®MatahariLangit56 [Jangan ganggu aku]

543 47 9
                                    

"Kamu bantuin papah gih!." titah Xandara yang menepuk bahu Langit.

Langit melirik ibunya dengan tatapan cemasnya.
"Aaa...langit mau nemuin Matahari dulu!." jawabnya seraya berlari keluar gerbang rumah Matahari.

"Aska! matahari uda-" teriakan Xandara sudah tidak dapat didengar lagi oleh Langit pasalnya langit berlari begitu cepat.

Langkah kakinya berhenti setelah melihat Matahari dan Arsen yang baru saja Turun dari Taksi. Tatapan Langit seketika menyendu melihat Matahari yang begitu menyedihkan.

Matahari mendongkakkan kepalanya menatap Kedepan yang bertepatan ada langit yang sedang menatapnya. Detik kemudian Matahari menghembuskan nafas panjang nya kemudian menghapus jejak air mata nya.
"Gue masuk duluan?." tanya Arsen.

Matahari memegang lengan Arsen agar Arsen tidak pergi meninggalkan nya.
"Ayok masuk bareng." jawabnya Melirih.

Arsen pun mengangguk lalu melangkah beriringan bersama Matahari. Langit membuka suaranya Namun hanya dijadikan angin lewat bagi Matahari.

Setelah berpapasan dengan Langit, dan tidak menjawab panggilan Langit,Matahari memejamkan matanya untuk mengurangi rasa sakitnya.

Langit terdiam sembari perlahan menurunkan tangannya yang terjulur.
"Sebenci itu lo sama gue." gumamnya yang beralih menatap punggung Matahari yang perlahan menghilang dari tatapannya.

Mata bulat itu memejam serapat rapatnya.
Langit mendengus kasar dan kembali masuk kedalam rumah Matahari. Dia memilih untuk Membantu ayahnya membereskan persiapan untuk pemakaman siang ini.

Selama membantu ayahnya, Manik mata langit diam diam terus memperhatikan Matahari yang berada didalam bersama Xandara. Sementara Arsen ikut untuk membantu persiapan.

~©MatahariLangit.~

Arsen merangkul Matahari sembari mengelus bahunya lembut, berusaha menenangkannya.

"Eemm,Kenapa nyesek banget liat mereka." Batin Adena diam diam memperhatikan Arsen dan Matahari.

Matahari lagi lagi menghapus air matanya.dan memilih melirik Kakaknya, yang mengisyaratkan untuk pulang.
"Kakak pulang duluan aja."titahnya.

Grizalle mengangguk.
"Tolong temenin Zelle dulu ya sen! " titip Grizalle yang dapat anggukan dari Arsen.

Satu persatu warga yang ikut mengantar ke makam, pergi untuk pulang. Sekarang hanya tersisa Arsen,Matahari,Langit,Adena,dan Agler.

"Ri,Gue pulang dulu ya... Besok gue janji nginep di rumah lo..." kata Adena seraya mengelus bahu Matahari.

Matahari mengangguk.
"Makasih Na."

Adena mengangguk dan tersenyum simpul. Sebelum pergi Adena mendongkak untuk melirik Arsen sekilas. Yang dilirik hanya menatap Saja.
"Titip matahari."ujar Adena sebelum pergi.

Arsen menganggukkan kepalanya agak ragu.
"Lo!....."

Adena mengangkat kedua alisnya.

"Hati hati." sambung Arsen dengan suara Datarnya. Yang kemudian memalingkan wajahnya. Adena menaham senyumannya lalu mengangguk dan melangkah pergi bersama Agler.

"Lo jangan pulang sebelum Matahari tenang sen!."sahut Agler sebelum pergi.

"Iya." jawabnya yang terus merangkul Matahari.

Matahari Langit ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang