ⓒⓗⓐⓟⓣⓔⓡ 37

1.1K 104 34
                                    

"Em, iya mean setelah aku tau aku sedang mengandung, semua yang aku lakukan berubah total, bahkan makanan kesukaan ku saja harus berubah dengan makanan yang tidak pernah aku minati dari dulu, seperti spageti, telur mata sapi, steak, dan apalagi itu ahh bentar mikir dulu, oh itu seafood! sungguh padahal dulu aku tidak menyukai makanan-makanan itu". ujar plan panjang lebar membuat mean menghentikan aksi tangan nya yang sedang menyabuni tubuh plan dengan lembut.

"Tunggu dulu! apa yang kamu sebutkan tadi, itu semua adalah makanan kesukaan ku, apa jangan-jangan__".

"Aishhh, ternyata baby mengikuti semua yang daddy suka yah?". ucap plan dengan suara lembutnya sambil mengelus perutnya sayang.

Mean tersenyum saat melihat sang pujaan hati tidak merasa sakit atau mengerutkan dahinya hanya karena penyakit yang ia derita.

Chup

Mean mecium perut plan berulang lali, tak bisa di pungkiri bahwa hatinya semakin hari semakin dalam untuk plan, pemuda yang sering ia sakitin dulu.

Mengingat hal itu, dadanya terasa sesak.

Kata maaf yang ia ucapkan berulang kali pada plan itu tidak akan setimpal dengan rasa sakit yang yang selama ini ia berikan untuk plan.

Cukup!

Ia sudah meyakinkan dirinya sendiri untuk membuat plan bahagia bersama dengan nya.

Karena mereka sudah terikat satu sama lain, di tambah lagi dalam beberapa bulan kedepan, akan ada bayi mungil yang menemani hari-hari mereka berdua.

Jika plan masih hidup tentunya.

Karena setiap berganti hari, kondisi tubuh plan di nyatakan semakin lemah, dan tentu saja itu akan berdampak pada janin nya.

Mean ingin sekali menyuruh plan agar menggugurkan bayi mereka sekali saja, agar kondisi plan membaik, paling tidak setelah itu ia akan membuat plan sembuh total.

Tapi saat melihat ada pancaran kebahagiaan yang tidak bisa di gambarkan melalui mulut, ia pun mengurungkan niatnya, dan hanya mampu menjaga serta menguatkan plan.

Jadi sudah sepantasnya ia membahagiakan plan bukan?.

"Plan?". panggil mean pelan dengan suara yang lumayan pelan, namun plan masih bisa mendengarnya.

"Ya, ada apa mean? apa kamu kesulitan menggosok belakangku dengan sabun? jika iya, maka biarkan saja. aku akan menggosoknya sendiri, kamu keluarlah dulu, aku tak apa". jawab plan membuat mean menggelengkan kepalanya.

Sedangkan plan yang melihat itu merasa gemas dengan tingkah laku mean saat ini.

Dengan cepat ia membalikkan tubuhnya dan menghadap ke arah mean, lalu menggenggam erat tangan besar itu.

Ia tau bahwa saat ini mean tengah memikirkan sesuatu, entah apa? tapi intinya itu bukanlah hal yang baik.

Ada guratan kekhawatiran di mata kelam milik mean, juga ada kerutan di dahi mean membuat plan semakin yakin bahwa mean sedang memikirkan sesuatu yang tidak baik.

Tapi itu hanyalah kesimpulan sepihaknya, tidak ada salahnya kan untuk bertanya? agar ia tau mean sedang berpikir mengenai apa, hingga terlihat gelisah seperti ini, dan siapa tau dia bisa membantu mean jika ia tau seluk beluk permasalahan nya.

"Ada apa? apa pekerjaan mu di kantor sedang ada masalah?". tanya plan dengan suara lembut.

"Tidak sayang".

"Lalu?".

"Aku tak apa, berhenti bertanya plan, kamu tidak boleh terlalu lama berada di dalam air, nanti sakit mu bertambah". kata mean memperingati plan, lalu mengarahkan selang shower ke arah plan dan memandikannya hingga busa sabun dan shampo itu ikut terguyur dengan air yang mengalir di tubuh plan.

Sorry Too Late Loving You | MEANPLAN ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang