Kamu, Rumahku

4.8K 686 133
                                    

Di mana pun itu, selama ada kamu, semuanya jadi tempat yang paling nyaman untuk berlindung.
Ke mana pun itu, selama ada kamu, aku akan kembali lagi.
Tahu kenapa? Karena kamu adalah rumahku.

Yuta-Matcha

Sudah satu minggu Keluarga Nakamoto semuanya damai, dan hari ini berjalan seperti biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah satu minggu Keluarga Nakamoto semuanya damai, dan hari ini berjalan seperti biasanya. Hubungan Yuta dan Marsha kembali seperti semula. Lebih tepatnya sedikit damai dibandingkan sebelumnya. Memang belum sebaik itu, tapi mereka sudah lebih banyak interaksi sekarang.

Yuta sudah mau bicara lebih dulu pada Marsha. Begitu juga sebaliknya. Tapi rasa canggung itu masih sangat terasa, khususnya yang dialami oleh Marsha. Marsha masih sering terkejut ketika Yuta memanggilnya. Atau saat tiba-tiba Yuta memeluknya, Marsha dengan refleks mengindar.

Sama seperti sekarang. Yuta melihat Marsha yang sedang merapikan ruang kerjanya. Yuta mendekat dan melingkarkan lengannya di sekitar pinggang Marsha. Secara spontan Marsha berusaha menghindar, tapi Yuta menahannya agar tetap dalam gapainya.

Marsha masih merasa sangat terkejut dan tidak terbiasa ketika Yuta memeluknya begini. Bahkan Marsha juga merasa tidak nyaman dan ingin cepat-cepat melepaskan diri dari Yuta.

"Kenapa tiba-tiba meluk?" tanya Marsha gugup.

"Emang kalau peluk istri harus ada alasannya, ya?"

Debaran jantung Marsha terasa sangat cepat karena ia gugup, dan juga merasa tidak nyaman. Marsha berusaha menarik lepas lengan Yuta, namun usahanya sia-sia. Yuta malah mengeratkan pelukannya. Bahkan Yuta menyandarkan dagunya di bahu Marsha dengan nyaman.

Yuta bukannya tidak tahu perasaan tidak nyaman yang dirasakan oleh Marsha. Tapi Yuta tidak ingin membiarkan Marsha terus larut dalam kecanggungan. Jika terus seperti ini, hubungan mereka tidak akan benar-benar membaik.

"Matcha, inget kalau aku mau ke Jepang lagi? Urusan kerja, kok."

Marsha lupa-lupa ingat kalau Yuta pernah mengatakan akan pergi ke Jepang untuk bekerja. Tapi dia benar-benar tidak ingat kapan Yuta akan berangkat ke Jepang untuk sekian kalinya.

"Aku berangkat minggu depan," kata Yuta menjawab pertanyaan Marsha. "Ini nggak dadakan, ya. Aku emang berangkat minggu depan kalau kamu masih ingat."

Marsha menaikkan sudut bibirnya karena Yuta rupanya cukup peka. Marsha memang berpikir kepergian Yuta ke Jepang minggu depan sangat dadakan, seolah menghindari dari banyaknya masalah yang sedang mereka hadapi. Tapi Marsha cukup lega kalau memang bukan dadakan. Huh. Usia Marsha benar-benar mengurangi daya ingatnya.

"Sebelum pergi, aku mau nunjukin sesuatu."

"Apa?"

"Kita bisa pergi sekarang kalau mau."

ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang