Berusaha yang Terbaik

3.7K 615 186
                                    

Berdoa dulu biar bisa berusaha yang terbaik ^^

Berdoa dulu biar bisa berusaha yang terbaik ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


























"Hai, Yuma." Nakamoto Tama menyapa adiknya yang tengah berbaring miring di ranjang.

Tatapan mata Yuma tampak kosong, begitu hampa sampai Tama tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh adiknya sekarang. Satu yang pasti, Yuma tidak sedang menatap Tama yang saat ini sedang menjaganya. Yuta dan Marsha sedang pergi makan siang, yang mana tadinya Marsha sempat menolak pergi untuk menjaga Yuma. Tama meyakinkan Marsha kalau dia akan menjaga Yuma, dan akhirnya Marsha pun setuju untuk pergi makan siang bersama Yuta.

Tama tersenyum dengan bibirnya yang bergetar. Sudah dua hari Yuma tidak bereaksi apa-apa ketika diajak bicara. Kadang-kadang memberikan reaksi, tetapi lebih seringnya diam seperti sekarang.

"Lihat, deh. Aku bawa sesuatu buat Yuma."

Tama menunjukkan boneka beruang yang pernah diberikannya pada Yuma. Boneka yang Tama beli dengan uang tabungannya sendiri untuk mengganti boneka Yuma yang rusak karena ulahnya. Boneka itu tadinya bisa menyala, tetapi kali ini tidak.

"Ini boneka kesayangannya Yuma, 'kan? Yuma sering meluk ini kalau mau tidur."

Tama terus mencoba bicara pada Yuma, meskipun lawan bicaranya tidak membalas apa-apa. Masih dalam kondisi yang sama, seolah menjauh dari dunianya.

"Nanti aku beliin lagi kalau kamu mau yang nyala. Eh, tapi di pabrik juga lagi produksi boneka sejenis gini."

Biasanya Yuma akan senang jika ada yang membicarakan pabrik, dan Tama pun berusaha membawa pabrik untuk topik pembicaraannya. Berharap kalau Yuma akan memberikan reaksi seperti yang diinginkan. Namun, sayang ... Yuma tetap diam tanpa memberikan reaksi apa-apa.

"Yuma, jangan diam aja. Biasanya Yuma suka balas omongan aku. Yuma juga suka kalau aku ajak berantem. Aku ... kangen ngobrol sama kamu, Yuma. Kalau kamu diam kayak gini, aku ngerasa kesepian."

Yuma sedikit memberikan reaksi dan kini netranya tertuju pada Tama yang begitu menunggu reaksi selanjutnya. Tama menyodorkan bonekanya pada Yuma, berharap kalau dengan boneka yang diberikannya, adiknya itu bisa memberikan senyum termanisnya.

"Jangan sedih lagi. Kalau Yuma udah sembuh dan nggak sedih lagi, nanti aku ajak ke pabrik. Bareng Papi sama Mami. Kita 'kan udah lama nggak ke pabrik, terus kita jalan-jalan ke tempat yang Yuma suka. Jadi, jangan kayak gini lagi biar bisa jalan-jalan. Oke?"

Yuma tidak menjawab, tetapi netranya begitu fokus pada Tama. Kalau boleh jujur, Tama ingin menangis melihat adiknya yang kini selalu terlihat murung. Senyum manis yang selalu Yuma tunjukkan, kini hilang dan digantikan oleh duka. Hari-harinya yang selalu indah, kini hilang berganti dengan hari yang suram.

Tama sangat tahu bagaimana Yuta dan Marsha berusaha membahagiakan dia dan Yuma. Lalu, orang yang tidak bertanggung jawab malah merenggut kebahagiaan yang seharusnya dimiliki oleh Yuma.

ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang