Happy Reading...
Fera mengejar Gama yang sudah semakin jauh dari penglihatannya.
Fera terus saja mengejar Gama dan sedikit berteriak sampai akhirnya Gama menatapnya."Nggak, Gam. Dia Fera!" ucap Gama meyakinkan dirinya sendiri.
"Kenapa?" tanya Gama melihat Fera yang sedang tersengal-sengal.
Dengan napas tersengal-sengal, Fera berucap, "Ada yang mau gue bicarain sama lo."
"Tentang?"
"Tentang Fara, Gam."
Deg!
Ia masih tak siap sebenernya mendengar empat huruf itu. Dada seperti terhantam batu yang cukup besar. Gama berdeham, mencoba menetralkan detak jantungnya.
"Apa yang mau lo tanyain?" tanya Gama.
"Maksud lo apa selalu sama-samain gue sama sih Fara-Fara itu? Dia siapa? Dan apa hubungannya sama gue?" tanya Fera beruntun.
"Segitu ingin taunya?" Fera mengangguk.
"Oke kalo lo mau tau. Fara itu ... Fara itu-"
Ucapan Gama terpotong ketika mendengar suara Sheira."Gam!" Sheira langsung bergelayut di lengan milik Gama. Gama mengembuskan napas dengan kasar.
"Pulang yuk," ajak Sheira.
Sheira hanya menatap fokus ke Gama yang notabenenya adalah kekasihnya, tanpa mempedulikan Fera yang sudah menatap jengah mereka.Gama mengangguk lemah. "Ya udah."
"Maaf. Nggak bisa sekarang." Kini giliran Fera yang mengangguk lemah.
Fera hanya menatap kepergian dua orang kekasih itu menjauh darinya. Fera mengembuskan napas kasar. Gagal lagi ia untuk bisa memecahkan teka-teki tentang siapa Fara itu. Dengan langkah gontai, Fera berjalan ke arah gerbang menunggu Elang menjemputnya.
Tin!
Suara klakson milik motor kesayangannya-Elang menepi di gerbang Taruna Bangsa.
"Kok kusut gitu mukanya?" tanya Elang seraya menaikan kaca helmnya.
"Nggak papa," jawab Fera.
"Ya udah naik gih," ucap Elang seraya menyodorkan jaketnya.
Sebelum naik, Fera masih ingin menanyakan soal Fara ke Elang.
"Lang," panggil Fera. Elang hanya menaikan satu alisnya.
"Fara itu sebenernya siapa?" tanya Fera sukses membuat rahang Elang mengeras.
"Lo nggak capek nanya itu mulu? Mendingan stop tanya-tanya itu, Fer. Gue muak dengarnya!" Suara Elang naik berapa oktaf.
"Kenapa kalian susah banget sih tinggal jawab doang!" Fera mulai hilang kesabaran karena tak dapat mengetahui siapa Fera.
"Hak gue! Cepat naik!" ucap Elang. Sambil menyentakkan kakinya, Fera naik ke motor Elang tak lupa memakaikan jaket milik Elang.
Motor Elang sudah mulai berjalan menjauhi perkarangan sekolah.
Fera di turunkan tepat di depan rumahnya. Dari perjalan sampai di depan rumah Fera, tak ada kata yang keluar dari mulut Elang. Rasanya mood Elang tiba-tiba memburuk setelah tadi. Motor Elang sudah menjauh dari rumah Fera. Dengan gerakan cepat Fera mengeluarkan motor matic miliknya dan langsung mengikuti arah perginya Elang. Entah mengapa ia merasa ada yang aneh dengan pergerakan Elang.
Fera seperti tau ke mana Elang akan pergi. Jalan yang di arahkan Elang bukan malah ke rumahnya melainkan ... ke kuburan.
"Ngapain dia ke sini?" gumam Fera melihat Elang memberhetikan motornya tepat di depan pemakaman.
Fera ikut turun. Ia melihat dari jauh bahwa Elang tengah berjongkok di depan batu nisan yang ia tidak ketahui bernama siapa.
___
Di lain tempat, setelah mengantar Sheira pulang, Gama tak langsung pulang ke rumahnya, melainkan pergi kesuatu tempat yang menurutnya bisa mengurangi sedikit rindunya. Setelah membeli bunga terlebih dahulu, Gama langsung memberhentikan motornya tepat di arah samping sebuah pemakaman. Betapa tak sabarnya ia bisa menemui seseorang yang ia cintai, walaupun sudah beda alam. Langkahnya lama-kelamaan mulai memelan ketika melihat Elang tengah berjongkok di depan nisan Fara. Yah! Ia pergi ke kuburan Fara.
"Ngapain lo ke sini?" ucap Gama sontak membuat Elang menoleh menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.
Elang berdiri. "Gue ke tempat di mana orang yang gue cinta tinggal di sini! Salah?" balas Elang dengan nada tinggi.
"Salah, Lang! Salah besar! Lo bukan cinta tapi obsesi!" tandas Gama.
"Tau apa lo tentang gue? Ha?"
"Gue tau semua, Lang! Gue tau! Lo nggak cinta sama Fara tapi lo terobsesi! Gue yang cinta sama dia, Lang! Gue! " teriak Gama tepat di depan wajah Elang.
Bugh!
Satu hantaman tepat mengenai sudut bibirnya. Gama meringis dan memegang sudut bibirnya. "Maksud lo apa?!"
"Bukan cuma lo, Gam, yang sayang sama Fara. Bukan cuman lo, Gam, yang cinta sama Fara, tapi gue juga. Gue akui cara gue salah dalam mencintai dia, gue tau Gam! Gue sadar! Tapi dengan cara itu biar Fara jadi milik gue!" isak Elang.
Yah! Elang menangis untuk kali ini. Entah mengapa yang begitu sayang kepada Fara.
Gama tertegun.
"Tapi kenapa cara lo selalu nyakitin dia, Lang? Fara berhak bahagia. Sekarang lo liat? Fara udah meninggal Lang! UDAH MENINGGAL! Apa hasil dari kekerasan lo itu? Apa hasil dari pemaksaan lo itu? Ha? Sia-sia kan! Gue jauh lebih sayang sama dia, Lang! Gue cinta sama dia!"
Kini Gama pun ikut menangis. Mereka menagis tepat di depan batu nisan milik Fara.
Tanpa mereka berdua sadari, Fera masih menyaksikan adegan ini. "Dia siapa?"
*****
Gimana part kali ini?
Tulis komentar kalian yah..
Dan jangan lupa Votenya juga..Dahhh
![](https://img.wattpad.com/cover/213164276-288-k622366.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pseudo
Teen FictionDalam pertemuan ini, tidak ada yang bisa berharap apa pun. Dalam pertemuan ini, tidak ada yang bisa membuat semua menjadi nyata. Karena pertemuan ini, hanya sebuah angan dan semu.