Happy Reading
Gama langsung berlari menuju tempat di mana Fara dan Elang berada. Tio dan Raga yang tadinya diam sekarang ikut berlari mengikuti Gama. Sudah banyak pertanyaan dalam benak Gama. Bagaimana Fara bisa kembali? Kenapa bisa bersama Elang? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang siap meluncur dari mulut Gama.
Srek!
Gama langsung memeluk erat Fara, tapi langsung ditepis oleh Fara.
"Apaan sih lo meluk-meluk gak jelas!"
"Kenapa, Far? Gue kangen," kata Gama dengan mata berlinang.
"Far? Nama gue Fera Anindita. Sorry gue gak kenal sama lo," ujar Fera acuh tak acuh dan langsung berjalan pergi meninggalkan Gama di ujung koridor bersama Tio dan Raga.
***
Keesokan harinya, Gama melihat Fera membully adik kelas. Gama langsung menghampiri dan menghentikan aksi Fera. Saat melihat ada Gama, Fera langsung pergi dan membebaskan adik kelasnya.
Saat istirahat Gama kembali melihat Fera membully adik kelas lagi. Ini sudah kedua kalinya ia melihat Fera membully, kenapa Faranya berubah menjadi kejam kepada semua orang? Gama berusaha melupakan Fara karena dia Fera bukan Faranya!
'Ingat, Gam dia Fera bukan Fara!' kata Gama dalam hati.
Setiap harinya selalu ada saja korban bully Fera, sampai mereka tidak masuk sekolah karna takut dibully Fera. Seminggu telah berlalu dan Gama masih diam jika melihat Fera membully. Tapi kali ini Gama tidak bisa menahan lagi, itu semua mengingatkannya pada masa lalu.
"Fer, lo kenapa sih suka banget membully gini?" tanya Gama.
"Bukan urusan lo. Jadi gak usah ikut campur urusan gue lagi." Setelah mengucap kalimat itu, Fera langsung berjalan pergi meninggalkan Gama yang termenung.
***
Tio yang melihat Gama melamun lagi, mulai mengajaknya bicara. "Kenapa lagi lo, Gam?" tanyanya.
"Gak papa. Gue bingung sama Fera, dia makin suka ngebully orang. Makin kejam tiap hari. Gue ke inget dulu."
"Lo belum lupain Fara?" tanya Tio kepada Gama.
"Belum," jawab lesu Gama.
"Lupain, Gam! Fera itu bukan Fara, mereka berbeda! Gimana caranya lo bisa lupain mereka sih?!"
"Tapi wajah mereka mirip banget, Yo! Bukan mudah melupakan seseorang di saat kita masih sayang sama orang itu."
"Ya udah, Fera kan punya sahabat namanya Marsha, coba tanya ke Marsha."
Tanpa pikir panjang Gama langsung menarik Tio dan Raga untuk menemui Marsha.
"Marsha!" teriak Gama. Langsung berlalu menuju Marsha.
"Kenapa?" tanya Marsha, merasa grogi saat dipanggil oleh orang yang dia sukai diam-diam.
"Gue mau nanya soal Fera."
"Fera? Kenapa Fera?" Hatinya yang tadi berbunga-bunga kini kembali melayu saat tujuan Gama memanggilnya karena Fera.
"Kenapa Fera suka bully orang?"
Marsha menelan ludah, dia merasa ragu untuk menceritakan sesuatu, tetapi dia ingat ancaman itu.
"Dulu Fera suka banget dibully, maka dari itu dia ngelampiasin dengan membully orang lain sekarang. Yang asli dia itu baik tapi kebaikannya dipandang sebelah mata oleh orang lain."
Tio dan Raga yang mendengar tampak terkejut, ternyata ada rahasia dibalik semua kejadian yang ada.
"Sering dibully?"
"Iya," jawab Sandra, teman Fera dan juga Marsha. "Cara orang buat balas dendam beragam."
"Kuy, Sha, kita ditunggu pak Handoko nih." Sandra mengajak Marsha sambil mengedipkan sebelah matanya, mencoba memberi kode pada Marsha.
"Oh iya, gue lupa. Duluan ya, Gam."
Mereka bertiga terdiam sampai punggung Sandra dan Marsha sudah hilang dari pandangan mereka, jangan suka menyimpulkan suatu hal dengan sekali melihat saja, harus ada bukti.
***
Plak!
"Ampun, Kak, saya gak sengaja," ucap seorang gadis dengan air mata yang bercucuran.
"Heh gak sengaja kata lo? Gara-gara lo baju sekolah gue basah. Lo harus tanggung jawab," sentaknya sambil melihat apa yang dikenakan adik kelasnya.
Rambut panjang digerai dengan pita di atasnya, rok di bawah lutut dan baju sedikit kedodoran. Dan membawa boneka.
"Hmmm, boneka lo gue ambil." Langsung saja Fera mengambilnya tanpa persetujuan sang pemilik boneka.
"Kak jangan, saya akan menuruti apa yang Kakak bilang tapi jangan ambil boneka saya," ucap adik kelas yang dibully oleh Fera seraya menggambil boneka yang ada di tangan Fera.
"Eh, enak aja, terserah gue lah mau apa."
"Fer? Lo apa-apaan sih!" sentak seseorang di balik tubuh Fera.
"Kenapa sih lo suka banget gangguin gue? Gak ada kerjaan ya lo?" tanya Fera sambil mengangkat kepala.
"Di sini udah dilarang buat membully, Fer! Jangan macem-macem!"
"Oh ya?" tanya Fera sambil menaikkan sebelah alis, seolah menantang Gama. "Gue gak takut."
Fera mendengkus, dia melempas boneka yang dia pegang lalu melangkah menjauh dari sana.
Gama tersenyum miris.
'Gue tahu lo bisa berubah, Fer.'******
FERA ITU SIAPA?
FARA PERGI ADA FERA
INI GIMANA SIH?HIKS...
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENTARNYA..
DAAHHHH

KAMU SEDANG MEMBACA
Pseudo
Подростковая литератураDalam pertemuan ini, tidak ada yang bisa berharap apa pun. Dalam pertemuan ini, tidak ada yang bisa membuat semua menjadi nyata. Karena pertemuan ini, hanya sebuah angan dan semu.