®MatahariLangit33

620 38 11
                                    

Bel pulang akhirnya berbunyi, para siswa siswi berhamburan menuju parkiran tempat dimana kendaraan bermotor dan mobil terparkir rapi disana.

Untuk hari ini Matahari menolak tawaran Langit, pasalnya Matahari hari ini harus mengurus Beberapa dokumen yang diberikan oleh guru pembinannya.

"Kalo udah mau pulang, lo telepon gue aja!." kata Langit sebelum hilang dari hadapan Matahari.

Matahari memejamkan matanya lalu menggelengkan kepalanya.
"Lo istirahat aja. Lo baru pulang kan? Gue nggak mau ngerepotin lo dulu..."

Langit mengangguk samar samar kemudian tersenyum manis.
"Semangat!." ujarnya berharap Matahari senang.

Dan benar saja, Matahari sangat senang karena hari ini Sikap Langit tidak seperti biasanya. Rasanya Dari tadi pagi Matahari merasa ada yang berterbangan diperutnya.

"Gue kangen..." celetuk Matahari bernada sendu.

Langit terkekeh geli mendengar nya.
"Kerjain dulu tugas lo, baru boleh kangen gue!." godanya sambil mengacak pucuk rambut Matahari gemas.

Baper dongg! Pikir Matahari.

"Bye bye.." kata Matahari seraya melambaikan tangannya.

"Kalo ada apa apa telpon gue ya.." ujar Langit yang diangguki Matahari.

Setelah Berpamitan Langit pun pergi dari tempat nya berdiri untuk segera menuju Mobil kesayangannya. Sementara Matahari beralih pergi menuju ruangan osis untuk menjalani tugasnya.

Untung saja, Dia tidak sendirian. Pasalnya Arsenio juga disuruh membantunya menyelesaikan Dokumen tersebut.

"Dokumen apa yang harus diselesein?!." tanya Arsen setelah Matahari masuk kedalam ruangan osis.

Matahari menghembuskan nafas panjang.
"Sebentar lagi Gue sama lo habis jabatan, Jadi Dokumen yang harus kita selesaikan itu tugas tugas yang belum kelar. Selama kita jadi Pengurus osis!."

"Kenapa cuman gue sama lo?!."

"Gue juga nggak tau."

Arsen mendengus.
"Kapan pemilihan ketua osis nya?."

"Mungkin, bulan bulan ini." jawab Matahari yang masih berfokus pada Bukunya.

"Btw....Lo nggak mau bantuin gue apa?." sambung Matahari sedikit kesal.

Arsen mendekat kearah Matahari kemudian membantunya.
"Gue udah bantuin jadi nggak usah bawel." celetuk Arsen berfokus pada tugasnya.

Matahari mengicepkan kedua matanya.
"Lo kenapa sih? Kayak lagi Badmood gitu?."

Matahari beralih berfokus pada Arsen.
Arsen mendongkakkan kepalanya menatap Matahari Datar.

Pandangan mereka bertemu dan terpaku.
Lagi lagi Arsenio memalingkan wajahnya seperti pada malam itu.
"Bukan urusan lo!." jawabnya ketus membuat Matahari kesal.

"Lo kenapa sih? Lo benci sama gue?."

"Emang gue bilang gitu?." tanya Balik Arsen yang menatap Matahari.

"Ya habisnya lo-, kenapa?."

Arsen beralih menatap kedepan sambil melipat kedua tangannya didepan dada juga menyenderkan punggung nya dikursi.
"Sejak kapan lo khawatir sama gue?." Ledeknya.

Matahari berdesis.
"Wajar gue khawatir,karena gue itu udah jadi temen lo!."

"Kalo gue nggak mau jadi temen lo? "

Matahari Langit ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang