®MatahariLangit25

635 37 2
                                    

Dibawah terik matahari,Aska Langit terus melangkah menyusuri Trotoar. Angin yang berhembus tidak mampu mengusir kesedihan hati yang dirasakan Pria tinggi itu. Langit telah kehilangan Mataharinya, Hatinya sekarang patah dan Hancur berkeping keping.

Tidak cukup sampai disitu, Orang yang kini dia sayangipun membuatnya kecewa. Tidak pernah langit sangka sebelumnya jika Bulan setega itu padanya.

Langit kini hanya bisa menerima semuanya. Mungkin itu adalah jalan terbaik. Pria berambut hitam pekat itu berusaha untuk tudak bersedih, Dia harus kuat karena dia tahu Matahari sebelumnya pernah terpuruk sepertinya karena ulahnya.

Pria berbadan tinggi itu tiba tiba berhenti melangkah, lalu menatap seorang wanita yang ada didepan nya itu. Langit terdiam sejenak,mengenang kejadian yang pernah terjadi dikehidupannya.

Wanita berwajah putih bersih dengan bola mata coklat nya itu memandang Langit dengan penuh arti. Perlahan Wanita cantik itu mendekat kearah Langit, dengan Raut wajahnya yang sulit untuk diartikan.

"Lo kenapa ada disini?." tanya Langit heran.

Matahari tersenyum sekilas lalu menghembuskan nafas beratnya.
"Gue mau pamitan sama lo!."

Deegg!

"Lo mau kemana?." tanya Langit dengan wajah melasnya.

Matahari menarik sudut bibirnya kemudian membenarkan Helaian rambutnya yang berterbangan oleh angin.
"Gue harus pergi sekarang."

"Pergi kemana?."

"Gue mau menetap di New york lang, Bokap gue udah pindah kerja disana."
Jawabnya sendu ada rasa tidak rela untuk pergi.

"Gue minta maaf soal kemarin!." lanjut Matahari.

Langit tetap terdiam terpaku menatap Matahari sendu.

"Jaga diri lo baik baik, Jangan lupa makan!." kata Matahari kemudian memeluk Langit erat.

Langit menutup matanya rapat rapat,Dan merasaka pelukan hangat dari Matahari yang mungkin ini pelukan terakhir nya bersama Matahari.

Plaakkk!

"Aduuhhh!..." Ringis Langit setelah merasakan Bahunya memanas oleh bundanya. Dan bertepatan dengan itu Bayangan Mimpinya pun buyar.

Xandra berkacak pinggang sambil menatap Langit tajam.
"Kamu dari mana hah!."

"Bun, langit baru datang bukannya disambut malah Ditampol, jahat iihhkk bunda!." gerutu Langit beralih memeluk bantal sofa.

Xandra menghembuskan nafas panjang nya.
"Abisnya kamu malam malam tiba tiba kabur! Anak macam apa kamu ini?! Bunda panggilin malah bablas aja kamu pergi! Bunda kutuk kamu nanti jadi batu!." omel Xandra.

Langit meringis ketakutan membayangkan jika hal tersebut terjadi.
"Maaf bun, Langit janji nggak akan ngulangin lagi!."

"Hhemm! Kamu kemana tadi?!."

Raut wajah langit tiba tiba berubah memelas.

"heee, kenapa jadi sedih gitu mukanya?" tanya Xandra beralih duduk disamping Langit.

"Bunda..." Ujar Langit lalu menyenderkan Kepalnya dibahu Xandra. Xandra dengan sigap mengelus lembut bahu anak semata wayangnya itu.

"Kamu kenapa cerita sama bunda."

"Langit hampir tiap hari buat Matahari sedih terus bun."

"Kamu apain dia?!."

"Bun jangan nanya kayak gitu, langit jadi bingung mau jawab apa? Soalnya semuanya salah langit,!."

Matahari Langit ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang