19.Teror pertama

72 9 0
                                        


Brukhh....

Sesuatu telah terjatuh dari dalam loker nya Rika,sebuah foto dengan tetesan darah yang di dalam nya terdapat foto dirinya.

Yaa selama pelajaran tadi Rika sangat bosan entah kenapa tidak seperti biasan.

Dan sekarang waktunya istirahat dia memutuskan untuk mengecek dulu peralatan nya di loker takut-takut ada yang sudah habis atau apalah.

Namun kini...sesuatu telah mengejutkan nya, apa maksud dari semua ini? Siapa yang telah menaruh poto dirinya yang di sertai bercakan darah di dalam loker nya?

Pertanyaan-pertanyaan itu terus menggema di dalam otak nya, pasal nya kini dia sedang sendirian, teman-teman nya sudah terlebih dahulu ke kantin untuk mengisi perut-perut nya yang sudah lapar akibat ancaman kehidupan akan pelajaran yang memecahkan isi kepalanya.

Rika terus saja melirik kanan dan kirinya untuk mencari siapa pelaku dari hal ini, namun nihil di sana tidak ada siapapun, seperkian detik bulu kuduknya mulai naik, ia memutuskan untuk pergi dari tempat itu, dengan foto yang masih ada di dalam genggaman nya.

Setelah kepergian Rika, seseorang telah tersenyum getir atas kemenangannya, pasalnya kini permainan nya sudah di mulai.

"Selamat datang Nona Rika Ashfaniya, anda telah masuk ke dalam list permainan saya, tunggu aksi selanjutnya."gumam seseorang tersebut dengan mengangkat sudut bibirnya meremehkan.

****

Di kantin....

"Huh-huh."datang Rika dengan ngos ngosan nya karena teror yang telah menimpanya.

"Lo kenapa Rik? Kaya orang yang abis di kejar setan aja lu."keukeuh Indah karena melihat ekspresi wajah Rika yang kian memucat.

"Bukan setan lagi Ndah tapi iblis."cetus Rika kesal.

"Terus iblisnya sekarang kemana?"tanya Mona tidak lupa dengan keukeuhan nya.

"Noh di depan lo."tunjuk Rika kepada Dela dengan mengarahkan delikan matanya.

"Mata lo peang saraf, kenapa gue jadi kebawa-bawa si? Gue kan udah adem ayemm anjirr."kesal Dela.

"Gue mah ngikut si Dimas aja sii, kan dia panggil lu mak lampir? Nah gue iblis, biar sepaket Del."keukeuh Rika.

"Nah kan, gue juga yang kena, paan sih Rik, gue lagi nggak mau ngadu mulut sama si emak."cetus Dimas.

"Anjirr punya temen nggak waras semua."kesal Dela."sepaket-sepaket lu kira parsel apa?"lanjut Dela membalas ucapan Rika sebelum nya.

"Ishh udah-udah, seriusan lu kenapa?"tanya Rasti.

"Eu- eu itu anu."gugup Rika.

"Gimana yaa? Gue harus bilang? Apa gimana? Gue nggak mau nambah beban Stronger sama temen gue lagi,apa gue diemin dulu sendiri ya?"batin Rika.

"Lo masih bocah Rik, nganu nganu aja lu."ngeres Wahdan.

"Dih, jijik anjirr lu nya aja yang ngeres, gue nggak pernah kaya gitu yaa."sewot Rika.

"Alahh so polos lo Rik, padahal tiap malem nonton yang nganu terus ngaku lo."tambah Candra.

"Anjir nii anak-anak pada minta di colok ya matanya, mana-mana pisau? Gurih nih kayanya."ucap Rika dengan tatapan sengit nya seolah-olah ucapanya tidak hanya candaan.

"Da lo mau mau nya sii pacaran ama psychopat."bergidig Faraz.

"Yaa harus gimana lagi? Emang di takdirinya gitu kali."polos Abda.

Story Old [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang