ⓒⓗⓐⓟⓣⓔⓡ 22

1.3K 158 66
                                    

Plan terbangun saat merasa ada tangan yang mengelus kepalanya dengan lembut.

Ia mengerjapkan mata nya beberapa kali.

"Ah, maaf! apa aku mengganggu tidurmu nak?". ucap wanita itu membuat plan mengernyitkan dahinya.

"Ya, kamu memang selalu mengganggu ku!". ujar plan dengan sinis membuat wanita itu tersenyum kecut.

"Plan jangan bicara seperti itu pada ibumu". tegur tuan rathavit sambil berjalan kearah istrinya.

"Ibu? dia bukan bukan ibuku!". kata plan ketus dengan suara yang agak meninggi.

"Sudahlah, kamu tidak perlu menyuruhnya memanggil ku dengan sebutan ibu!". ujar istrinya lembut.

"Wah, ternyata ular bisa jadi baik di depan mangsanya!". ucap plan tanpa pikir panjang yang tentunya membuat hati ibu tirinya sakit.

"Jangan bicara seperti itu plan, ayah tidak pernah mengajarkan anak-anak ayah untuk bicara begitu kepada orang yang lebih tua!". tegur sang ayah.

Plan tersenyum meremehkan kearah ayahnya.

"Kamu hanya mengajarkan kepada anak-anak mu pak tua, ayah dan ibuku sudah mati sejak mereka tak mengakuiku! jadi aku hanya di ajarkan oleh kakek sama nenek ku tapi ajaran mereka lebih baik di banding dengan ajaran yang kamu ajarkan kepada anak-anakmu!". ucap plan menatap wajah ayahnya dengan penuh rasa sakit.

Ayahnya hanya bisa menghembuskan nafas kasar, ia menyesal karena meninggalkan plan dengan istri pertama nya.

"Nak plan, aku tau kamu membenciku karena telah merebut ayahmu dari kalian! tapi sebenarnya aku tidak punya niatan untuk membuat ayah dan ibumu pisah, dan aku bukan ular seperti yang kamu pikirkan!". ujar nyonya rathavit dengan suara yang bergetar.

Walaupun plan membenci wanita itu, tapi tetap saja ia masih memiliki hati.
dan hatinya berkata bahwa ia salah!.

"Maaf, aku tidak bermaksud bicara seperti itu padamu!".

"Tak apa! aku mengerti perasaanmu nak". kata nyonya rathavit membuat plan terdiam.

Suasana pun hening untuk waktu yang cukup lama, hingga bunyi suara hp ayah mean terdengar membuat ketiganya tersadar dari pikiran mereka masing-masing.

Ayah plan pun dengan cepat meninggalkan ruang tamu untuk berbicara dengan seseorang di balik telefon.

Plan tak menghiraukan itu, lagipula ia memang tidak ingin berbicara lebih lama dengan mereka.

"Apa kamu sudah makan nak?". tanya nyonya rathavit tapi plan enggan untuk menjawab.

Drtt.....drtt.....drtt.....

Plan terkejut saat melihat nama yang tertera di depan layar hp nya.

'Mean?'. gumamnya sambil menggenggam erat hpnya dan membiarkan panggilan itu sampai mati.

Dengan cepat ia mematikan hp nya, agar mean tidak bisa melacak dirinya. walaupun nantinya mean pasti akan datang kerumah ayah nya untuk memastikan ia ada atau tidak di rumah itu.

Plan masih memikirkan isi pesan mean kepadanya membuat ia ragu untuk meninggalkan pemuda itu.

Namun jika ia bertahan di dalam hubungan yang tak seharusnya membuat ia terlihat seperti jalang yang dengan bodohnya memberi seluruh hidupnya untuk orang yang akan menikah.

Walaupun ia mencintai mean, tapi ia tidak boleh menghancurkan hidup orang lain karena dirinya sendiri.
cukup dengan melihat orang itu bahagia, sudah membuat dirinya senang dan ikut bahagia. walau ia hanya bisa melihat dari jarak yang amat jauh tanpa harus memegang tangan mean.

Sorry Too Late Loving You | MEANPLAN ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang