®MatahariLangit60 [Jadian Yuk!]

552 46 33
                                    

Matahari akhirnya berhenti menangis, walupun masih agak bersedih akibat tahu kabar Jadian Langit dan Bulan. Arsen yang berada disebelahnya hanya menghela nafas panjang.

"Lo sakit hati nggak kalo Adena jadian sama Agler?." celetuk Matahari.

Arsen terdiam sembari berfikir.
"Emang Mereka pacaran hah?!."

"Iisss, kan kalo! Siapa tau aja emang pacaran?."

Arsen berdecak sebal.
"Ya udah terserah. Siklus cinta itu emang selalu ada aja yang tersakiti salah satunya! Jadi ya itu udah resiko gue malah jatuh cinta sama cewek!." jelas Arsen terdengar sedikir kesal.

Matahari terdiam cukup lama. Perkataan Arsen memang benar. Bahwa siklus cinta itu memang selalu ada yang tersakiti, dan kini Matahari sedang berada di posisi yang menyedihkan itu.

Matahari menghembuskan nafas beratnya. Kemudian melirik Arsen penuh Arti.
"Sen!..."

"Hem?."

"Jadian yuk!." celetuk Matahari yang membuat Arsen melotot tajam.

"Gila lo ya!." balas Arsen seraya menggeleng gelengkan kepalanya.

"Ya udah kalo nggak mau!." kata Matahari memalingkan wajahnya.

Arsen mendengus kasar kemudian bergidig ngeri melihat Matahari.
"Gila beneran tu cewek." batinnya.

Matahari kembali melirik Arsen.
"Lo beneran nggak mau nerima gue? Gue nembak lo!..." jedanya.

"Gue cuman pengen nyoba buat lupain Langit, dengan bantuan lo."

"Percuma, Gue nggak seindah yang lo bayangkan! Gue nggak butuh pasangan." jawab Arsen ketus.

Matahari mendengus kasar. Lalu menjulurkan tangan kanannya.
"Kalo Nggak mau lo cukup pukul tangan gue, tapi pelan, tapi kalo lo mau,... Pegang tanagn gue!." kata Matahari menatap Arsen serius.

"Pacaran tanpa cinta itu sama aja lo pacaran sama patung!." ujar Arsen datar.

Matahari menghembuskan nafas nya
"Gue mau coba buat lupain langit, dan jatuh cinta sama lo!."

"Tapi gue nggak bisa jatuh cinta sama cewek!."

"Tapi lo bisa jatuh cinta sama adena?."

"Ya itu kan udah takdir."

"Siapa tau nanti lo malah ditakdirkan buat suka sama-"

Prakk!

"Aaawhhh..." Ringis Matahari seraya mengelus telapak tangannya.

"Lo mah dibilang jangan pukul keras keras!." Gerutu Matahari kesal.

"Abisnya lo kalo ngomong ngawur nya kemana mana kamvret!."

Matahari mendengus.
"Gue mau pulang!." pamitnya seraya berdiri.

Arsen mencekal lengan Matahari supaya ia tidak jadi melangkahkan kakinya. Arsen pun mengangkat bokongnya, dan berdiri disamping Matahari,Tatapn datarnya membuat pandangan Matahari menjadi kesal.

"Gue coba!." ucapnya seraya pergi menuju Motornya.

Matahari mematung ditempat berusaha mencerna Ucapan Arsen.
"Coba apa?." batinnya..

"Sen lo kalo ngomong yang jelas dong!."

Arsen membuka kaca helmnya kemudian melirik Matahari.
"Lo kan tadi nembak gue, Ya udah gue jawab! GUE COBA!."

Matahari Langit ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang