®MatahariLangit49 [Jadian?]

492 45 10
                                    

Malam ini Bulan sudah mendapat ijin dari ibunya walupun Terlihat sangat terpaksa mengijinkan buoan pergi, namun Mirna memang harus mengijinkannya.

Karena baginya kebahagiaan Bulan lebih penting, daripada dia selalu bersedih terus.
Kini Langit sudah menunggu Bulan diHalaman depan dengan Mobil kesayangannya.

Mirna mengantarkan Bulan hingga ke depan Rumah. Sebelum pergi Bulan melambaikan Tangannya pada Ibunya itu.

"Bulan pergi dulu ya ma!." Ujarnya seraya menghampiri Langit.

Langit tersenyum manis kearah Mirna.
"Langit pinjem dulu ya tan, Bulan nya. Janji deh nggak akan buat Bulan cape..."

Mirna tersenyum lebar kemudian mengangguk.
"Sampe kamu buat dia drop! Jangan harap ketemu Bulan lagi!." kata Mirna Seram.

"Maaa!!!." rengek Bulan yang membuat Mirna mengangguk.

"Ya udah sana cepet pergi, keburu larut banget nanti!." titah Mirna.

"Kalo gitu kita pergi dulu ya tan!." pamit Langit seraya membukakan pintu mobilnya untuk Bulan.

Setelah Bulan masuk kedalam Langit pun pergi ke Pintu sebelah kanan untuk segera masuk dan mengemudikan mobilnya.

Selama dalam perjalanan Bulan dan langit hanya terdiam,hingga Langit memulai percakapan.

"Kamu cantik." puji Langit yang memang Bulan sangat cantik malam ini.

Bulan tersenyum malu.
"Makasih."

"Eemm....Menurut kamu aku gimana malem ini?." tanya Langit kikuk.

Bulan terkekeh kemudian menjawab.
"Kamu tiap hari juga selalu terlihat Tampan." Jawabnya seraya melirik langit.

Langit tersenyum manis, dan berpikir bahwa ucapan Bulan memang benar adanya, Setiap hari dia selalu terlihat tampan tidak heran langit menjadi salah satu Pria Famous di sekolah.

"Thank's lan..." Balas Langit.

"Oya...Kata dokter rangga, kamu udah bisa dioprasi belum untuk nyangkok ginjal kamu?." tanya Langit.

Bulan membunag nafasnya berat.
"Sampai sekarang belum ada Ginjal yang cocok buat Aku lang." jawabnya.

Pandangan langit memudar menjadi menyendu. Rasanya langit tidak rela jika harus kehilangan Bulan. Sedangakn mendengar dia sakit pun Langit sudah merasakan sakit hati.

"Aku yakin pasti nggak akan lama lagi ada pendonor yang cocok untuk kamu! Aku bakalan selalu nemenin kamu..." kata Langit seraya menatap Bulan hangat.

Bulan terdiam sembari terus menatap Langit.
"Kamu sangat tulus memberikan ku banyak perhatian.Aku malah semakin Jatuh cinta sama kamu lang." batin Bulan.

"Kamu jangan sedih lagi,Senyum dong!." titah Langit sembari Menyentuh sudut bibir Bulan yang membuat Bulan Tersenyum lebar.

"Aku selalu senyum kok! Jangan bilang aku selalu sedih..." jawab Bulan yang terus tersenyum manis.

Langit ikut tersenyum manis kemudian mengangguk untuk menjawab. Perhatiannya pun kembali berfokus pada setirannya.

~©MatahariLangit.~

"Sumpah lo rese tau!."dengus Lami seraya melempar punggungnya ke punggung sofa.

"Ngapain jadi gue sih?!." tanya Arya yang memilih mematikan handphonenya.

Matahari Langit ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang