Bab 36

134 15 4
                                    

Happy Reading...

Salah satu kebahagiaan Deka yang tak bisa di ganggu gugat dan akan terus abadi. Jika, Elang menyentuh kembarannya kembali, akankah permainan berakhir?

Flashback on~

Sejak SMP, Elang sudah menggelar predikat pemimpin geng Pseudo. Geng kriminal se-Jakarta di mana tidak ada satu pun yang bisa melawan Pseudo.

Elang dengan cerita hidupnya yang rumit, kini besar menjadi seorang pembully.

Di masa akhir sekolah menengah pertamanya ia benar-benar brutal dan menjebak semua orang untuk bersenang-senang tanpa memikirkan risikonya.

Termasuk wakil pemimpin Pseudo yaitu Diki,  tidak bisa menghentikan Elang dari apa pun dan siapa pun.

"Siapa?" tanya elang, saat mereka sedang berkumpul di markas Pseudo. 

"Kembaran gue."

Muncul seringaian Elang di bibirnya.  Diki yang melihat merasa ada yang tidak beres. Apa yang direncanakan Elang? 

****

Elang mulai merencanakan pembullyan lagi dan sekarang giliran kembaran dari Wakil pemimpin Pseudo yaitu Deka.

"Bawa Deka ke sini!" suruh Elang kepada salah satu anak dari geng Pseudo, di balas anggukan dan langsung pergi ke kelas Deka.

"Mau apa?" tanya Deka yang sekarang sudah di depan Elang, dengan rasa takutnya. 

"Mau bermain dengan lo, anak cupu!" Elang mengelus pipi Deka dengan senyum seringai yang membuat Deka merinding, ia langsung mundur selangkah.

"Gak!" teriak Deka dan langsung pergi meninggalkan Elang.

"Permainan akan segera dimulai, Deka."

***

Berhari-hari Elang membuat Deka menderita. Kadang Elang menyeret tangan, rambut, atau baju Deka paksa dari kelasnya. Menyuruh menjadi pembantu melayani Elang atau sebagainya melakukan berbagai hal yang membuat Deka tidak suka.

Plak!

Tamparan yang membuat pipi Deka sakit, meringis menahan air mata yang hendak jatuh ke pipi. Kala Deka menolak menuruti perintah Elang.

"Lo itu cuma anak cupu! Jangan pernah berani buat nolek perintah gue!" Elang kini mencengkeram tangannya ke bahu Deka.

Wajah Deka seketika pucat dan mulai menitikkan air matanya.

Dilepaskan cengkeraman Deka dan Elang menyeret Deka menuju gudang sekolah, menguncinya sampai malam. Untung saja ada Satpam yang sedang mengecek sekolah jadi Deka bisa keluar dari tempat gelap dan mengerikan itu.

***

Tak sampai di sana, keesokan harinya Elang kembali membully Deka lagi dan lagi. Ia juga menyuruh anak Pseudo mengotori baju dan tas Deka, menguncinya di kamar mandi dan berbagai macam yang membuat Deka di permalukan di kelasnya.

Deka yang tahu ini semua kerjaan Elang ia langsung menghampiri Elang.  Dengan rasa takut, tetapi ia harus memberanikan diri agar mimpi buruk ini segera berakhir.

"Stop buat bully gue!" Dengan mengumpulkan rasa beraninya yang sudah tidak sanggup lagi menderita seperti ini.

"Berani lo ngomong gitu ke gue, hah?" Elang menarik rambut Deka dari belakang, "lo itu sampah, pantas di perlakuin kayak gini, ngerti lo?!" Deka hanya menangis dan menahan sakit dari rambutnya.

Diki tak sengaja melihat apa yang Elang lakukan kepada adiknya.

"Apa yang lo lakuin ke kembaran gue?" Diki yang sudah tersulut emosi memukul pipi Elang.

Bugh!

Elang hanya meringis tersenyum kecut. Langsung membalas perlakuan ke Diki dengan membabi buta. Pukulan demi pukulan melayang di tubuh Diki.  Sampai Diki terkapar tak berdaya. Elang yang senang hari ini. 

"Ikut gue!" Elang menyeret baju Deka yang dengan pasrah mengikutinya. "Bawa yang satunya, kita senang-senang hari ini," titah Elang kepada anak-anak Pseudo.
Elang membawa Deka dan Diki menuju lapangan yang ada di seberang markas besar Pseudo. Dalam hati Elang tertawa bak iblis, dia membiarkan Diki memukulnya tanpa henti.

"Hei! Berhenti!" Sebuah suara yang menggelegar itu lantas membuat Diki menghentikan pukulannya. Matanya terbelalak saat melihat seorang polisi menghampiri mereka.

"Kalian, ikut saya ke kantor polisi!"

***
Brak!

Elang menendang pintu kelas itu dengan keras. "MANA DEKA?!"

Matanya mengawasi seluruh kelas, menggeram kesal saat dia tidak menemukan Deka. "WOI! BUDEG LO SEMUA?!"

"Ta-tadi keluar sama Asraf, Lang," jawab salah satu dari murid kelas itu dengan terbata.

"Anjing!" umpat Elang sambil menendang pintu kelas kembali.

Elang berjalan tergesa dengan beberapa anak buah di belakang dirinya, dia tersenyum sinis saat menemukan Deka dan Asraf yang kini berjalan berlawanan arah dengan Elang.

Elang menghampiri kedua orang itu dengan tergesa, matanya menatap mereka dengan penuh amarah. Elang langsung saja menarik kerah seragam Deka dan memojokkan cowok itu ke dinding.

"Lo!" tunjuk Elang dengan geram, "mulai berani sama gue sekarang, hah?!"

Deka memberontak saat merasakan pasokan oksigen yang kian menipis, membuat Asraf memberanikan diri untuk memukul Elang.

Bugh!

Elang mundur beberapa langkah akibat pukulan Asraf, dia menyeringai sambil mengusap sudut bibirnya yang sobek. "Boleh juga pukulan lo."

Tanpa basa-basi lagi, Elang membalas pukulan Asraf dengan membabi buta, membuat Deka berusaha untuk memisahkan keduanya.

"Berhenti! Gue mohon berhenti!"

Elang tidak mendengarkan, dia masih memukul Asraf yang tampak pasrah dengan segala pukulan Elang.

"Lang, gue mohon berhenti. Gue gak bakal lagi berani sama lo lagi!" teriak Deka merasa frustrasi.

Mendengar itu Elang menghentikan pukulannya, dia bangkit sambil mengangkat sebelah alisnya. "Gue pegang ucapan lo."

Deka langsung saja menghampiri Asraf yang sudah terkapar di lantai. "Maafin gue, As," ucapnya lirih, "tapi gue janji akan bales perbuatan Elang ke lo selama ini." Deka membatu Asraf ke ruang UKS untuk diobati

Flashback off~

***

Keesokan harinya Elang membuat rencana ingin menghancurkan Deka dan Asraf tetapi nihil karena Gama menghalangi rencananya.

"Sekali lagi lo sakitin Deka dan Asraf, gue bakal bunuh lo!" ancam Gama dengan sedikit menekan kata 'bunuh'. Gama mencengkeram kerah baju Elang dan memojokkan Elang ke tembok. Membuat Elang merasa sedang berada di posisi Deka dulu.

Gama memberi pukulan telak pada Elang sebelum meninggalkan Elang yang kini sedang meraup oksigen dengan rakus.

"Sial!" umpat Elang.

Elang memutar otak bagaimana agar Gama tidak ikut campur urusannya. Dan akhirnya ia meminta bantuan Sheira.

"Nggak, Lang. Gue gak mau ikut campur urusan lo lagi. Udah cukup masalah kemarin." Sheira menolak ajakan Elang, Sheira langsung pergi begitu saja.

Elang frustrasi, menendang barang apa saja yang berada di dekatnya. Sepintas Elang mengingat sesuatu.

"Tunggu permainan gue, Deka, Asraf," ucap Elang yang dipenuhi rasa dendam dan benci akan dimulai sekarang.

"Jangan mimpi mau nguasain Pseudo!"

******

Vote, komentar dan share cerita ini ya...

Dahhh

PseudoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang