Tidak Semanis Matcha

6.4K 871 98
                                    

Jangan lupa dukungannya, Yorobun 💚
Biar aku makin semangat 💚

Aku sengaja update
Karena
Kali aja
Kalian
Kepo 🙂

Aku sengaja update Karena Kali aja Kalian Kepo 🙂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Perutnya masih sakit?"

Pertanyaan itu keluar dari mulut Yuta setelah cukup lama menatap sang istri yang sejak tadi diam. Marsha yang sejak tadi melamun, langsung sadar dan segera menoleh pada Yuta. Marsha tersenyum melihat Yuta yang duduk setia di sampingnya. Menemani Marsha selama di rumah sakit.

"Lumayan sih. Tapi sekarang udah nggak apa-apa."

Yuta ikut tersenyum. Lebih tepatnya memaksakan senyum saat melihat Marsha yang juga tersenyum. Kalau boleh jujur, Yuta tidak sanggup melihat kondisi Marsha saat ini. Wajahnya sangat pucat dan beberapa kali tertangkap melamun.

Yuta menebak kalau Marsha tengah memikirkan jabang bayi yang bahkan tidak diketahui kemunculannya, dan kini telah tiada.

Kejadian di rumah saat Marsha mengeluarkan darah sangat mengejutkan satu keluarga. Terlebih saat Yuta melihat bagaimana Marsha tampak lemas di kamar mandi, tapi tetap berusaha untuk berdiri saat menyadari ada sesuatu yang salah pada dirinya.

Tepat saat itu juga, Yuta langsung membawa Marsha ke rumah sakit untuk mengetahui keadaannya. Menghubungi ibu Marsha untuk membantu semuanya di rumah sakit nanti.

Yah... semua yang terjadi sudah terlambat. Nyatanya jabang bayi yang bahkan tidak diketahui keberadaannya itu sudah tiada.

"Kok aku bisa nggak tahu ya kalau lagi hamil?"

Pertanyaan itu begitu sederhana. Tapi berhasil mengiris hati Yuta yang mendengarnya. Terlebih saat suara Marsha yang serak dan sedikit bergetar. Rasanya Yuta hampir tidak bisa menahan tangis saat mendengarnya.

“Tapi setiap hamil, aku emang nggak pernah ngerasain tanda-tandanya sih. Pas Yuma aja, tiba-tiba udah empat bulan.”

Yuta tidak tahu harus merespon bagaimana. Ia hanya bisa bungkam dan mendengarkan Marsha bicara. Setiap kalimat yang terucap, terasa ringan tanpa beban. Tapi Yuta tahu kalau dari apa yang disampaikan, Marsha ingin menguatkan dirinya yang sedikit terguncang atas apa yang terjadi.

“Enggak heran juga sih kalau aku keguguran. Umur aku udah ketuaan buat hamil. Enggak bisa sekuat dulu lagi.”

Yuta masih berusaha memaksakan senyum. Dia tidak ingin menunjukkan kesedihannya setiap mendengar Marsha bicara. Yuta meraih tangan Marsha dan mengelusnya lembut.

“Kamu masih cantik kok.”

Marsha berdecih. “Enggak usah gombal. Enggak mempan.”

Yuta berhasil dibuat tertawa oleh Marsha. Tapi tawanya tidak menandakan bahwa dia sepenuhnya senang. Justru Yuta semakin merasa sedih saat melihat kondisi Marsha yang sangat tidak baik-baik saja. Yuta tertawa, tapi Marsha hanya tersenyum. Senyum yang menyiratkan rasa sakitnya.

ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang