Happy reading...
Mungkin permainan tidak akan game over, kalau pemainnya adalah Pseudo. Geng yang sangat cerdik, berkuasa, dan tak terkalahkan. Apalagi pemimpinnya Elang, cowok yang penuh amarah.
Asraf dan Deka, dua manusia yang sangat menentang prinsip Elang sebagai penguasa mereka begitu berani menginjak harga diri Elang. Kejadian di mana ia terkapar tak berdaya membuatnya memutar otak mencari tahu penyebab dendam keduanya.
Sedang asik bergelut memikirkan rencana menghancurkan keduanya, Elang dikagetkan dengan salah satu anggotanya yang membawa kabar simpang siur keakuratannya.
"Lang! Lo harus percaya, gue denger sendiri kalau Deka sama gengnya yang disebar di Taruna Bangsa mau rebut Pseudo." Pernyatannya jelas membuat Elang geram. Tentu kalau bukan merebut Pseudo untuk apa lagi?
Elang berpikir keras untuk mempermalukan Deka, jika perkataan anggotanya ini benar semua akan berantakan. Pseudo yang ia bangun sejak masa menengah pertama akan bubar dan tidak pantas dikenal lagi.
Deka benar-benar perempuan yang licik. Lahir dari kebahagian yang rumut, hadir dari masa lalu yang pilu, dan berdiri dengan kaki yang pincang. Semua terlalu gegabah, Elang menyadari satu hal yang membuatnya de javu. Semua perasaan yang ia kira-kira terputak di memori otaknya. Elang meyakini diri bahwa rencananya kali ini tidak akan gagal. Deka akan malu dan tidak lagi mengusik kekuasaannya untuk Pseudo.
Namun akan ada satu penghalang untuk rencana Elang berjalan mulus, Gama. Walau 75% Gama bisa jadi alat Elang mempermainkan semua kejadian lalu masih terekam jelas bagaimana jiwa psyco Gama begitu menggebu bersama emosi mengalahkan kekuatannya, ia sedikit ragu untuk langkah itu. Bagaimanapun ia tidak mungkin menggerakan Fera untuk permainan ini, tapi mau tidak mau harus, walau semua akan berantakan dan beresiko kehilangan Fera.
Elang mencoba mengutarakan rencananya pada Fera. Mendengar hal itu Fera sedikit syok, ia belum tahu kisahnya yang dulu seperti apa dan sekarang Elang memohon padanya untuk membantu ia menyelesaikan permainan ini. Untuk Fera saat ini semuanya semu, tidak menemukan jalan keluar yang baik dan tentram, justru membawa Fera pada gerbang celaka kedua kalinya.
Sedikit rasa kecewa pada Elang, tetapi mengingat bagaimana Gama pada kekasihnya menumbuhkan rasa kasihan yang pilu. Fera mengangguk setuju dengan syarat Elang harus berdiri di sampingnya dan jangan sampai terjatuh lagi.
"Jadi lelaki itu harus kuat! Biar bisa ngelindungin wanitanya! Karena, wanita tanpa lelaki itu hambar dan jangan sampai kamu jatuh karna kehambaran itu," tutur Fera membuat hati Elang sedikit ragu mempermainkannya.
Setelah mendapat izin dari Fera mengenai rencananya, Elang meninggalkan markas Pseudo dan balik ke Taruna Bangsa. Pikirannya bergumul tentang Deka dan kekuasaan yang ia inginkan. 'Perempuan Aneh! Punya nyali juga mau ngalahin ketangkasan gue di Pseudo,' batin Elang.
Tak sengaja Tio, Raga, dan Sheira melihat Elang yang berjalan ke arah mereka dengan tatapan tajam juga datar ciri khasnya. Raga spontan menghentikan langkah Elang dengan ragu ia mencoba relaks berhadapan dengan pemimpin Pseudo. Ia menjelaskan salah satu keinginannya untuk bergabung sementara dengan Elang, jujur Raga muak dengan sikap sahabatnya yang sekarang, Gama yang lupa daratan dan tidak mengenal bagaimana pribadinya yang sesungguhnya. Keputusan Raga membuat kedua orang yang bersamanya tadi tak percaya. Mau tidak mau Tio ikut dengan Raga, buat apa Tio memaksa Gama untuk berubah seperti dulu kalau apa yang ia coba nasehatkan membuat ia hina di hadapan Gama?
Sejak tahu pribadi baru Gama, Tio mencoba bicara dengan Gama untuk tau alasannya. Apa karena kecelekaan Gama seperti itu? Atau ada sesuatu? Kenyataannya usaha Tio menghadiahkan sayatan pisau mungil milik Gama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pseudo
JugendliteraturDalam pertemuan ini, tidak ada yang bisa berharap apa pun. Dalam pertemuan ini, tidak ada yang bisa membuat semua menjadi nyata. Karena pertemuan ini, hanya sebuah angan dan semu.