Bab 25

125 25 0
                                    

Happy Reading...

"Fara? Siapa sebenarnya Fara? Kenapa mereka merebutkan si Fara itu? Di kuburan lagi, udah mati juga masih direbutin. Bener-bener mereka, sampe segitunya," ucap  Fera dalam hati.

Krek!

Cabang-cabang kayu pohon yang kecil bertaburan di mana-mana hingga saking fokusnya menguping pembicaraan Gama dan Elang membuat Fera tidak sengaja menginjak dan membuatnya ketahuan.

"Hei, siapa di sana?" Elang menoleh ke asal suara tadi dan melihat Fera yang ikut mendengar pembicaraan mereka.

"Faraaa!"

Bukannya marah akibat Fera mendengar pembicaraan mereka tanpa ada izin Gama malah berlari memeluk Fera.

Lagi-lagi ia terjebak halusinasi. Lagi-lagi Fara yang sudah berbeda dunia seakan masih berada di sini bersamanya. Mungkin begitu dalam kah rasa cintanya kepada Fara hingga ia tak mampu untuk melupakannya sedetik pun. Hingga Fera yang tentu saja bukan Fara dianggap sama?

"Hei lepasin! Gue Fera bukan Fara! Gamaa!" ucap Fera mencoba menyadarkannya.

"Farr! Kenapa lo ninggalin gue sendirian? Kenapa lo tega, Far!" Tangisannya begitu dalam. Gama terlalu mencintai Fara sebegitunya, hingga ia lupa bahwa mereka telah berbeda alam.

"Gam! Sadar! Fara udah gak ada, Gam! Ini Fera bukan Fara!" Elang ikut membantu menyadarkannya.

Gama spontan melepaskan pelukannya. Mungkin tadi ia masih berada pada alam halunya dan kini kembali pada tubuh.

"Eh, maaf, Fer. Soalnya lo mirip banget sama Fara. Maaf," ucapnya. Hening sesaat.

"Eh emang Fara itu siapa sih?" Pertanyaan yang sama muncul lagi dalam pikiran Fera.

"Eh lo ngapain ke sini hah? Dan kenapa bisa tau tempat ini? Lo ngikutin kita?" Tiba-tiba saja Elang bertanya sepertinya hendak mengubah topik yang Fera tanyakan.

"Iya. Habisnya gue penasaran banget siapa itu Fara?"

"Eh udah deh. Jangan ngebahas itu lagi, sakit kepala gue lo tanyain itu-itu mulu," jawab Elang.

"Ya gimana. Belum nemu jawaban. Gue bener-bener penasaran nih." Fera sudah tak sabaran lagi.

"Jadi Fera itu sebenarnya sia---"

"Hush! Pulang sana, bacot amat lo." Elang mengusir.

"Kasih tau dulu kena--"

"Pulang, Fera!" Fera didorong olehnya.

"Iya-iya ini pulang. Liat aja! Gue bakal nyari tau sendiri siapa Fara!"

Fera akhirnya menurut dan pulang. Namun di perjalanan pulang, terus saja memikirkan siapa Fara itu sebenarnya. Mengapa Gama sampai segitunya dan mengatakan Fera mirip dengan Fara.

***

Lima belas menit berlalu  ...

Kecepatan penuh membuat Fera lebih cepat sampai ke rumahnya. Memarkirkan motor pada tempatnya dan segera ia memasuki kamar.

Akibat rasa penasaran, membuat Fera mencoba membuka internet membrowsing tentangnya. Mungkin saja ada yang menceritakan tentang Fara.

Fara.

Nama itu yang kini berada pada kolom pencarian internet. Fera begitu berharap hasil yang ia dapatkan memuaskan, ternyata tidak.

Yang anda telusuri tidak ada tertulis dengan besar dan jelas saat Fera tekan tanda enter. Benar-benar sangat tidak memuaskan.

Kini ia benar-benar frustrasi, semuanya seperti menghindar darinya dan tidak ada yang mau memberitahukannya tentang siapa sebenarnya Fara.

Rasa penasarannya, membuat ia cepat mengantuk. Fera terlalu lelah. Tak butuh waktu lama, Fera pun tertidur pulas. Ia berharap besok akan ada seseorang yang akan ia tanyai tentang Fara. Ya! Marsha!

***

Semalam Fera tertidur begitu nyenyak. Tak ada mimpi apa pun. Namun, rasa penasarannya masih saja membuncah.

Bahkan ia sampai membuat motivasi kecil di kamarnya :
Jangan pernah berhenti untuk mencari tahu kebenaran, sebelum kamu mengetahuinya.

Benar-benar si keras kepala. Tak pernah menyerah meskipun tak ada yang memberi tahu. Tetap saja ia lakukan cara apa pun.

Matahari sangat menyilaukan. Cahayanya benar-benar terpancar cerah. Kuning-orange-merah bercampur padu membuat mata tak mampu untuk melihat sinar keindahannya.

Fera sejak tadi menunggu Marsha, semalam sebelum tidur ia sempat chat marsha untuk menjumpainya di taman sekolah saat jam istirahat tiba dan marsha mengiyakan.

Ini adalah cara lain untuk mengetahui kebenaran tentang Fara. Dia begitu semangat menunggu jam istirahat. Bahkan pelajaran tersulit bagi siswa atau siswi di kelasnya mampu ia hadapi hari ini.

Entah karena efek bahagia dan bersemangat atau apalah. Yang biasanya rumus matematika dan fisika yang selalu ia keluhkan hari ini berubah menjadi si pengingat yang baik. Ternyata ini membawa efek baik juga bagi si Fera.

***

Teng! Teng! Teng!

Waktu yang dari tadi ditunggu akhirnya tiba juga. Segera saja ia berlari dan mencari tempat duduk di taman sekolah.

Elang yang melihat tingkah Fera, mulai cemas entah karena apa dan mengikutinya. Elang bersembunyi di balik semak-semak pohon.

Tak lama kemudian Marsha datang. "Loh, kok ada Marsha? Apa dia mau tanya Fara pada Marsha?" Elang mulai heran, tapi ia mencoba untuk tidak menduga-duganya terlebih dahulu. Mungkin saja dugaan yang ia pikirkan salah?

"Eh, Fer. Ada apa nih manggil gue? Kok tumben-tumbennya?" Marsha tanpa basa basi langsung menanyakan.

"Jadi gini, Sha. Gue mau tanya ke lo tentang Fara. Gue sering dikira Fara sama Gama dan gue jadi penasaran. Fara itu siapa? Lo tau gak siapa Fara?" Fera menanyakan langsung ke intinya.

"Oh Fara?"

"Jadi gini Fer. Denger-denger sih yak, gue juga gak tau pasti. Fara itu salah satu siswi SMA Taruna Bangsa juga yang di bunuh oleh Sheira." Marsha menjelaskan.

"Loh kenapa di bunuh? Fara salah apa?" tanya Fera.

Teng! Teng! Teng!

"Eh udah bel, Fer. Masuk kelas yuk," ajak Marsha.

"Eh iya. Ya udah deh. Lain kali. Yuk masuk." Fera akhirnya jadi sedikit tahu bahwa ternyata Fara adalah korban pembunuhan sekolah ini!

***

Tangan Marsha digenggam dan ditarik sangat kuat!

"Woi! Cukup! Jangan kasih tahu apa-apa lagi soal Fara ke dia. Diem aja. Kalo pun lo tau semuanya. Jangan ceritain apapun lagi!!"

Iya! Elang yang dari tadi mendengar percakapan mereka menyuruhnya untuk diam saja.

"Kena--"

"Gue bilang diem ya diem jangan banyak nanya!"

****

Gimana part kali ini?
Jangan lupa Vote dan komentarnya..

Dahh...

PseudoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang