"Pada dasarnya perasaan memang akan sangat berpengaruh pada sikap setiap orang"
****
(Part ini khusus Nasya dan keponakan tampannya)
"Nasya..." Gadis itu menoleh, reflek kakinya mundur dua langkah ke arah gus Azmi yang berada di belakangnya.
"Reyhan..a..ada apa?" Gagapnya, tak tahu lagi kenapa harus seperti ini.
"Dia siapa?" Tunjuk Reyhan pada gus Azmi.
Nasya menoleh ke arah sang ponakan yang kebetulan lebih tinggi darinya ini seraya berkata "Calon suamiku Rey, kenapa?"
Kedua pemuda itu menampilkan ekspresi yang berbeda. Reyhan dengan keterkejutannya sedang gus Azmi dengan kerutan di keningnya, permainan apa lagi ini? Batin gus Azmi.
"Oh..maaf ya Sya dan selamat" Nasya mengangguk, hanya mengangguk tak ada sahutan lain.
"Aku duluan" pamit Reyhan.
"Iya"
Sungguh di sini gus Azmi hanya menjadi sebuah pajangan yang menyaksikan drama secara tak sengaja. Entah ini kebetulan atau memang sudah direncanakan.
Tapi kalaupun sudah direncanakan kenapa Nesya seolah terkejut akan kedatangan Reyhan tadi dan siapa pria itu?
"Apa Azmi boleh minta penjelasan bi?" Ujar gus Azmi yang masih berdiri di samping Nasya kali ini.
Gadis itu tak bergeming sama sekali, pikirannya kacau kali ini. Kenapa harus ketahuan? Dan dimana wanita itu?
"Bii.."
"I..iya... aku jelasin setelah ini" gus Azmi mengangguk memilih diam dan kembali mencari buku yang ia cari dan tetap memantau pergerakan sang bibi yang kali ini lebih banyak diam.
Benar saat ini mereka sudah selesai dan memilih duduk di salah satu cafe terdekat dari toko buku, sekedar gendu rasan bersama dan menghabiskan waktu bersama karena memang mereka jarang bertemu.
Gus Azmi masih diam memperhatikan Nasya yang juga masih diam. Aneh bukan, biasanya wanita ini selalu berbicara, tapi apa ini. Hanya diam saja.
Gus Azmi menghela nafasnya "Bii kenapa?" Tanyanya tak tahan lagi karena sedari tadi hanya di diamkan saja.
"Aku bingung Az"
"Azmi boleh tau?" Nasya mengangguk, masih dengan tatapan kosongnya.
"Aku...aku dekat sama Reyhan" jeda beberapa detik "Tapi aku gak mau pacaran Az, kamu tau sendiri kan gimana ayah sama mama ngelarang aku pacaran" terangnya dengan beberapa kali menghirup udara.
"Bibi suka sama Reyhan?"
Tak ada jawaban di sini, hanya ada keterkejutan dan kediaman tanpa pergerakan apapun.
"Bii..." Ulang gus Azmi gemas.
"Aku nggak tau Az, aku gak mau kehilangan Reyhan tapi aku takut" perlahan air mata Nasya luruh juga.
Disinilah yang gus Azmi tak suka, cinta yang seharusnya suci dan fitrah menjadikan lemah dan bisa saja menjadi fitnah.
"Makanya tadi aku bilang kamu calon suami aku Az, maaf aku gak mau bikin Reyhan terlalu berharap sebaliknya aku pun gak mau terlalu berharap kepada selain Allah. Aku gak mau ngecewain ayah sama mama Az" lanjut Nasya dengan sedikit sesenggukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terima Kasih (DALAM PROSES PENERBITAN)
RomansaMohon maaf cerita ini saya ganti judul yang dulunya Terimakasih Abi Umi jadi Terimakasih. Ceritanya tetap sama kok hehe:-) Kalau yang belum paham ceritanya silahkan baca dulu yang judulnya Kamu Gus Ku, karena ini memang lanjutannya. Jadi wajib baca...