Hanya kisah sederhana tentang Yuta dan Marsha (Matcha). Dengan keluarga kecilnya yang......
Aneh!
Start: 29 Agustus 2019
End: 24 Mei 2020
Repost:
Start: 18 Juli 2020
Buat chapter ini, apakah sider tidak ingin muncul? Hehe 👉👈
3700 kata dan semoga tidak gumoh.
Enjoy 💚
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Yuma, sini, Nak."
Yuma yang baru saja kembali dari dapur, sedikit terkejut ketika Yuta dan Marsha sudah duduk di ruang tengah, padahal sebelumnya mereka tidak ada. Yuma pun menurut, kemudian duduk di antara orang tuanya. Baru saja ia duduk, Yuta dan Marsha langsung memeluknya dengan sangat erat. Awalnya Yuma terkejut, tetapi kemudian dia menikmati pelukan orang tuanya yang terasa begitu hangat. Satu hari sebelum pernikahan, Yuta dan Marsha jadi lebih emosional. Padahal satu minggu ini Yuma terus bersama mereka dan dilarang bertemu dengan Jeffrey, tetapi tetap saja waktu yang dihabiskan terasa kurang. Mereka ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan Yuma yang sebentar lagi akan menikah dengan Jeffrey.
"Sebentar lagi pada nangis nih," ujar Yuma yang mulai menebak akan seperti apa orang tuanya kalau sudah begini.
Ya, tebakan Yuma memang benar. Yuta dan Marsha menitikkan air mata karena masih sedikit tidak rela melepaskan putri bungsu mereka yang sebentar lagi akan menikah. Meski restu sudah diberikan, tetap saja Yuta dan Marsha masih merasa sulit untuk melepaskan Yuma. Dua puluh enam tahun Yuta dan Marsha mengurus Yuma, lalu dalam waktu hitungan jam, Yuma akan menjadi milik orang lain. Rasanya jauh lebih sulit dibandingkan melepas Tama dulu.
"Yaudah, nangis aja sepuasnya. Yuma ikhlas."
"Harus ikhlas," isak Marsha yang makin mengeratkan pelukannya. "Nanti mana bisa gini lagi, Yuma."
"Iya." Yuta ikut terisak sembari menyeka air matanya. "Nanti di rumah sepi kalau nggak ada Yuma."
"Kan Papi bisa berduaan sampai puas tanpa gangguan sama Mami."
"Iya juga, ya?" Yuta jadi sedikit semangat mengingat keuntungan tersebut. "Tapi tetap aja Papi sedih, Yuma. Ngelepas anak perempuan itu jauh lebih susah dibandingkan ngelepas anak laki-laki."
Yuma hanya menjadi pendengar setia ketika Yuta dan Marsha menangis bersama. Sebenarnya Yuma juga ingin menangis, tetapi sedikit gagal karena dia justru ingin tertawa ketika mendengar orang tuanya menangis. Yuma pikir, orang tuanya akan mudah melepasnya untuk menikah dengan Jeffrey. Namun, mereka justru lebih sulit melakukannya dibandingkan saat Tama beberapa tahun yang lalu. Semua itu Yuma rasakan karena Yuta dan Marsha jadi sedikit lebih posesif saat mendekat pernikahan.
"Yuma, kalau udah nikah nanti, jangan terlalu sering mikirin kami berdua, ya. Bukannya apa-apa, tapi emang prioritas kamu setelah nikah itu ya suami. Yuma nggak usah khawatir, Mami sama Papi pasti sehat terus."
Yuma mengangguk membalas rangkaian kata yang diucapkan oleh Marsha di tengah tangisnya. Kali ini suasana tak membuat Yuma tertawa, tetapi benar-benar membuatnya merasa sedih. Apalagi mendengar Yuta dan Marsha yang masih belum berhenti menangis di dekatnya. Yuma menunduk, kemudian ikut menitikkan air matanya karena tidak tahan mendengar segala tangisan yang begitu menyayat hatinya. Ketiga orang itu tidak ada yang bicara, selain sama-sama menangis dengan koneksi yang sama dengan perasaan mereka.