Sejak pertemuan terakhir mean dan dan dokter itu, plan sudah mulai bercerita banyak tentang penyakitnya pada mean.
Semuanya.
Bahkan saat ia jari telunjuknya yang tidak sengaja terjepit di pintu saja ia langsung berteriak dan melaporkan nya pada mean.
Tidak ada lagi yang menutup-nutupi seperti saat itu.
Karena ia sempat mendengar ucapan sang dokter dengan mean, ya walaupun tidak semuanya ia dapat ia dengar.
Dan saat itulah ia berjanji untuk terbuka pada mean, karena ia tidak ingin mean makin khawatir padanya.
Kini perutnya sudah semakin membesar, tepat hari ini adalah bulan kesembilan bayinya di dalam perutnya.
Dengan sayang ia mengelus perut buncitnya dan menggumamkan kata-kata sayang.
"Anaknya mommy lagi apa di dalam hm? sehat? makasih sudah kuat di dalam sayang, mommy menyayangimu, jadilah anak yang dengar-dengaran jika mommy sudah tidak ada, jagalah daddymu dengan baik, jangan menyusahkan nya, walaupun daddymu sangat sulit untuk mengungkapkan perasaan sayang nya padamu, tapi percayalah di dunia ini orang yang paling ia sayangi adalah dirimu dan mommy, karena kita adalah keluarga". ucap plan lembut sambil mengusap perutnya dengan sayang.
Tanpa ia sadari mean sedang berdiri di balik pintu kamar, dan mendengar semua apa yang ia katakan, padahal benerapa bulan ini plan tidak pernah berbicara hal-hal seperti itu lagi.
Tapi kali ini, ia mengatakan sesuatu yang membuat rasa takut mean kembali lagi.
Karena tidak ingin semakin sakit, mean menghembuskan nafasnya berat lalu mengetuk pintu kamar membuat plan terkejut dan segera berdiri.
Tokk..tokk..
"Sayang waktunya sarapan, mandilah aku akan menunggumu di bawah, semuanya sudah berkumpul tinggal kamu yang belum ada". ucap mean berlalu pergi, tanpa menunggu plan seperti biasanya.
Dan tentu saja plan tau bahwa mean mendengar perkataan nya barusan.
Karena mean tidak pernah mengetuk pintu kamar mereka, dan ini pertama kalinya ia melakukan hal itu.
Kali ini aku membuatmu khawatir padaku lagi, maaf.
.
.
Baru saja plan ingin beranjak dari ranjangnya, perutnya terasa sangat sakit, seperti tulang belakangnya patah.
"Apa aku akan melahirkan sekarang? bagaimana bisa? ini tidak mungkin! akhhh". lirih plan sambil mencoba berdiri dan berpegangan di pintu lalu berjalan dengan perlahan.
Ingin berteriak memanggil mean, namun suaranya serasa tercekat, air matanya mengalir begitu saja melalui pipi nya yang mulai tembem lagi.
"Hikss, tenanglah sayang jangan keluar dulu, mommy akan menemui daddy mu, lalu setelah itu kita akan berkumpul yah". ucap plan masih dengan acara mengelus perutnya dengans sayang.
Seolah anak yang ada di dalam perutnya akan mengerti dengan apa yang ia katakan.
Sudah lima menit ia mencoba untuk menahan rasa sakitnya, dan berjalan ke lantai bawah.
Namun ia belum juga sampai di depan pintu, hingga pintu terbuka dan menampilkan sosok mean yang terkejut melihat kondisinya yang tengah mencoba berjalan dengan langkah yang tertatih-tatih.
"Plan sayang, kamu kenapa? dimana yang terasa sakit?". tanya mean panik sambil mengusap peluh yang ada di dahi istrinya.
"A..aku akhhhh, aishhhh, baby ingin keluar mean..hikss sakit". tangis plan pecah dengan suara yang bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry Too Late Loving You | MEANPLAN END
RomantizmCompleted Hidupku Hanya Untukmu! ~ Plan rathavit Maafin Aku Yang Terlambat Menyadarinya. ~ Mean phiravich WARNING! 18+ YAOI MEANPLAN BOYS LOVE