®MatahariLangitFour

1K 58 1
                                    

Sebelum lanjut baca "follow dulu ya temen-temen"

°°°°

Rintikan hujan bercucuran sangat deras membasahi seluruh Kota Jambi. Waktu terus berputar cepat dan hari semakin gelap. Sial! 

Umpatan indah Matahari keluar dengan mulus begitu saja. Ya, dia sangat bosan menunggu hujan reda, ditambah menunggu Langit latihan Basket.

What? Latihan? Ya, Langit dan team nya tetap memaksakan latihan meskipun di guyur hujan yang sangat Deras. Why?  Because, They are akan mengikuti lomba di SMA Galaksi 3 Garuda minggu depan.

[Fyi, lapangan Indoor basket tidak memiliki atap jadi hujan mudah masuk.]

Matahari melipat kedua tangannya didepan dada lalu menyenderkan punggungnya ke dinding koridor, sembari memasangkan earphone nya. Selama menunggu Langit selesai Matahari memutuskan untuk mendengarkan lagu untuk menemani keheninganya.

MatahariLangit.~

"Tangkap Za!" Teriak Arya pada Reza.

Reza dengan cepat menangkap bola itu lalu melemparkannya pada Langit yang langsung ditangkap dengan sempurna olehnya.

Satu loncatan tinggi Langit mampu memasukkan nola basket pada ring.

"Selesai!" Teriak Langit kemudian berjalan pergi keluar lapangan.

Para team pun bubar dan mengambil tas nya masing-masing kemudian melangkah untuk segera pulang.

"Duluan woy ...." pamit Reza sudah menggendong tasnya.

"Nebeng Za," kata Arya.

"Kan rumah lo nggak searah sama gue?"

"Hehe, nebeng aja gitu."

"Emang lo kagak bawa motor?"

"Sapri gue sakit, ngab."

Gengs, Sapri adalah Sepeda motor milik Arya Jastin. Jangan salah Sapri itu motor bagus Ya! Motor gude.

"Ya elah, ya udah ayok!" Ucap Reza yang langsung di ikuti oleh Arya.

"Duluan, Lang," ucap Arya sembari terkekeh.

Langit mengangguk singkat. Setelah kepergian Arya, Langit beralih menatap keatas, ternyata hari sudah gelap. Dan hujan belum juga reda.

"Lang, lo nggak balik?" tanya Jaxin salah satu team basket.

Langit melirik lalu mengangguk.
"Balik kok."

"Kalo gitu gue duluan ya!" Pamit Jaxin.

Lagi, Langit hanya mengangguk mengiyakan sembari menggendong tasnya disebelah kanan, lalu tangan kirinya menggenggam sebotol air mineral.

Saat sudah sampai di koridor menuju ke arah parkiran langkah Langit tiba-tiba terhenti, Ia memandang lurus kearah Wanita yang tengah terpejam sembari menyender di dinding.

Seketika senyuman simpul terbit di bibir tipis Langit, kemudian ia segera melangkah lagi menghampiri wanita tersebut.

"Ri!" Panggil Langit.

Matahari Langit ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang