ⓒⓗⓐⓟⓣⓔⓡ 39

1K 94 20
                                    

Tentu saja hal itu membuat ibunya terkejut, karena untuk pertama kalinya mean akan berdoa di hadapan tuhan.

Karena selama ini ia tau tabiat mean, dia tidak terlalu percaya akan tuhan.

Dan hari ini, anaknya mau berdoa? sungguh keajaiban yang luar biasa.

"Tentu saja mean, sudah ibu katakan padamu kan bahwa di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin, percayalah tuhan akan mengabulkan doamu". ujar nyonya phiravich membuat anaknya mengerti.

Karena mean itu tipikal orang yang tidak mempercayai siapapun dan apapun yang belum tentu terjadi.

Tapi kalau soal plan ia lemah akan hal itu, karena saat ini ia akan selalu berusaha membuat plan tetap berada di sisinya dan putra mereka.

"Kalau begitu, aku akan berdoa dengan sungguh-sungguh mulai hari ini dan seterusnya, jika tuhan tidak mengabulkan doaku maka tidak akan memohon padanya lagi". ujar mean datar membuat ibunya menghembuskan nafas kasar.

"Jangan begitu nak, yakinlah apa yang akan terjadi kedepan nya itu memang sudah di gariskan dengan baik oleh tuhan, percaya ataupun tidak, nyawa hanya bisa di ambil oleh tuhan, kalaupun manusia bisa mengakhiri nyawanya sendiri itu adalah dosa mereka sendiri, mengakhiri hidupnya dan telah mendahului akan kehendak tuhan, jangan hanya karena permohonanmu tidak di kabulkan, kamu malah marah dan membenci tuhan, sungguh itu adalah hal yang sangat tidak terpuji, yakin dan percayalah bahwa ada hikmah di balik semua ini". tutur nyonya phiravich pada anaknya mean yang keras kepala sambil mengelus kepala mean dengan sayang.

"Tuhan mencintai kita semua, jangan berhenti berdoa ataupun berharap walaupun salah satu doa kita tidak terkabulkan, tak apa karena sesungguhnya tuhan tau apa yang terbaik untuk kita". sambung nyonya phiravich membuat mean diam tak menggubris perkataan sang ibu.

Dia tau tadi ia sempat berpikiran yang tidak-tidak, bahkan sampai menyalahkan tuhan segala.

Bukankah itu adalah dosa? tapi bukan apa, karena ia tau ia sudah membuat terlalu banyak dosa.

Tuhan? apakah doaku akan kau kabulkan?. batin mean masih di dalam pelukan sang ibu.

Apakah ia harus percaya?.

.

.

Di sisi lain plan sekarang tengah berbaring di dalam kamarnya, ia sudah selesai makan saat beberapa menit yang lalu, dan di suruh istirahat oleh ayah mean.

Ia menurut dan berakhirlah tidur dengan posisi menyamping dengan tangan yang ia gunakan sebagai bantal.

Plan po'v.

Apa mean marah padaku?.

Apa dia akan membenciku karena selalu saja berbohong padanya?. tanyaku entah pada siapa.

Aku bosan akan penyakit yang ada di dalam diriku, seharusnya aku tidak masuk ke dalam kehidupan mean dan membuat dia terluka seperti ini.

Seharusnya aku membunuh diriku sejak lama, sehingga mean tidak akan pernah merasakan sakit akan kehilangan, dan anak ini tidak akan pernah hadir.

Tapi bagaimanapun ini sudah terjadi, dan sekarang aku harus berjuang agar anak ini lahir.

"Akhhhh! tidak jangan sekarang, a....aku mohon, hikss".

Rasa sakit yang tadi hilang kini datang lagi tapi 2x lebih sakit di bandingkan dengan yang pertama tadi.

Sayang, harus kuat di dalam sana yah, mommy janji akan selalu berusaha buat kamu bertemu dengan daddymu, jangan khawatir, rasa sakit ini tidak akan terlalu menyakiti mommy, asalkan kamu baik-baik saja maka mommy juga akan baik-baik saja. gumamku sambil mengelus perutku yang sudah mulai membesar dengan lembut agar rasa sakitnya perlahan menghilang.

Sorry Too Late Loving You | MEANPLAN ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang