Happy Reading...
"Eh, lo tau nggak, tadi gue ngeliat si Elang narik-narik Fera di lorong. Kasian gue, gue pengen bantu tapi takut sama Elang," bisik Deka pada Asraf yang duduk di depannya. Namun, bisikannya terdengar Gama yang pura-pura tertidur di sebelahnya.
"Parah si. Kemaren gue juga ngeliat Elang mojokin Fera di perpus," bisik Asraf.
Brak!
Deka mengelus dada terkejut mendengar gebrakan keras Gama. Sontak seluruh keras melihat ke arah pemuda itu yang tengah mengetatkan rahang menahan amarah.
"Gama! Keluar dari kelas saya!" geram pak Soni.
Tanpa basa-basi, Gama langsung melenggang keluar dari kelas, dengan ekspresi yang seakan ingin membunuh orang. Tujuan Gama saat ini adalah, UKS. Awalnya ia berniat pergi ke kelas Elang, namun tak yakin apakah cowok itu berada di kelas saat ini. Jika dia tidak salah menebak, Elang pasti berada di UKS saat ini, merebahkan diri sambil menunggu bel istirahat berbunyi.
Wolla. Tebakannya benar. Ia melihat Elang sedang tertidur di ranjang UKS. Gama mendekati Elang diam-diam, langkahnya yang sunyi dengan smirk devil yang benar-benar membuatnya sempurna memerankan tokoh antagonis pembunuh berantai.
"Ukhhh uhukk!" Elang memelototi Gama garang. sedangkan Gama, ia malah menatap wajah perjuangan Elang dengan penuh minat. Dia menambah kekuatan pergelangan tangan yang mencekik leher Elang, menikmati sensasi kesenangan menyiksa Elang. Sampai wajah Elang berubah ungu dan selangkah dari gerbang kematian, barulah Gama melepas cengkeramannya.
"Dua puluh sembilan detik? Sayang sekali lo gak bisa bertahan satu detik lagi ...," gumamnya menyesal.
Elang terengah-engah, dia mengambil napas dengan rakus sebelum akhirnya menenangkan diri. Dia menatap Gama dengan ngeri sekaligus kesal. "Lo gila?!"
"Gak bakal seru kalau tikus percobaan mati lebih awal, lo harus mencoba menahan diri, Gama," gumam Gama seolah berbicara sendiri, namun ini menambah kengerian dalam mata Elang.
Elang masih belum pulih dari keterkejutan sebelum sadar jika Gama telah pergi. Sial! Dia belum membalas si berengsek itu!
Sedangkan Gama, dia merasa sedikit tenang setelah mengerjai Elang. Dia berniat pergi ke taman belakang sekolah untuk mencari udara segar, namun tak berharap mendengar dua siswi yang menjelek-jelekkan Fera.
"Muka pas-pasan aja sok-sokan. Apa karena dia pacar Elang dia bisa seenaknya? Pengen gue bejek-bejek," ucap siswi berambut pendek dengan nada jengkel.
"Hooh, gue juga denger dia ngedeketin Gama. Kecentilan banget, berasa paling cantik kali ya?" cibir siswi berambut panjang.
"Coba ngomong sekali lagi." Suara suram yang tiba-tiba menyahut membuat dua siswi itu ketakutan. Mereka berbalik dan merasa lega melihat jika Gama lah yang menyahut, bukan makhluk astral yang mereka takuti.
"Coba ulang," perintah gama dengan ekspresi datar.
"Hah?" Cewek berambut panjang tertegun sejenak sebelum mengulangi yang ia katakan.
"Gue juga denger dia ngedeketin---"
"Setelah itu."
"Kecentilan banget---"
"Okey, keknya lo perlu pelajaran privat gue deh," ucapnya sebelum menarik kedua siswi ke taman belakang yang sepi. Selain karena terpencil, juga karena masih jam pelajaran.
Kedua siswi itu mengikuti Gama dengan wajah memerah. Sama sekali tak curiga dengan apa yang akan Gama lakukan membawa mereka ke tempat terpencil.
Sesampainya di sana, Gama langsung berbalik dan tersenyum manis, membuat panah tak terlihat yang menyerang hati kedua siswi itu. Sementara keduanya masih dalam keadaan tidak sadar karena senyum maut Gama, Gama langsung membuka dasi keduanya dan menggunakannya sebagai penyumpal mulut kedua gadis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pseudo
Подростковая литератураDalam pertemuan ini, tidak ada yang bisa berharap apa pun. Dalam pertemuan ini, tidak ada yang bisa membuat semua menjadi nyata. Karena pertemuan ini, hanya sebuah angan dan semu.