"Bersyukurlah menjadi umat manusia paling mulia di dunia ini. Karena perjuangan, keikhlasan hingga kesabaran yang tiada hentinya kita bisa menikmati semua nikmat dan karunia Tuhan yang tak terbatas"
###*###
Sesuai rencana bahkan rapat awal yang ternyata semua berjalan lancar. Hari ini, hari dimana SMA Nusa Bangsa akan mengadakan acara Maulid Nabi dengan mendatangkan gus Aji selaku ayah dari ketua osis yang terkenal dingin dan bermuka tembok itu.
Acaranya tak banyak, hanya mengambil inti dari acara tersebut.
Sudah sejak pagi gus Azmi bersiap dengan pakaiannya. Kebetulan hari libur jadi siswa diwajibkan menggunakan pakaian muslimah yang sopan. Gus Azmi sendiri memilih menggunakan pakaian muslimnya juga peci yang sudah bertengger di kepalanya membuat gus Azmi terlihat semakin tampan. Setelan santrinya terlalu kentara meskipun masih menggunakan celana bahan bukan levis seperti tren masa kini. Baju boleh koko tapi celana tetap levis, itu bukan sosok dari seorang gus Azmi yang memang menggunakan pakaian apapun tetap terlihat berwibawa meski sederhana.
"Umi tau ndak jaket mas Azmi yang kemarin?" Sudah menjadi kebiasaan gus Azmi lupa, bahkan baru kemarin pun bisa benar-benar tak ingat.
"Umi taruh di samping lemari pakaian sampean, kebiasaan cuma ditaruh di belakang pintu ndak di hanger" jelas umi Sania yang menggelengkan kepalanya. Memang gus Azmi suka kerapian tapi jika menaruh apapun hanya ditaruh bukan di rapikan, menurut gus Azmi jika tak berserakan dan masih enak di pandang itu masih termasuk kategori rapi menurut beliau.
"Maturnuwun mi"
Sania menangguk dan kembali menyiapkan makanan untuk sarapan pagi ini. Perlu di ketahui didhalem gus Aji setiap harinya hanya ada khadamah yang membantu membersihkan dhalem bukan berarti ikut memasak, semua kegiatan memasak pasti di kerjakan wanita cantik ini.
"Mi, abi dimana?" Pertanyaan itu kembali dilontarkan gus Azmi yang masih meneliti perlengkapan apa saja yang akan dibawanya nanti.
"Masih salat dhuha, sebentar lagi kembali. Mas sarapan dulu, ajak Fendi sekalian" gus Azmi mengangguk dan bergegas memanggil gus Fendi yang juga masih berkutat dengan setelannya hari ini.
Sepertinya gus satu ini masih bingung dengan pakaiannya.
"Fen makan" hanya itu yang keluar dari mulut gus Azmi.
"Bentar mas, Fendi belum selesai pake baju" benar juga sih, gus Azmi melihat ada beberapa baju muslim yang terlihat di ranjang gus Fendi. Sebenarnya mau pilih yang mana sih? Kenapa rempong begini. Batin gus Azmi.
"Cepetan, mas mau berangkat pagi" gus Fendi mendengus, tak bisakah kakaknya ini tak menyebalkan sehari saja?
"Ih mas, Fendi bingung mau pake yang cokelat, hijau apa yang putih. Mas Azmi bisa pilihin ndak?" Bolehkah gus Azmi memaki adiknya untuk saat ini?
"Pake yang nyaman" gus Fendi melongo, semua pakaiannya nyaman. Tak adakah jawaban lain?
"Astagfirullah mas, ini nyaman semua. Masalahnya Fendi bingung pake yang mana" kesal gus Fendi.
"Ya udah yang putih aja, sama kaya punya mas" suara gus Azmi melembut, hingga akhirnya senyum tercetak di bibir gus Fendi yang dengan segera meraih koko putihnya dan memakainya serapi mungkin.
"Makasih mas" gus Azmi mengangguk "mas tunggu di ruang makan, cepetan" lanjut gus Azmi dengan suara datarnya.
Ah ingin rasanya gus Fendi mengumpat kakak sepupunya itu. Astagfirullah kenapa punya kakak modelan muka tembok tapi ganteng ya Allah apa salah gus Fendi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terima Kasih (DALAM PROSES PENERBITAN)
RomanceMohon maaf cerita ini saya ganti judul yang dulunya Terimakasih Abi Umi jadi Terimakasih. Ceritanya tetap sama kok hehe:-) Kalau yang belum paham ceritanya silahkan baca dulu yang judulnya Kamu Gus Ku, karena ini memang lanjutannya. Jadi wajib baca...