin gue! Elang, sang penguasa kesulurahan dari Pseudo yang jelas-jelas udah menyatu sama jiwa gue," ucap Elang dengan tertawa sinis.

Kemudian sekarang raut wajahnya berubah menjadi serius dan tajam. "Jadi, kalau lo mau abang lo ini selamat, mulai dari sekarang jangan pernah bermimpi dan hapus niat lo buat ngerebut Pseudo dari gue. Dan buat lo, As, jangan mau ketemu terus sama Deka yang penuh kemunafikan," ucap Elang dengan nada dingin. Nada yang selalu ia gunakan untuk memimpin Pseudo yang menunjukkan bahwa ia sang penguasa.

"Maksud lo apa? Gak usah coba ngadu domba gue sama Deka!" seru Asraf tak terima. Ia mempercayai Deka lebih dari apa pun, bahkan ia akan melakukan apa pun untuk Deka.

Deka sendiri yang sedari tadi, semenjak melihat kembarannya berada di tangan Elang mulai ketakutan kini bertambah takut saat Elang mengetahui sisinya yang lain, ia tidak ingin kehilangan Asraf, orang yang rela melakukan apa saja untuknya.

Namun, tak berselang lama raut wajah Deka yang gundah kini berubah, ia tersenyum miring saat melihat seseorang di belakang tubuh Elang. Raga yang melihat Deka tersenyum pun mengikuti arah pandang Deka. Sesaat ia merasa kecolongan.

Deka berdecak keras. Elang menoleh kearahnya, kemudian dengan isyarat mata, Elang menemukan Gama yang telah berdiri di belakangnya dengan Fera yang sudah terisak di dekapannya  dan terdapat sebuah linggis panjang hingga menyentuh lantai, sehingga menimbulkan suara setiap Gama menyeretnya.

"Lepasin Diki, kalo lo gak pengen Fera terluka!" ancam Gama dengan menekan Fera yang berada di dekapannya.

Kelemahan Elang muncul!

Deka tertawa renyah saat melihat Elang tak bisa berkutik. Ia menanti momen kehancuran yang sebentar lagi akan terjadi di depannya.

Tak sengaja Asraf memperingati Gama. "Gam! Kontrol emosi lo, jangan lukain Fara!"

Tentu saja setelah mendengar nama Fara, Gama akan terngiang-ngilang, kepala terasa berat dan berputar. Ia melepaskan Fara dari dekapannya.

Tio, Raga, Sheira dan geng Pseudo berbisik pilu. Sedangkan Deka, mengutuk kebodohan Asraf yang sudah menggagalkan rencananya.

"Lovenesia," ujar Sheira, yang diangguki lainnya.

Lovenesia, penyakit mengerikan untuk seorang psycopath yang jatuh cinta. Ketika musim jatuh cinta gugur, semua akan berubah menjadi patah hati yang merenggut nyawa cintanya. Memang mengerikan, dan itu terpampang di wajah Gama setelah mendengar ujaran Asraf yang juga membuka kode keras, bahwa Gama hanya digunakan alat bagi mereka untuk merebut Pseudo.

Elang yang melihat kondisi yang tak terkontrol, mulai memerintah anak Pseudo untuk menyerang tim lawan. Semua berkelahi satu sama lain tanpa adanya pemisah.

Tanpa ada yang menyadari, Fera naik ke atas balkon markas dengan menyeret Diki. Tidak ada seorang pun yang menyadari tindakan keduanya bahkan Deka, karena ia terlalu sibuk berkelahi dengan anggota geng Pseudo yang tidak di pihaknya. Gama dan Elang terus saling menyerang satu sama lain.

Saat sudah berada di atas balkon, dengan lantang Fera berteriak, "Kalau Diki dan aku sumber masalah kalian. Gam ada salahnya gue sama Diki terjun dari sini. Mengalir dendam abadi yang pastinya akan terus berlanjut kalau gue sama Diki masih terus di sini!!" Semua terpaku mendengar teriakan Fera.

Semuanya membeku. Semua terputar kembali, terulang kembali. De javu yang sama kembali mereka rasakan.

Semua kejadian kembali terulang?

Pembullyan? Dendam? Emosi? Amarah? Dan kematian?

****

Vote, komentar dan share cerita ini ke teman, sahabat atau keluarga kalian...

Dahhh

PseudoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang