Mas Fakih

1.5K 163 66
                                    

"Doa meski tak terucap di lisan tapi hati selalu merapalkan dan mengaminkan, semoga lekas membaik"

Faaz Azmi Maulana Alfarizi

****

"Mbak..." Teriak Fakih di depan brangkar yang di tiduri Rahma.

Gadis itu menatap sang adik yang sudah mengusap air matanya ini. Iya adiknya menangis, rasa rindunya terobati meski dengan melihat sang kakak yang tengah berbaring dengan selang infus yang menancap di tangan kirinya.

"Adek sama siapa?" Tanyanya dengan suara lemah.

Kebetulan mereka hanya berdua, Lita ibunda mereka sedang izin ke mushola untuk melaksanakan salat dzuhur.

"Tadi sama ayah, tapi lagi ke kantin beli makan buat ibu sama adek hehe" Rahma mengangguk paham, dilihatnya sang adik yang masih mengusap ujung matanya yang masih saja mengeluarkan air mata.

"Udah gak usah nangis, dasar cengeng" ejek Rahma dengan ikut membantu mengusap sisa air mata di ujung netra sang adik.

"Habisnya Fakih rindu, mau pulang belum libur tau-tau mbak Rahma sakit gini kan jadi ndak bisa isengin" jelasnya dengan kembali mengusap buliran yang keluar di netranya itu.

"Kok ngeselin ya Fa" ketus Rahma pura-pura marah.

"Hehe maaf deh mbak aku yang paling cantik tapi lola" jelasnya dengan terkekeh karena melihat kakaknya yang sudah menatapnya tajam.

Rahma menghela nafasnya lelah, berdebat dengan Fakih hanya akan membuang energinya saja.

"Kamu izinnya bagaimana dek?" Bingung Rahma, takut-takut adiknya ini kabur dari pesantren.

"Tadi izin sama gus Azmi" singkatnya dan kembali menatap Rahma "Oh iya tadi dapet salam dari gus Azmi buat ibu sama ayah juga sih, katanya semoga cepet sembuh gitu, sama minta maaf belum bisa jengukin mbak Rahma" jelas Fakih yang membuat pipi Rahma sedikit memanas.

"Mbak Rahma ndak pa-pa kan?" Lanjut Fakih bertanya.

"Ndak pa-pa, kenapa?"

"Itu pipinya merah hahah" ejek Fakih.

"Tau lah ejek terus aja ejek" ketus Rahma hingga membuat sang adik kembali tertawa.

****

Sudah ada satu kantong dengan isian beberapa buah, ada roti potong juga di tangan ning Ara. Sebelum berangkat gus Azmi memilih berhenti di masjid dekat rumah sakit untuk sekedar melaksanakan kewajibannya, untung saja adiknya tetap bersemangat meski cuaca kali ini memang sedang terik dan panas.

"Ara capek ndak?" Tanya gus Azmi dengan memperhatikan sang adik yang tetap menggandeng tangannya dengan satu tangan membawa kantung berisi roti potong.

"Capek dikit mas tapi ndak pa-pa Ara kan kuat" jelasnya dengan menunjukkan deretan giginya yang masih ada satu yang ompong.

"Adik pintar, sabar ya dikit lagi sampai" ujar gus Azmi menyemangati dengan lebih menggenggam erat tangan adiknya.

Kakak beradik ini kembali berjalan dan sampailah merek dirumah sakit umum daerah setempat, terlihat sangat ramai dan sepertinya tidak aman untuk ning Ara yang memang masih kecil ini.

"Dek nanti jenguknya sebentar aja ya, mas takut adek ndak boleh masuk loh kan adek masih kecil" ujar gus Azmi memberikan pengertian pada sang adik.

"Iya, tapi nanti minta pak satpamnya ya buat bolehin Ara masuk sebentar habis itu keluar ndak pa-pa" jelas ning Ara yang terlihat sedikit kecewa namun tetap saja menunjukkan raut wajah legowonya.

Terima Kasih (DALAM PROSES PENERBITAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang