Saat Hamil Kedua

4.7K 579 128
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Bagaimana kalau kita flashback sebentar ketika Marsha sedang hamil anak kedua?


Berbeda dengan saat hamil anak pertama di mana Marsha sangat manja, saat hamil anak kedua Marsha jauh lebih sewot. Khususnya pada Nakamoto Yuta yang tingkat rasa manja dan tingkat rasa bucinnya jauh lebih tinggi. Yuta selalu ingin berada di dekat Marsha, tetapi istrinya malah ingin menjauh.

Namun setiap kali Tama yang ingin dimanja, Marsha pasti akan langsung menurut dan memanjakan putra sulungnya sampai Yuta sendiri merasa iri. Sama seperti yang sedang terjadi sekarang.

"Mami, Tama mau peluk."

Marsha yang sedang santai dengan mudah langsung menurut. Marsha langsung menarik Tama hingga kini putranya itu berada di atas pangkuannya. Marsha memeluk Tama dan mengecup kedua pipi putranya bergantian dengan gemas. Tama yang dimanja tentu saja sangat senang karena dia memang paling senang dimanja oleh Marsha dibandingkan oleh Yuta.

Selama hamil anak kedua, Marsha tidak ada ngidam aneh selain sewot pada Yuta. Marsha memang tidak sampai meminta Yuta untuk jauh-jauh, hanya saja bawaannya setiap dekat Yuta memang selalu tidak enak.

"Mami, kok perutnya gendut?" tanya Tama dengan polos seraya mengelus perut Marsha yang buncit karena kehamilan yang sudah menginjak tujuh bulan. "Ihh, ada yang gerak, Mami."

Marsha tertawa melihat respon Tama ketika merasakan gerakan kecil karena ada tendangan dari calon anak kedua Nakamoto. Marsha dengan spontan mengelus perutnya dan kembali merasakan tendangan kecil dari perutnya yang membuat dia merasa geli.

"Soalnya 'kan ada adeknya Tama di sini."

"Adek?"

Marsha mengangguk sambil melebarkan senyumnya. Tama memang belum mengerti, dan wajar juga sih kalau memang tidak mengerti. Yuta dan Marsha memang tidak memberi tahu soal kehadiran seorang adik pada Tama.

Rencananya Marsha baru akan memberi tahu saat usia kehamilannya sudah menginjak delapan atau sembilan bulan. Namun, Tama lebih dulu tahu karena merasakan ada perbedaan dari perut Marsha yang lebih buncit dibandingkan beberapa bulan yang lalu.

"Jadi, Tama mau punya temen gitu?"

Marsha mengangguk dengan semringah. "Iya. Bedanya empat tahun sama Tama. Seneng nggak?"

Tama tidak langsung menjawab karena dia masih harus mencerna apa maksud ucapan Marsha. Namun, tak lama dia pun tersenyum dan kembali mengelus perut Marsha untuk merasakan lagi tendangan yang begitu ia sukai.

"Di sini ada adeknya Tama?"

"Iya."

"Tapi kok nggak gerak lagi, Mi."

"Geraknya 'kan nggak sering muncul, Nak. Nanti juga gerak lagi kalau adeknya mau nyapa Tama."

"Emang bisa ya, Mi?"

ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang